Chereads / Arthur Mencari Cinta / Chapter 17 - Ira Dan Kalista

Chapter 17 - Ira Dan Kalista

Arthur mulai mendesah dan seketika terbangun bersama adiknya, terkejut saat melihat Ira sedang menghisap senjatanya dan memasukannya ke dalam mulutnya sampai penuh. Laki-laki itu melihat sekitar takut ketahuan Kalista. Ia takut dipecat oleh Kalista.

Namun, semua sentuhan Ira itu membuatnya benar-benar tak tahan. Hasratnya benar-benar tak bisa menolak keadaan ini. Ira, wanita ketiga yang menyentuhnya seperti ini. Arthur sudah menikmati semua ini. Sekarang masa bodoh dengan Kalista ia sudah merasa bahagia sampai ke ubun-ubun karena ini.

Ira mulai mengeluarkan adiknya Arthur dari mulutnya dan mulai menanggalkan seluruh pakaiannya sampai benar-benar polos. Kali ini Ira mulai menari-nari di depannya. Tubuh Ira tak jauh berbeda dengan Kalista bahkan jauh lebih berisi dibanding Kalista.

Dadanya sangat padat dan berisi, walaupun kulitnya tak putih seperti Kalista. Kini Arthur sudah tak tahan dengan pesona Ira. Bagaimana tidak keindahan ini tak bisa ia biarkan begitu saja. Rasanya Arthur pun mulai tergoda.

Arthur pun beranjak bangun sembari menarik tangan Ira. Laki-laki itu mulai mencium bibirnya dan melumatnya sampai habis. Seluruh wajahnya pun tak luput dari bibir Arthur. Tangannya pun meremas-remas payudara Ira yang membuatnya mendesah merasakan sentuhan dari Arthur. Tangan kanannya mulai masuk pada area pertahanan milik Ira. Satu-persatu jarinya mulai masuk membuat Ira mendesah tak tahan.

Setelah bermain-main Arthur pun melepaskan bibirnya dari bibir Ira dan melempar tubuhnya ke tempat tidur. Arthur pun kini bersiap memasukan senjatanya pada pertahanan milik Ira dengan sekali masuk dengan tempo pelan sampai cepat memacu adrenalinnya sampai seluruh cairan cinta pun tumpah ruah ke pertahanannya yang langsung ke luar dari sana.

Arthur menatap Ira dengan napas tersengal-sengal karena sudah berolah raga kembali dengan Ira. Benar-benar tak terbayangkan bifa bercinta dengan asisten dari Kalista pengalaman yang luar biasa. Ira tersenyum lebar karena berhasil membuat Arthur mau bercinta dengannya.

Tanpa basa-basi lagi, Ira langsung pergi dari kamarnya. Laki-laki itu pun melamun sendiri dan merasa bersalah pada Kalista. Tapi, mau bagaimana lagi? Rasanya sayang sekali jika membiarkan keindahan itu menganggur begitu saja tanpa disentuh.

Kalista pun membuka pintu kamarnya. "Ya, ampun Sayang! Kamu baru bangun? Aku menunggumu sedari tadi!" seru Kalista cemberut.

Arthur pun tersadar dan menoleh pada wanita cantik yang ada dihadapannya itu. Ia pun mengaruk kepalanya yang tak gatal.

"Maaf, Sayang! Aku mandi sekarang," ucapnya beranjak bangun dari kamar mandi.

"Cepat?"

"Oke."

Dari dalam kamar mandi laki-laki itu terus memikirkan tadi bercinta dengan Ira. "Ya, ampun apa yang aku pikirkan!" pikirnya sendiri segera mempercepat mandinya karena Kalista sudah menunggunya.

Keluar kamar mandi Kalista masih menunggunya di kamarnya. Wanita itu sudah mempersiapkan pakaian mana yang akan dipakainya saat pergi bersamanya. Perlakuan Kalista padatnya melebihi seorang istri andai saja Kalista benar-benar istrinya. Namun, sekarang ia malah memikirkan Ira. Arthur pun membuang jauh-jauh pikiran itu.

Kini Arthur pun sudah siap Kalista pun mengandeng tangannya menuruni anak tangga. Di bawah Ira dan Vito sedang menikmati secangkir kopi dan mengobrol bersama. Ira tersenyum saat melihat Arthur dan Kalista namun, tiba-tiba saja jantung Arthur pun berdegup lebih kencang dari biasanya saat melihat Ira. Sampai ia bertanya-tanya ada apa dengan hatinya?

Vito pun sudah siap dengan mobilnya kali ini Vito meminta Arthur yang menyetir ia sangat lelah karena baru saja pulang dari luar kota mengunakan pesawat jet hanya untuk mengambil baju pesanan Kalista.

Vito pun memberikan SIM pada Arthur membuat ia bingung.

"Sekarang kita giliran menyetir mobil dan nanti kamu juga harus sekolah nenjadi pilot biar bisa gantian. Awalnya aku tak suka ada kamu? Tapi, kamu cukup berguna!" serunya datar.

Arthur sudah biasa menyetir namun, ia tak pernah punya SIM karena ia hanya mengemudi sekitar kampung saja belum pernah ke luar kota.

"Kalian yakin mau aku yang menyetir?" tanya Arthur memastikan.

"Memang kenapa?" balik tanya Kalista.

"Aku belum pernah menyetir ke luar kota paling keliling kampung," jawab Arthur lugu.

Ira, Kalista dan Vito pun tertawa. "Kamu masih mending ada pengalaman keliling kampung dulu aku belum pernah pegang setir mobil harus langsung bawa mobil!" seru Vito.

Arthur mengerutkan keningnya.

"Kamu tau tidak, bagaimana Vito bawa mobil?" tanya Ira.

Arthur menggelengkan kepalanya.

"Percis kaya siput," ucap Kalista dan Ira secara bersamaan.

Vito tersenyum masam.

"Baiklah kalau begitu? Kalau ada apa-apa aku tak tanggung jawab?"

Semua mengangguk.

Arthur mengerukkan keningnya lagi dan berpikir kalau ketiganya tak sayang nyawa apa? Karena ia sendiri tak yakin dengan kemampuan sendiri. Tapi, mereka percaya. Ya, sudahlah mau bagaimana lagi? Arthur hanya bisa berdoa dan berharap kalau semuanya selamat. Jujur saja laki-laki ini juga masih ingin hidup dan tak mau mati muda.

Arthur pun masuk mobil dan mengambil alih kemudi. Rencana Kalista ada peragaan busana di kota sebelah jarak dari tempat tinggalnya ke kota sebelah memakan waktu sekitar empat jam itu santai jika mengebut akan menghabiskan waktu dua jam.

Arthur pun hati-hati menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang disarankan. Ini pertama kalinya keluar kota menyetir mobil sendiri. Ada perasaan takut namun, ia menyakinkan dirinya kalau ia bisa dan sepanjang perjalanan ia selalu berdoa dan diberikan keselamatan untuknya.

Arthur melihat Vito sudah tertidur begitu juga Kalista. Hanya Ira yang terjaga. Sedari tadi Ira terus saja memamerkan payudaranya membuat konsentrasinya terganggu. Namun, Arthur pun mencoba fokus. Ia tak mau semua kecelakaan karenanya.

Sepanjang perjalanan Arthur membayangkan Ira dengan tubuh sexy-nya. Ya, ampun benar-benar pemandangan yang luar biasa. Apalagi Ira memakai dress pendek sama seperti Kalista ya, ampun dua wanita ini sangat menggodanya. Rasanya Arthur ingin keduanya.

Arthur pun menepis semua khayalannya tentang Ira dan Kalista. Ia harus fokus agar sampai tujuan dengan selamat. Arthur pun melihat kaca depan. Ira pun sudah tertidur namun, malah Kalista yang terbangun.

Cara duduk Kalista membuat Arthur kembali tak konsentrasi. Celana dalam merah delima itu sengaja Kalista perlihatkan. Ya, ampun dua wanita ini. Arthur pun kembali fokus ia tak mau melihat keduanya.

Situasinya sangat tidak tepat. Jika berada di tempat tidur tak akan Arthur lepaskan dua wanita itu. Ia akan benar-benar menyergapnya membuatnya dua wanita itu bertekuk lutut padanya.

Tanpa disadarinya kini Arthur pun sudah sampai di kota tujuan. Begitu sampai Vito pun bangun. Arthur menggelengkan kepalanya. Vito benar-benar seperti bangkai tidurnya terlelap sekali. Tak peduli dengan goncangan apa pun ia tetap saja tertidur sangat nyenyak sekali.

Kalista dan Ira pun terbangun dan membereskan riasan wajahnya. Untuk tetap tampil sempurna di manapun keduanya berada. Kalista dan Ira sangat kompak dan cocok.

Bersambung....