Chereads / Alfi / Chapter 4 - Part 4

Chapter 4 - Part 4

0 4

* * *

" Jangan harap kami akan mengurus kamu nandi!, sebelumnya saya sudah bilang jika kamu berbuat ulah lagi saya tidak akan lagi pedulikan kamu! sudah sepantasnya kamu berfikir dewasa dan lebih bijak diumur kamu 18 ini, belajar! papa menyuruh mu belajar lebih dewasa!, sudah tinggalkan ma!," ujar pria paruh baya dengan jas kantor masih melekat di tubuhnya, menarik lengan wanita paruh baya yang masih bersimpuh airmata melihat sang anaknya terkulai dirumah sakit dengan beberapa luka di area siku, kepala, dan yang paling parah di area kaki, yang kemungkinan akan sembuh dalam beberapa minggu baru bisa pulih,

" Pa!, anak kita sedang membutuhkan kita pa, tidak seharusnya kita seperti ini," bela wanita paruh baya tidak tega meninggalkan anaknya disaat kondisi yang seperti ini,

" Biarkan!, biar dia bangkit dengan sendirinya, biar dia tahu bahwa dunia ini keras, dan biar dia sadar akan perilakunya selama ini," ujarnya lagi, kemudian berlalu pergi meninggalkan alfi sendirian,

Alfi mengusap wajahnya kasar, apa pedulinya ia dengan mereka. Terserah, ia tidak membutuhkannya lagi, lagipula ia tidak bergantung dengan mereka,

samar-samar terdengar suara obrolan dua orang diluar, ia dia ingat, semua ini gara gara dua orang sialan itu,

Alfi menggeram dan memanggil dua orang itu, " Ini semua gara gara kalian sialan!," teriaknya dari dalam,

mereka yang lagi mengobrol diluar karena ragu sekaligus takut terdiam diluar sana mendengar teriakan alfi,

" Ma-maaf," cicit seorang gadis menyusul masuk kedalam ruangan,

" Gak, semua ini karena salah gue yang gak becus boncengin nya," ujar si cowoknya,

" gue nggak peduli sialan! lo pada dengerkan apa kata bokap nyokap gue tadi, gue nggak mau tahu-" murka alfi kemudian langsung dipotong oleh si lelaki itu,

" gue akan tanggung jawab," potongnya yakin,

" Aku juga," lanjut gadis itu, Alfi hanya menghela nafas kasar,

* * *

Silau mentari pagi telah memancar hampir sebagian pada ruangan rumah sakit,

kini tersisa hanya gadis itu dan alfi, karena lelaki kemarin telah pulang setelah menerima telfon dari ayahnya karena ada sesuatu kepentingan masalah keluarga besarnya,

" Kamu sudah bangun?," tanya gadis itu dengan membawa semangkok bubur dan teh hangat,

Alfi masih belum sadar sepenuhnya, menyesuaikan cahaya cahaya yang masuk. Ia baru sadar, ia sekarang dirumah sakit, dan iya, ia juga ingat apa yang terjadi kemarin.

" gausah deket deket, sana lo!" kata alfi menyuruhnya menjauh,

" Tapi ini, kakak harus makan dulu kata dokternya" bingungnya,

" Sini," pinta alfi mengambil mangkuk yang ada ditangan stevie, dan tidak sengaja tangan mereka bersentuhan pada mangkoknya

" Sialan!, udah gue bilang gue gak suka nyentuh wanita, apalagi wanita yang seperti lo! menjijikkan!" murka alfi marah,

Stevie menautkan kedua alisnya," Apa perempuan itu najis?" pertanyaan stevie membuat alfi menarikkan bibirnya tersenyum sinis,

" Iya, bagi gue perempuan itu najis, dan sangat menjijikkan," hina alfi, kemudian bangun dari ranjang mengerak gerakkan kakinya ingin turun namun tidak bisa karena kakinya masih sakit,

" Arghhhh" ringis alfi,

" mau kemana sih kak," kata stevie membantu meletakkan kaki alfi kembali lagi ke ranjang,

" LO!," tunjuk alfi karena kehabisan kata kata,

" Ups!, sorry,"

" Lagian kenapa sih kak?, bukannya suster yang rawat kakak juga wanita, kenapa cuma aku yang kakak hina," heran stevie,

" Jelaslah beda, lo itu najis kayak tahi," hina alfi lagi,

" Lagipula aku sudah ngambil air wudhu kak, tadi subuh, berati udah suci kan " kesal stevie, ia memang wudhu pagi tadi saat ia akan melakukan shalat shubuh,

" Sok Alim, lo!" sinis nya,

Stevie nampaknya tidak peduli dengan perkataannya. Ia hanya diam,

" Kenapa diam?, sakit hati?, lebay! Jijik gua. Semua cewek pasti lebay, lo salah satunya" kata alfi lagi,

Alfi kembali menggerak gerakkan kakinya ingin turun. Yang benar saja ia sudah kebelet pipis dari tadi. Mana mungkin ia meminta bantuan gadis itu, arghhh....

" Ada apa kak?, butuh sesuatu?," tanyanya yang mulai merasa aneh dengan gelagat alfi.

Arghhhh... yang benar saja ia langsung bilang untuk meminta bantuannya karena kebelet pipis.

Alfi sudah tidak tahan lagi.

Kemudian alfi diam memikirkan sesuatu, ia berfikir jika ia butuh sesuatu tidak mungkin ia akan melakukannya sendiri karena kaki sialan ini, it's okay not too bad either, pikirnya

" L-lo, bisa wudhu kan?," tanyanya gugup.

Ouwwh, ia benar benar bingung bagaimana cara memulainya. Dimana harga dirinya saat ini. Arghh...

" Bisa kok," bingung stevie,

" Lo kesana trus wudhu. Kata lo, lo bisa wudhu kan," tunjuk alfi, ia benar benar bingung harus mengatakan apa. Saat ini biarlah harga dirinya ia taruh dimana,

" Wudhu?, buat apa?" bingung stevie lagi,

" Gue bilang wudhu ya wudhu, lo budeg?" geram alfi.

Ia tidak mengerti maksud alfi, menyuruhnya wudhu dan kemudian tiba- tiba marah marah tampa sebab yang jelas. Meski begitu, ia nurut saja. Lagian toh, ia memang bertanggung jawab atas kecelakaan yang terjadi kemarin.

Beberapa menit kemudian stevie keluar dari wc. " Sudah, apalagi?" kata stevie seolah olah alfi mengajarinya shalat, stevie menurut saja apa yang akan disuruh alfi selanjutnya. Ia benar benar tidak mengerti dengan alfi.

" Cepetan setannn," lagi lagi ia dibuat bingung dengan alfi,

" Maksudnya?," bingung stevie,

" Lo!, sini cepetann, gue tendang lo goblok" alfi sudah tidak tahan lagi,

Dengan segera stevie berjalan kearah alfi, belum sampai sedikit lagi, alfi langsung memegang pundaknya dan menurunkan kakinya perlahan. Ia benar benar kaget.

" Ke wc cepetan!," perintahnya,

Dengan tertatih stevie memapahnya. Ia mengerti dengan maksud perlakuan alfi tadi. Ingin rasanya menertawainya habis habisan saat ini. Bwahaha...

Namun, ia hanya bisa mengulum tawa. Setelah sampai alfi menyuruhnya menunggu di depan dan alfi masuk kedalam.

Lucu sekali, batinnya. Beberapa saat kemudian alfi keluar dan ia kembali memapahnya menuju ke ranjang rumah sakit.

" Oke, lain kali kalo gue butuh sesuatu intinya lo harus wudhu dulu baru boleh nyentuh gue," putus alfi, sedangkan lawan bicaranya mengulum tawanya memalingkan wajahnya,

" Kenapa lo?,"

" Habis kakak lucu, haha. Bilang kek kak dari tadi kalau mau ke wc hahaha" tawanya,

" Diem!, berani lo ketawain gue?," ancam alfi dengan tatapan tajam bak elang, sedangkan stevie memalingkan wajahnya kembali mengulum tawanya, kemudian tiba tiba diam sendiri melamun dengan wajah murung.

Alfi menyuap sesendok bubur ke mulutnya dan menelan nya, dan kembali menyuapkan sesendok bubur. Merasa aneh, ia kemudian melirik gadis itu.

" Kenapa lo?,"

Stevie tersadar kemudian membersihkan sisa sisa buliran kecil di wajahnya, menoleh ke alfi kemudian tersenyum menggelengkan kepalanya. " Ngga papa," katanya,

Ni orang kenapa sih?, Bodo amat lah. batin alfi kemudian kembali melanjutkan makan hingga habis, dan meminum teh hangatnya.

kok gak kelihatan seperti orang sakit ya?, malah nampak lebih sehat. Dasar rakuss!,. Batin stevie,