Chereads / Hujan Yang Dirindukan / Chapter 3 - Pertanyaan atas rasa

Chapter 3 - Pertanyaan atas rasa

PRANG!

"Bunyi apa tuh? " Tanya gua heran.

Gua langsung bergegas mengecek ke arah dapur. Karena gua mendengar dari arah dapur. Benar saja, disana gua melihat keadaan yang sangat kacau. Pecahan piring dan gelas hampir memenuhi setiap sudut dapur. Disitu pula gua melihat mamah tersungkur tak berdaya. Sebenarnya apa yang terjadi? Disini gua hanya melihat mamah saja. Tapi kenapa banyak pecahan piring dan gelas di setiap sudutnya? Ada yang gak bares nih pasti.

"Mah? Mah? Mah? " Panggil gua ke Mamah seraya menggoyangkan tubuhnya.

Tanpa berfikir panjang, gua langsung menggendong mamah dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Gua meletakkan mamah di kursi mobil dan langsung menuju rumah sakit. Mamah langsung mendapatkan perawatan intensif.

"Dok, gimana keadaan mamah saya? " Tanya gua khawatir.

"Ibu anda mengalami pukulan yang cukup keras di bagian kepalanya dan ada luka sayatan di daerah tangannya, kami akan melakukan pengecekan di kepalanya. Takutnya benturan tersebut menyebabkan luka di bagian dalam kepala, " Kata Dokter.

"Lakukan yang terbaik dok. Saya percayakan kepada anda, " Kata gua.

"Baiklah. Saya permisi, " Kata Dokter seraya pergi.

KRING!!! Telepon gua tiba-tiba berbunyi.

Radit : "Halo? Kenapa bang? "

bangz: "Kemana lu? Malem ini kan harusnya lu latihan. Kenapa malah ilang? Lu ada rasa solidaritas gak sama tim kita? Jangan numpang nama doang lu disini, "

Radit: "Maaf bang, gua gak bisa kesana. Ibu gua masuk rumah sakit bang, "

bangz: "Alasan mulu lu ya, gua gak mau tau malam ini lu harus kesini, " (mematikan telepon).

"Sekarang gua harus gimana? Gua gak mungkin kasih tau Dina tentang lomba itu. Gua harus kesana, " Kata gua.

Gua bergegas ke parkiran dan melajukan mobil ke tempat tongkrongan. Bisingnya suara motor trek sudah menjadi biasa bagi gua. Gua turun dari mobil dan langsung duduk diantara mereka.

"Lama ya lu, " Kata Ferdi

"Sorry gua lagi urus nyokap gua, " Kata gua.

"Widih mantep ngurus nyokap broo. Sejak kapan lu peduli sama nyokap lu? Lu gak inget tiap malem lu selalu disini tanpa mikirin nyokap lu yang di rumah? Gak usah peduli-peduli amatlah, kalo yang disini lebih buat lu nyaman bro, " Kata salah satunya yang tiba-tiba datang.

"(Langsung berdiri) Jaga omongan lu ya! Gua emang suka keluar malem, tapi bukan berarti gua gak peduli sama nyokap gua. Lu itu cuma bisa melihat dan menilai gua saat disini. Tapi lu gak pernah tau apa yang terjadi di rumah. Kalo lu gak tau apa yang terjadi, gak usah sok tau dan merasa apa yang lu omongin itu benar. Jaga mulut lu! " Kata gua emosi.

"Udah-udah. Lu mending latihan, " Kata Ferdi menenangkan.

"Sorry bang, gua langsung cabut aja. Keadaan gua lagi kacau, tapi malah ditambahin gini, " Kata gua sambil meninggalkan mereka.

Tanpa Rama sadari, sebenarnya ada yang seseorang yang mendengarkan percakapan mereka dibalik pohon.

𝘛𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘺𝘢, 𝘣𝘢𝘵𝘪𝘯𝘯𝘺𝘢.

Gua melajukan mobil dikecepatan yang cukup tinggi. Hari ini benar-benar kacau. Gua selalu berfikir, sebenarnya siapa diantara orang terdekat gua yang paling mengerti keadaan dan perasaan gua? Kadang orang seperti mereka hanya menilai gua dari satu sisi keburukan, tanpa mencari tahu sisi kebaikan yang ada. Mereka cuma tau sisi buruk gua dan langsung men-cap gua sebagai orang yang gak berguna. Sebenarnya siapa yang tau sisi kebaikan gua?

Gua langsung pulang ke rumah. Gua meminta bibi untuk menjaga mamah di rumah sakit. Gua lelah dan besok juga masuk sekolah. Besok gua harus memberi keputusan ke Ferdi tentang lomba itu. Bagaimana ini??

Sesampainya di rumah gua langsung bersih-bersih. Gua mengecek Handphone dan ternyata ada 3 panggilan tak terjawab dari Dina.

"Besok aja deh gua tanyanya, " Kata gua.

Gua pun tertidur..

KRING KRING KRING KRING!!!! (Alarm berbunyi).

Gua terbangun dengan bisingnya suara alarm. Rasanya ingin kembali menutup mata dan melanjutkan mimpi. Mimpi bertemu dengan seorang perempuan yang sangat baik. Tapi, tidak tau itu siapa.

Pagi itu gua merasakan hal yang berbeda dari rumah gua, setiap sudutnya memiliki perbedaan. Rasa ataupun suasana. Melihat banyaknya foto masa kecil gua yang terlihat sangat bahagia. Bermain air hujan, berlarian, tersenyum dengan sangat senang. Kalau kalian tanya apakah sekarang gua bahagia? Gua hanya bisa menjawab "mungkin" . Kenapa harus kata mungkin? Karena gua belum merasakan adanya kebahagian yang sangat istimewa. Ya... Mungkin butuh proses. Tapi, Sampai kapan?

Gua mulai mengeluarkan sepeda motor gua, dan langsung menuju ke sekolah. Hari itu jalanan sangat ramai, sampai-sampai kendaraan menumpuk di jalan raya.

"Ah sial! Udah jam segini lagi, " kata gua sambil melirik jam tangan, yang menuju pukul 08.30. Ya, betul sekali. Gua udah telat 60 menit.

Akhirnya gua mau gak mau harus masuk, gua titip motor gua di lapangan parkir. Karena, kalo di sekolah pasti udah gak boleh.

"Hei kamu! Jam segini baru dateng?! " Tanya Pak Ruslan "si guru paling killer" .

"Hadeh... Nasib dah ketemu dia," gumamku.

"Sini kamu! Mau jadi apa kamu Berangkat sekolah jam segini? " kata Pak Ruslan.

"Iya pak.. Maaf, saya salah dateng jam segini. Tadi di jalan macet parah pak," Kata gua.

"Udah-udah!  Banyak alesan aja kamu. Sekarang sebagai hukuman lari 5 putaran, " perintah pak Ruslan.

"Iya pak. " kataku.

Akhirnya gua menjalani hukuman dengan lari mengelilingi lapangan sebanyak 5 kali. Pak Ruslan mempersilahkan gua masuk kelas setelah gua selesai menjalani hukuman tersebut. Lalu, gua masuk ke kelas dan pas sekali gua dateng udah bel istirahat. Ini gua sekolah atau apa sih?

Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundak gua.

"Woi! Gila ya lu? Jam segini baru dateng? " Tanya orang itu.

Gua pun menoleh, dan ternyata itu adalah Dina.

"Lo dipanggil sama wali kelas tuh, " Lanjutnya.

"Hadeh.. Masalah lagi ini mah, " Kata gua.

"Ya lo si.. Dateng sekolah jam segini, kalah lo sama anak TK, " Kata Dina.

"Macettt coyyy... " Kata gua.

"Udah sana, udah ditunggu tau, " Kata Dina.

Gua pun merasakan aura-aura negatif pas memasuki ruang guru.

Feeling gua gak enak. Ucap gua dalem hati.

"Siang bu, ada apa ya manggil saya? " Tanya gua.

"Adit, kamu sudah telat 3 kali. Kamu tau kan di sekolah ini tidak boleh telat lebih dari 4 kali? Dan ibu ingin memberikan peringatan agar kamu tidak telat lagi. Karena, ini sudah mau mendekati batasnya, " Kata Bu Sinta.

"Ya bu, saya mengerti. Saya minta maaf atas kesalahan saya ini bu. Saya akan lebih usaha untuk bangun pagi lagi bu, " Kata gua.

"Baik, saya maafkan. Oh iya Adit, bulan ini kamu belum membayar iuran rutin sekolah," Kata Bu Sinta.

"Baik bu, secepatnya saya akan bayar," Kata gua.

"Baiklah, silahkan kembali ke kelas, " Kata Bu Sinta.

"Baik bu, " Kata gua.

Gua pun kembali ke kelas. Seperti biasa, Dina lagi yang bertanya.

"Gimana? Di DO gak? " Tanya Dina.

"Ngomong seenak dengkul. Guru-guru juga gak mau kali membuang seorang cowo ganteng kayak gua, " Kata gua.

"Idihh.. Kepedean amat si, " Kata Dina.

"𝘉𝘵𝘸, semalem lu gua telepon kenapa gak diangkat? " Tanya Dina.

"Nyokap masuk rumah sakit, jadi gua harus bawa dia ke RS, " Kata gua.

"Ohh gitu. Gimana kalo nanti kita jenguk? " Tanya Dina.

"Boleh. Udah sana masuk, " Kata gua.

"Siap! " Kata Dina sambil masuk ke kelas.

Bel Masuk pun berbunyi. Pelajaran Matematika pun dimulai.

"Hari ini ulangan. Siapkan kertas ulangan dan alat tulis, " Kata Pak Guru.

"APAA??!! KOK DADAKAN PAK?!! " Kata semua murid.

"Soalnya saya lagi mood ngadain ulangan. Ayo cepat! Keburu waktunya habis, " Kata Pak Guru.

𝘒𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘺𝘢 𝘨𝘶𝘳𝘶 𝘔𝘛𝘒 𝘨𝘢𝘬 𝘯𝘨𝘢𝘥𝘢𝘪𝘯 𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘥𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘺𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘣𝘶𝘭𝘢𝘵?, Kataku dalam hati.