Sore itu, Kalista dan Tim, segera kembali ke tanah air. Sudah saatnya mereka semua kembali. Karna, pekerjaan Kalista di Singapura sudah beres.
Arthur masih melamun sedari tadi, entah apa yang dilamunkannya kali ini?
"Hay," sapa Kalista, sembari memeluk tubuh Arthur dari belakang.
Arthur menoleh, tersenyum melihat wajah cantik Kalista.
"Kamu kenapa Sayang?" tanya Kalisa menyenderkan kepalanya dipunggung Arthur.
Arthur terdiam bingung harus mulai dari mana untuk menceritakan semua tentang hidupnya. Entah kenapa? Hari ini hatinya begitu sakit saat mengingat Karenina. Padahal beberapa hari yang lalu ia, baik-baik saja dengan hatinya. Didekat Kalista tak membuatnya melupakan tentang rasa sakit hatinya karena, Karenina.
Kalista, menunggu Arthur berbicara. Namun, tak separah kata pun, yang laki-laki tersebut ucapkan padanya sampai membuat wanita tersebut benar-benar penasaran.
Arthur meneteskan air matanya jatuh ke punggung tangan Kalista yang sedang memeluknya dari belakang.
Kalista, terkejut dan melepaskan pelukannya menarik tubuh Arthur untuk menghadap-kehadapannya. "Kamu menangis Sayang?" tanya Kalista sembari menghapus air mata laki-laki tersebut dengan ujung jarinya.
Arthur memeluk tubuh Kalista membuatnya kembali terkejut. Laki-laki tersebut menangis tersedu-sedu.
Sampai membuatnya benar-benar bingung.
Hiks hiks hiks hiks.
Baru kali ini, Kalista melihat Arthur seperti ini. Kalista bingung, harus bagaimana? Laki-laki tersebut tak mengatakan apa pun? Wanita tersebut hanya mengusap-usap punggungnya dengan lembut. Kalista, tak tau harus bagaimana? Untuk menenangkan Arthur.
Lama, Arthur menangis. Membuat Kalista, semakin bingung. Arthur terus saja menangis, seperti anak kecil. Tangisnya semakin lirih, membuat hati Kalista, merasa teriris.
Matanya sudah merah dan bengkak, Arthur melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya perlahan. Kalista menatap wajah, Arthur dengan intens. Kalista, begitu penasaran dengan apa yang terjadi padanya.
"Kamu sudah lebih baik?" tanya Kalista.
Arthur menganguk.
"Bolehkah aku tau, kamu kenapa?" tanya Kalista, hati-hati.
"Maafkan aku."
"Untuk apa?"
"Karna, telah melihatku seperti ini!"
Kalista tersenyum, merasa lucu dengan ucapan Arthur yang kembali terdiam lagi.
"Aku pendengar yang baik loh! Kamu bisa cerita apa saja sama aku?" tawar Kalista, begitu penasaran dengan apa yang terjadi pada laki-laki tersebut.
"Aku bingung harus mulai dari mana?.
Kalista, mengerutkan keningnya bibirnya dilipat kedalam. Wanita tersebut begitu penasaran tapi, kenapa ucapannya seperti itu.
Melihat ekspresi Kalista, membuat Arthur ingin tertawa. Ekpresinya menjadi hiburan untuknya.
Ha-ha-ha
Tawa Arthur, membuat Kalista bingung. Tadi menangis sekarang tertawa.
"Kamu kenapa sih?" tanyanya bingung.
Arthur, mencubit hidungnya sambil tersenyum.
"Aww," guman Kalista melepaskan tangan kanan Arthur dari hidungnya.
"Masih berminat mendengar kisahku?" tanya Arthur sambil tersenyum.
Kalista menganguk. Wanita tersebut begitu bersemangat ingin segera mendengar apa yang Arthur bicaran?.
Arthur menceritakan tentang hidupnya yang terlahir dari keluarga miskin di pinggir pesisir pantai, tentang kisah cintanya dengan Karenina. Pernikahan yang hancur karena, perselingkuhan Karenina dan Sahabatnya Boy. Tentang temanya Diki yang membawanya pada Kalista. Semua yang terjadi padanya sampai hari ini.
Kalista tersenyum mendengar kisah Arthur. Kisahnya begitu menyakitkan namun, dari kisahnya itu membuat Kalista merasa bahagia. Kalau Arthur tidak di selingkuhi oleh istrinya. Kalista tak akan bertemu dengan Arthur.
Kalista memeluk Arthur dengan begitu erat. Wanita tersebut benar-benar sudah jatuh cinta pada Arthur. Kalista, tak ingin laki-laki muda ini pergi darinya.
Arthur bingung dengan sikap Kalista. Namun, ia merasa tenang, saat Kalista memeluknya.
"Aku seneng, mantan istrimu selingkuh dari kamu," gumanya masih memeluk Arthur.
Arthur, melepaskan pelukan Kalista? Ia kesal, karena, Kalista senang diatas luka hatinya. Ia tak menyangka, kalau Kalista berbicara seperti itu untuk menyakitinya.
Kalista tersenyum melihat ekpresi kesal di wajah Arthur. Kalista tau apa yang di pikirkan Arthur, sekarang,?
Arthur membuang muka. Wajahnya begitu masam dan kecut. Ucapan Kalista, benar-benar membuatnya kecewa. "Kenapa bisa? Kalista berbicara seperti itu?" itu yang di pikirkan Arthur. Kesal, jengkel, sebal dan marah.
Kalista, menetap wajah Arthur dalam-dalam. Memperhatikan wajah kesalnya. Kalista menarik wajah Arthur, untuk melihat wajah Kalista. Namun, Arthur masih tak ingin melihat wajah Kalista, beberapa kali ia berpaling.
Kalista, memegang wajah Arthur dengan kedua tangannya. Arthur masih terlihat kesal.
"Dengar aku bicara sampai selesai?" tanyanya, mulai serius menatap mata Arthur.
Arthur terdiam, pasrah dengan apa yang dilakukan Kalista kali ini? Ia juga, ingin mendengar semua yang Kalista ucapkan.
"Kamu salah paham, Sayang?"
Arthur mengerutkan keningnya. Membuatnya tak mengerti dengan ucapan Kalista.
"Aku bukan bahagia diatas luka hatiku Sayang. Aku bahagia karena kamu."
Arthur semakin tak mengerti dengan ucapan Kalista. Arthur melepaskan kedua tangan Kalista diwajahnya. Melihat Kalista, dengan serius.
"Aku tak mengerti dengan apa yang kamu ucapkan!" seru Arthur berpaling. Ia masih kesal.
Hahahaha.
Kalista tertawa begitu kencang. Membuatnya semakin kesal dan marah. Ia pun beranjak, namun ditahan Kalista.
"Aku belum selesai berbicara dengar aku. Aku mohon!" seru Kalista sembari menggenggam tangan kanan Arthur.
Arthur pun kembali pada posisinya. Menghadap pada Kalista.
"Bila, istrimu tak selingkuh kita tak akan pernah ketemu Sayang. Tuhan sudah mempertemukan kita agar kamu jadi milikku."
Arthur menyadari kalau sedari tadi ia salah paham. Kalista bukan mentertawakan hidupnya, melainkan keberuntungannya bisa bertemu dengannya. Arthur berpikir. "Kalau Karenina tak selingkuh mungkin Arthur masih menjadi nelayan miskin. Tak seperti sekarang, Arthur seorang simpanan wanita kaya. Bukankah menjadi keberuntungan buatnya. Karena tak terpuruk dengan sakitnya yang mendalam.
Hahaha
Arthur tertawa lepas. Jadi ini maksudnya. Kalista tersenyum, akhirnya ia mengerti dengan ucapan Kalisat.
Arthur menarik tubuh Kalista dan mencium keningnya sampai membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Kalista bingung dengan hatinya! Apakah benar, ia telah jatuh cinta pada Arthur.
Arthur tak melakukan apapun selain memeluk Kalista. Kali ini, ia benar-benar merasa tenang saat bersamanya. Ia tak tau, dengan hatinya sendiri. Apakah ia, mencintai wanita tersebut? Atau....! Arthur juga tak tau, apa yang ia rasakan saat ini.
Hatinya terus berdebar tak menentu, sudah lama, ia tak merasa seperti ini. Pada suaminya pun, ia tak seperti ini. Semua ini, membuatnya bingung. Namun, ia hanya ingin terus bersamanya. Apa pun yang terjadi nanti?
Untuk pertama kalinya, ia takut kehilangan laki-laki tersebut. Laki-laki yang memeluknya kini. Tak ingin melepaskannya. Padahal baru beberapa hari saja, perasaannya sudah terlanjur dalam padanya.
Kalista, tak ingin kehilangannya barang sedetik pun. Ingin terus bersamanya melewati waktu dengannya. Ia pun bingung dengan hatinya. Kenapa jadi lembek, seperti ini? Tak peduli orang mau berkata apa? Hanya ini yang, ia mau untuk terus bersamanya. Arthur sendiri juga bingung, dengan perasaannya. Ia hanya mengikuti hatinya untuk terus bersamanya, selama Kalista ingin bersamanya.
Bersambung.