Arthur masih tak mengerti, Kenapa wanita itu tertawa sampai terbahak-bahak. Laki-laki itu bingung dengan sikapnya yang menertawakan ucapnya. Setelahnya wanita tersebut malah menangis sejadi-jadinya sampai laki-laki itu pun bingung bagaimana cara menenangkannya harus bagaimana? Agar wanita tersebut berhenti menangis saat ini. Bila seperti ini Arthur menjadi takut melihatnya terus saja menangis seperti ini.
Arthur mencoba mengelus-elus rambutnya dengan lembut dan memeluknya sesaat. Akhirnya wanita tersebut pun diam tapi, malah semakin membuat Arthur bingung. Laki-laki itu pun melepaskan pelukannya.
"Maaf, apakah aku salah bicara," tanya Arthur tertunduk.
Entah kenapa Arthur lebih senang melihatnya menjadi gila dengan hasratnya yang membuatnya takut dan menikmati secara bersamaan. Daripada harus melihatnya menangis seperti ini. Rasanya hati Arthur ikut tercabik melihatnya seperti ini. Dari dulu ia tak suka melihat seorang wanita menangis. Maka dari itu sebisa mungkin ia selalu menuruti semua keinginan dari wanita, apa pun itu selama ia bisa kenapa enggak!
Wanita itu, menghapus air matanya dengan ujung jarinya dan tersenyum melihat Arthur.
Arthur pun tersenyum benar-benar merasa lega setidaknya wanita tersebut sudah lebih baik.
Arthur menarik Kimono handuk yang masih menempel ditubuhnya. Dengan cepat ia mengikatnya kembali. Sekarang sebagian tubuhnya sudah tertutup.
Wanita itu, terdiam melihat tingkah Arthur, sampai membuatnya merasa terharu dengan sikap Arthur. Baru kali ini, ada laki-laki sebaik Arthur. Suaminya sendiri tak pernah bersikap lembut padanya malahan selalu cuek dan tak peduli.
"Siapa kamu sebenarnya?" tanya wanita itu, serius.
"Aku Arthur," jawab Arthur singkat.
Wanita itu mengerutkan kening. Dengan jawaban laki-laki dihadapannya ini. Bukan sebuah nama yang wanita ini, ingin tau. "Tak mungkin kan Laki-laki ini, datang begitu saja! Ke kamarnya tanpa ada yang menyuruhnya." itu yang dipikirkan wanita tersebut.
"Siapa yang menyuruhmu datang padaku?" tanyanya lagi, masih penasaran dengan laki-laki yang ada dihadapannya.
Arthur mengerutkan keningnya. Tak mengerti dengan pertanyaan wanita ini.
"Pasti ada seseorang yang menyuruhmu datang padaku kan?" tatapnya masih tak percaya kalau laki-laki yang ada dihadapannya itu datang sendiri.
"Maaf, aku sendiri juga tak ingat. Kenapa bisa masuk kamar ini? Seingatku aku harus masuk kamar 308," ucap Arthur lugu.
Wanita itu melihat wajah Arthur. Tak ada kebohongan terlihat di wajahnya. "Mungkin benar yang diucapkannya," pikirnya.
Wanita itu tersenyum.
"Aku Kalista," kenalkan wanita tersebut sembari mengulurkan tangannya. Arthur menjabat tangan wanita itu.
"Maaf Mba, Aku sudah..." ucapan Arthur terhenti saat Kalista mencium bibir Arthur seketika sampai membuat Arthur terdiam mematung.
"Aku enggak tau, kamu berasal darimana? Aku sudah menyukainyamu. Mau kah kamu menjadi simpanan ku!" serunya.
Arthur terdiam. Tak mengerti dengan ucapan Kalista maksudnya apa? Laki-laki itu terus saja bertanya-tanya dalam hatinya.
"Aku akan berikan apa pun yang kamu mau dan kamu butuhkan. Uang, pakaian branded, bahkan mobil sport atau rumah sekali pun. Akan aku berikan padamu. Asalkan Kamu bersamaku. Kapanpun aku membutuhkanmu dan jam berapapun aku menginginkanmu, kamu harus ada dan hadir. Aku akan lebih bahagia kalau kamu terus bersamaku," ungkapnya panjang lebar.
Arthur terdiam lagi laki-laki tak punya apa-apa sekarang. Barang yang ada di badanya pun semua modal pinjam. Hidupnya sudah hancur dan susah. Tak ada lagi yang harus diperjuangkan. Sekarang pun harga dirinya sudah tak ada. Mungkin Arthur harus menerima tawaran Kalista. Arthur tau, wanita dihadapannya ini sangat kaya dan juga kesepian. Makanya Kalista butuh laki-laki seperti Arthur.
"Bagaimana?" Kalista bertanya sekali lagi. Ia berharap Arthur tak menolak tawarannya. Kalista sudah menyukai Arthur. Kalista menatap Arthur penuh harap.
Pertanyaan Kalista tadi membuyarkan lamunan Arthur. Tanpa pikir panjang, Arthur pun menjawab, "Yah, aku mau!"
Jawaban Arthur membuat Kalista bahagia.
"Terima kasih Sayang," guman Kalista tersenyum sambil memeluknya.
Arthur terdiam, sedikit ragu dengan pilihannya. Tapi, sekarang ia juga membutuhkan biaya untuk hidup. Arthur tak bisa terus menumpang pada Diki. Sekarang Arthur menerima tawaran yang mengiyurkan dari Kalista. Dari dalam hati kecilnya, Arthur merasa sudah tak punya harga diri lagi. Menumpang hidup pada seorang wanita kaya. Akan tetapi hidup memang berat. Hidup jujur juga tak menjamin bahagia. Selama ini Arthur mati- matian hidup jujur. Menjaga harga dirinya agar di pandang orang-orang. Namun, tetap saja masih dipandang sebelah mata. Karenina tetep selingkuh. Karna, Arthur bukan orang kaya seperti Boy. Pada akhirnya uang lebih berkuasa. Persetan dengan harga dirinya. Persetan dengan cinta yang paling penting adalah uang. Toh Kalista kaya. Dia cantik dan lebih penting lagi, cara permainannya, oke. Arthur suka gayanya suka semua yang ada di dalam tubuh Kalista. Tanpa dibayar pun Arthur rela bertempur lagi dengan Kalista. Arthur, mulai memikirkan hal-hal tentang Kalista. Muka Arthur merah sekarang karna, pikiran-pikiran kotor dalam otaknya sudah memenuhi pikirannya.
Seseorang langsung membuka kamar hotel Kalista.
"Kal, ada hal.." ucap Wanita itu terhenti begitu di lihatnya Kalista sedang memeluk laki-laki. Saat membuka pintu kamar hotel.
"Hey Ra, Ada apa?" tanya Kalista pada wanita yang ada di dekat pintu itu.
"Sory Kal, sepertinya aku mengangu kalian!" seru Ira asisten Kalista. Merasa tak enak, sudah menggangu Kalista. Karna, dilihatnya mereka berdua masih memakai kimono handuk di badanya.
"Kamu tak gangu kok! Ada apa?" tanya Kalista lagi.
"Aku tunggu kamu di lobi deh, Cepat ganti sana," suruh Ira mulai terkesima melihat ketampanan Arthur dan mulai keluar dari pintu.
"Eh, tunggu Ra," tahan Kalista pada Ira, hendak akan pergi meninggalkan kamarnya.
Ira menoleh. "Apa lagi kal..?" tanya Ira lagi.
"Tolong bawakan satu set baju untuk Arthur dan antarkan ke sini!" seru Kalista lagi.
Ira melihat badan Arthur, sebelum ia pergi. Assisten Kalista begitu pintar dan cerdas ia bisa mengetahui pakaian yang cocok untuk Arthur dan pas dengan ukurannya tanpa harus mengukurnya terlebih dahulu.
Ira pun keluar kamar Kalista.
"Cepet banget dah dapet mangsa lagi," pikir Ira yang sudah lama bekerja dengan Kalista.
Tanpa Arthur tau, Kalista seorang desainer terkenal. Rancangannya sudah masuk tahap Internasional. Kariernya begitu sukses. Namun, tidak dengan cinta dan rumah tangganya yang terbilang berantakan. Tak ada yang tau rumah tangga Kalista dengan suaminya hanya sekedar topeng. Dari luar terlihat bahagia. Tapi, dari dalam begitulah. suaminya seorang Nlnakoda di salalu satu kapal pesiar terkenal. Mereka hanya satu kali melakukan itu. Itu juga saat hari pernikahan mereka. Suami-istri sudah menikah selama lima tahun. Akan tetapi hidup masing-masing. suaminya tak peduli dengan Kalista. suaminya membebaskan Kalista bersama laki-laki lain. Asalkan tak tercium media. Laki-laki yang hanya menjadi status suami untuk Kalista hanya memberikan uang dan uang. Berapapun yang Kalista minta, laki-laki tersebut berikan. Makanya Kalista merasa kesepian dan selalu mencari laki-laki simpan untuk memuaskan dirinya dan hasratnya sendiri. Dan kini Arthur jadi mangsanya sampai Kalista bosan.
Bersambung....