Stella Prov.
Hari begitu cepat berlalu, tidak terasa putra kecilku yang lucu, yang menggemaskan sudah besar. Dia adalah Reyent Bintang Nugroho Digantara, usianya sudah menginjak 5 tahun. Sudah masuk sekolah TK atau K2B. Putra ku sangat pintar dan cerdas, aku sampai kagum sama dia. Reyneis suamiku selalu mendidiknya dengan tegas, agar kelak dewasa tidak menjadi lelaki yang lemah dan munafik. Semua keahlian Rey di wariskan sama putra ku. Rey juga memasukkan Reyent putra kami sekolah Teakwondo. Sekolahnya setiap hari sabtu dan minggu pagi, hanya tiga jam. Setelah Teakwondo sorenya les basa inggris dan matematika. Supaya putra ku pintar berbahasa inggris dan menghitung. Les menggambar, agar pintar menggambar. Kursus komputer. Pokoknya seminggu empat kali ada Les. Sabtu, minggu, rabo dan kamis.
Reyent juga di ajarin main DJ, diajarin cara memoto yang benar, di ajarin main drum dan gitar, main Biliyard. Padahal Reyent masih kecil. Aku bilang ini terlalu berlebihan. Tapi Rey bilang "Tidak apa-apa, justru masih kecil itu gampang melatihnya."
Aku hanya bilang terserah.
Saat ini putraku sedang bermain di halaman samping rumah. Dia sedang mencuci mainan mobilnya. Koleksi mobil-mobilannya sangat banyak. Aku takut kelak dia akan mengikuti sifat Ayahnya menjadi pembalap. Karena menjadi hobbi pembalap itu sangat beresiko. Mudah-mudahan jangan.
Aku mendengar suara mobil Rey berenti di garage. Sepertinya Rey sudah pulang dari studio. Hari ini memang banyak coustomer yang Prewed. Aku melihat Rey dari balkon kamar kami, Rey sedang memanggil putra kami yang sibuk mencuci mobilnya. Tadi sehabis pulang sekolah dia bermain di taman sama temannya yang bernama Jayden. Mungkin mobilnya kotor, jadi di cuci. Reyent orangnya tidak suka jika mainannya kotor sedikit. Semuanya harus bersih. Jika melihat mobilnya, robotnya kotor atau bau, dia ngambek, ngamuk sama Lia pengasuhnya. "Mba Lia kenapa ini bau dan kotor, cuci sekalang Mba!" Lia pun buru-buru mencucinya dengan detol, penghilang bacteria.
"Reyent!" Panggil Rey, "Reyent ngapain, hem mainan air?"
"Bukan main ail Pipi, tapi Leyent lagi cuci mobil." Ucap Reyent.

Tempat cuci mobilnya, Reyent sendiri yang buat, tidak mau di bantu sama Pio, maupun Farel. Ingin membuat sendiri. Terbuat dari bekas jus jeruk di sambung dengan potongan selang, dan di bawahnya ada empat cangkir miliknya di buat kaki agar airnya bisa mengalir. Lalu, di beri tulisan CAR WASH dan di beri gambar mobil. Hahahaha Idenya putra ku bagus juga. Jika pergi shopping yang dia tuju pasti cari mobil Lamborghini. Padahal sudah banyak koleksinya.
"Cuci mobil, mang tadi mobilnya abis dari mana, hem?"
"Abis main sama mobilnya Jayden." Ucapnya. Rey mengusap kepalanya, lalu menciumnya.
"Mimi lagi ngapain?" Tanya Rey lagi.
"Mimi di kamal sedang bobo, Mimi sakit Pipi."
"Mimi sakit?"
Reyent manggut-manggut. "He'em."
Lantas Rey masuk kedalam rumah sembari melepas jaket kulit hitamnya. Menyisakan kaos warna hitam tanpa lengan. Rey memang suka warna hitam, semua baju sama celananya satu lemari hampir warna hitam. Hari ini dia ke studio hanya berpakaian simple saja, tapi terlihat keren. Memakai celana jins panjang robek-robek, kaos tangtop hitam bergambar kepala tengkorak, dan jaket kulit hitam. Memakai satu anting di telinga kirinya, dan memakai kalung yang mas putih. Penampilannya keren sekali, aku sangat menyukainya. Suamiku ternyata keren dan ganteng. Pantas saja di masa lalu dia terkenal Playboy, di gemari banyak wanita.
Pintu terbuka, masuklah Rey suamiku. Wajahnya terlihat lesu, akhir-akhir ini dia memang kurang tidur. Sibuk dengan pekerjaan, semalam saja abis check di Club, Caffe, Biliyard, sampai pulang larut malam, pukul satu pagi dia baru pulang. Pagi tadi pukul delapam sudah siap ke studio karena ada pemotretan Prewed. Coustomernya minta Rey langsung yang jadi Photographernya. Tidak mau anak buah Rey. Besok juga ada jadual pemotretan di Galery Tuan Arda, di perusahaan Tuan Tanjung. Sangat padat jadualnya, dia pasti sangat lelah. Jika pulang, aku siapkan air hangat di bathup untuk dia berendam. Lalu, aku pijat agar tubuhnya enakan, tidak terlalu letih.
Rey menghampiri ku di sofa balkon. Dia memeluk ku dan mencium bibir ku, sidikit melumatnya. Kata dia jika sudah melihat wajahku atau mencium bibir ku rasa lelahnya hilang. Rey menghentikan ciumannya, menatap ku dan menyentuh kening ku.
"Kata Reyent kamu sakit?" Tanyannya.
Tadi memang aku sedikit mual dan pusing, tubuh ku rasanya sakit semua. Aku mengecek pake testpack, siapa tau aku telat. Aku juga mengecek calendar, ternyata tidak. Lalu, aku menelpon Kak Sherly, Kakaknya Rey yang memang seorang dokter bedah kandungan pasti tau tentang mual-mual dan pusing. Soalnya ku tadi sebelum makan pusing dan mual, abis makan pun tetap mual. Kak Sherly bilang, aku kurang tidur atau maag. Aku sedikit kecewa, ku kira aku hamil ternyata asam lambung.
Padahal harapan ku setelah Reyent berusia 5tahun aku berniat ingin hamil lagi. Aku ingin punya baby girls buat adek Reyent. Namun, Tuhan belum mengijinkan aku hamil lagi. Aku tetap sabar atau memiliki Reyent saja sudah lebih cukup.
"Nggak apa-apa kok cuma mual saja, tadi sudah minum obat." Kataku, "kamu mau makan atau mau mandi dulu?"
"Aku mau menidurimu." Kata Rey yang mulai mesum sembari mengedipkan sebelah matanya. Tiba-tiba Rey menggendong ku dan di turunkan ke ranjang kami yang berukuran king size.
Aku tersenyum, saat Rey terus memandangi wajahku dan mengelus pipi ku. Rey juga tersenyum pada ku.
"Sayang, kamu mual-mual apa kamu ngidam?" Tanyannya.
"Tidak, tadi aku tanya Kak Sherly katanya cuma asam lambung atau maag. Mungkin kurang tidur juga, karena tiap malam kamu nerjang aku terus." Kataku.
"Tapi nikmat kan?" Kata Rey sengaja menggoda ku. "Kirain di sini ada calon adek Reyent." Kata Rey kecewa. Rey juga menginginkan aku hamil lagi.
"Sayang aku lapar." Kata Rey.
"Apa sih! Awas minggir nanti ada Reyent." Ujarku menyuruhnya bangun dari atas tubuh ku.
Aku tau maksud Rey, dia ingin minta jatah di siang hari. Bukannya aku menolak, tapi aku takut ada Reyent tiba-tiba masuk. Tetapi sepertinya aku tidak bisa lolos, Rey sudah melepas semua pakaiannya. Hanya tinggal underwear, lalu membuka kaos yang aku kenakan. Rey langsung mengulum payudara ku dan memainkan putingku. Dia menghisapnya dengan rakus, seperti orang kehausan. Tangan satunya pun tidak mau diam, meremas dan memilin puting ku, sampai terdengar desahan dari mulut ku. Aku hanya pasrah, lagi pula dia suami sah ku, jadi dia bebas. Aku juga harus melayaninya sampai dia puas, meski aku lelah.
Pada akhirnya kami bercinta sampai tiga ronde. Rey tidak bisa cukup hanya sekali jika sedang bercinta. Pasti berulang kali. Kini dia sudah terlelap nyenyak sembari memelukku. Beruntung Reyent tidak masuk kamar, mungkin masih sibuk dengan mobilnya. Aku melihat jam di ponselku, waktu sudah menunjukan pukul setengah lima sore.
Aku ingin membersihkan diri dan menyiapkan cake yang aku buat tadi pagi. Aku sengaja membuat cake buat mertua ku, orangtuanya Rey. Karena nanti malam ada pesta Anniversary-nya mertuaku. Aku iseng-iseng membuka Google lihat bermacam-macam menu cake. Aku mencobanya membuat Cheese cake dan atasnya ku rias buah Strawberry sama peac.
Aku beranjak, dengan pelan aku melepas tangan Rey yang memeluk ku. Tidurnya sangat pulas sekali. Apa lagi sudah mendapat makanannya yaitu; aku. Tanpa sehelai benang, aku melangkah ke kamar mandi ingin membersihkan diri. Aku lihat dari kaca, tubuh ku pada merah semua akibat perbuatan Rey. Dari ujung sampai bawah, Rey menghisapnya sampai merah keunguan. Dia seperti drakula yang sedang kelaparan.
Aku berendam dengan air sebentar di bathup agar sedikit segar. Setelah berendam beberapa menit, aku mengguyur kepala ku di bawah shower. Kini tubuh ku sedikit enakan dan segar, apa lagi tadi abis bercinta. Benar-benar sangat lelah, setelah melayani Rey yang tidak ada bosannya jika sudah menyentuh ku.
Aku membungkus rambutku yang basah dengan handuk. Lalu, aku memakai wardrobe. Aku keluar dari kamar mandi, aku melihat Rey masih terlelap pulas. Kemudian aku masuk ke ruang walk in closet berganti pakaian santai. Setelah ganti baju dan mengeringkan rambutku, aku turun ingin melihat Reyent putra ku. Apakah dia masih mainan air?
Aku keluar kamar ingin mencari keberadaan Reyent. Aku melihat putraku sedang minum susu dengan dot kesayangannya. Mengenyut dot sembari tiduran di bed sofa, menonton kartun Duge. Kanan-kirinya ada kedua kucingnya yang bernama Mookie dan Cookie. Itu hadiah ulang tahunnya yang ke dua tahun. Pemberian dari Relly dan Vito. Kucingnya sangat nurut sama Reyent, entah kenapa Reyent jadi pecinta kucing?
Sebenernya aku juga sangat mencintai kucing.
Aku menghampiri Reyent yang kebetulan sudah selesai minum susunya. Aku menyuruhnya mandi. Hari juga sudah sore.
"Reyent mil mil ya?"
"He'em."
"Sesudah mil mil mandi dulu ya sama Mba Lia?"
Menurut, dia manggut-manggut. Aku memanggil Lia menyuruhnya memandikan Reyent. Sedangkan aku ingin menyiapkan cake yang ingin Aku bawa nanti. Aku ambil dari kulkas dan ku masukan ke box yang kusus buat cake. Semoga Mama menyukainya.
Reyent pergi duluan sama Lia dengan di antar Pio. Aku sama Rey belakangan karena dia belum bangun. Jadi menunggu Rey bangun. Apa lagi Reyent tidak sabar ingin bertemu dengan sepupu-sepupunya. Terutama sama Refly adek bungusunya Rey. Jika bertemu Refly pasti main game.
Setelah menyiapkan cake sama kado yang sudah ku beli, dan ku masukkan ke paper bag. Lalu, aku letakkan di meja ruang tamu agar tidak lupa.
Aku naik ke atas ingin membangunkan Rey dan menyuruhnya mandi. Aku menepuk-nepuk pipinya, dia hanya bergumam. Setelah aku bilang nanti kerumah Mama, dan Reyent sudah kesana duluan. Rey beranjak dan bersender di kepala ranjang. Aku menyiapkan air hangat di bathup dan aku campur sabun yang aroma Lavender.
Rey memelukku dengan manja, sepertinya dia masih mengantuk. Aku menuntunnya ke bathup, dia pun masuk dan berendam. Aku keluar menyiapkan pakaiannya. Lalu, aku juga ganti pakaian, mengenakan long dress putih, rambut panjang ku tak gerai.
Aku menunggu Rey di lantai bawah, duduk sofa sembari memainkan ponsel ku. Tepat pukul tujuh lebih kami berdua berangkat, menuju kerumah Mama di Cibubur.
***
Sampai di rumah Mama ternyata sudah rame, sudah kumpul semua. Kami berdua telat. Banyak tamu yang hadir, dari teman Papa sama teman Mama. Saudara Mama maupun Papa, sepupu-sepupunya Rey. Om dan Tantenya. Revy sama Aloysius tunangannya juga pulang, mereka sedang bersama Reyent yang main game. Aku melihat Ibu Darmi sama Bapak Ruslan juga datang, di antar bang Dana.
Aku sama Rey menghampiri Mama-Papa yang sibuk menyambut tamu-tamunya. Aku cipika-cipiki sama Mama, mencium tangan punggungnya Mama maupun Papa. Memberi selamat dan barang yang aku bawa, ku berikan sama Mama. Mama menyuruh ku makan, aku mengangguk. Lalu, aku menyapa Kakak iparku yang sedang menikmati makanannya. Mereka menyapaku kenapa datangnya telat? Aku bilang jika Rey sedang tidur. Kak Sherly juga bertanya apakah aku masih mual-mual. Aku di beri obat atau Vitamin yang Kak Sherly bawa dari rumah sakit. Obat untuk penghilang rasa mual. Aku bilang terima kasih. Semua Kakaknya Rey baik semua sama aku.
Aku mengambil minuman dan makanan untuk Rey. Dia pasti sangat lapar, aku kembali menghampiri Rey yang duduk di teras belakang rumah. Di teras Rey sedang berbincang dengan sepupunya. Seperti biasa obrolan seorang laki-laki.
Aku menyuruh Rey makan dulu, karena dari siang dia belum makan. Hanya memakanku saja. Sepupunya pergi meninggalkan kami makan lebih dulu. Kami makan sepiring berdua. Rey tidak mau makan sendiri, maunya di suapin. Dia sangat manja. Melebihi Reyent.
Acara pun di mulai, semua anak, menantu dan cucu-cucunya Mama-Papa mendekat kearah Mama-Papa. Mama menangis saat mengucap do'a. Aku juga ikut terharu melihat Mama-Papa. Aku ingin pernikahan ku sama Rey seperti Mama-Papa. Langgeng terus tidak ada masalah apapun, ya semoga saja. Tanpa ku sadari air mataku mengalir di pipi.
"Kamu kok nangis!" Kata Rey.
"Haa! Aku terharu saja lihat keromantisan Mama-Papa. Semoga kita seperti mereka ya Rey!" Ujarku.
Rey tersenyum. "Pasti sayang, kita akan seperti Mama sama Papa." Kami tersenyum. Kini saatnya memotong cake.
Aku mencari keberadaan Reyent, ternyata dia di gendong sama Bang Dana. Biarkan saja yang penting tidak rewel. Yang aku takutin jika Reyent rewel minta tidur sembari nete. Jika banyak teman dia lupa.
Mama-Papa menyediakan DJ untuk menghibur tamu undangan. Rey mengabil alih Reyent dari gendongan Bang Dana. Lalu, di bawahnya ke panggung, Reyent berdiri di atas kursi. Rey mulai memainkan musik DJ. Reyent pun mengikuti gerakan Rey sembari menggoyang-goyangkan tubuhnya. Kepalanya manggut-manggut.
Semua tamu undangan tertawa, dan memberi tepuk tangan. Mereka semua mengagumi putra ku. Putra ku memang pintar. Tidak sia-sia Rey mengajarinya, mendidiknya dengan tegas. Bocah sekecil Reyent, baru berusia 5 tahun sudah ahli main DJ.
Musik masih terus mengalun, ku lihat Rey dan Reyent saling bertos tangan.
"Cucu mu pintar sekali Ron! Masih kecil sudah jago main DJ. hahaha." Kata Om Abram, Ayahnya Vito.
"Ilmu dari Ayahnya." Ujar Papa sembari tersenyum.
"Saya rasa kalau di perhatikan seperti bukan anak dan Ayah." Kata Om Abram lagi. Papa hanya tersenyum.
Suara musik DJ berganti menjadi musik halus, seperti musik kata ucapan. Benar saja, setelah musiknya berhenti, Reyent mengambil mic yang Rey pegang.
"HAPPY ANNIVELSALY OMA DAN OPA! I LOVE YOU." Teriak Reyent dengan logat cadelnya. Reyent memang masih belum bisa bilang R.
Lalu, semua cucunya naik keatas panggung, menghampiri Reyent yang masih berdiri di atas kursi. Bunga, Mawar, Gebral, Gevral, dan Alam, mereka semua berteriak bareng. Memberi selamat pada Mama-Papa. Aku tersenyum haru. Pintarnya putraku, memberi contoh buat semua Kakak sepupunya.
Kemudian Mama-Papa menghampiri mereka. Di cium satu persatu cucu-cucunya. Aku melihat Mama menangis, mungkin karena terharu. Mereka satu persatu nunjukin hadiah buat Mama. Aku terkejut, Reyent memberi sesuatu sama Mama. Sebuah kado kecil, satu tangkai bunga Mawar putih kesukaan Mama dan kartu, mungkin kartu ucapan. Itu kado dari siapa? Aku benar-benar tidak tau. Cerdasnya putraku, Idenya luar biasa. Mempersiapan hadiah buat Oma-Opanya sendiri, tanpa bantuan ku. Dia sudah bisa mandiri.
"Kemaren Reyent minta di temani membeli bunga sama jam tangan Mba Stella. Katanya ingin memberi kejutan buat Oma-Opanya. Nggak boleh bilang sama Mimi." Kata Lia yang tiba-tiba duduk di sebelah ku. Reyent membeli sendiri, memilih sendiri. Membeli dengan uang tabungannya sendiri. Hati ku menghangat melihat kemandirian, kepintaran dan kecerdasan putraku. Aku bangga memiliki putra seperti Reyent. Tiba-tiba pipiku sudah basah karena air mata.
Acara Anniversary pun selesai, malam pun sudah larut. Para tamu undangan sebagian sudah undur diri. Reyent tertidur di sofa sembari memeluk bantal bayi dulu dan soft towel. Di mulutnya masih mengenyut dot yang tadinya berisi susu. Tidurnya sangat pulas, mungkin kecapean dia, seharian tidak tidur siang. Sepulang sekolah dia main sama Jayden, setelah pulang dirumah sibuk dengan mobil-mobilannya. Dan berakhir di sini, di rumah Mama. Pasti sangat lelah dia.
Aku menghampirinya, melepas dot yang masih di mulutnya. Membenarkan tidurnya. Bantal sama towel kecil ini tidak bisa lepas dari tangannya. Kemana-mana pasti selalu di bawa. Sengaja aku meninggalkannya di rumah Mama yang satunya. Jika kerumah Mama dan lupa membawa, jadi di sana sudah ada. Dulu pernah, Lia lupa membawa bantal sama soft towel. Reyent rewel mengamuk, menangis, tidak bisa tidur. Untung di lemari paling atas ada, tertindih dengan baju Rey.
Mama menyuruh kami menginap, tetapi Rey menolak. Karena besok Reyent ada class Teakwondo sama latihan menembak.
Ya menembak, Rey juga melatih Reyent cara menembak. Agar kelak bisa melindungi dirinya sendiri. Aku membiarkan saja, jika itu yang terbaik buat Reyent. Asal jangan sampai Reyent terluka saja.
Kami memutuskan pulang, Rey menggendong Reyent yang terlelap. Lia membereskan barang-barang Reyent yang tadi di bawa. Seperti tas isi mobil-mobilan, robot, dan boneka kucing. Ketiga itu selalu di bawa. Small Pillow sama soft towel-nya di tinggal di rumah Mama. Nanti Mama menyimpannya di kamar kami; Aku dan Rey.
Aku menciumi wajah putraku yang ganteng, lucu, gemasin. Wajahnya duplicat dengan Rey. Mirip sekali. Rey memanjangkan rambut Reyent sampai telinga dan di beri poni. Terlihat cute. Ternyata ini alesan Rey ingin memanjangkan rambut Reyent.
Semoga putra kami semakin nambah pintar. Membanggakan kita semua. Dan tidak mengecewakan kami semua. Terutama tidak mengecewakan Rey Ayahnya.
Stella Prov end.
TO BE CONTINUE.
Ok, terima kasih.
See you next part.
Saranghae 🥰
Monday, 31 August 2020
9:32AM
It's Me Rera