"Zen... Zeno, sayang..."
Nathan terus memanggil sang anak yang tak kunjung menyahuti. Ruangan bocah itu di lihatnya kosong, membuatnya menjelajah ke seluruh titik rumahnya untuk mencari.
Tak ada tempat spesifik lain yang biasanya di tempati oleh Zeno selain dengan kamar miliknya sendiri. Zeno bukan termasuk anak yang aktif bergerak, lebih mustahil lagi jika tiba-tiba saja bocah itu melompatkan tubuhnya ke dalam dinginnya kubangan air jernih. Ya, kenyataannya memang tempat tersejuk di samping bagian rumahnya itu sangat sepi, tak ada si apa pun di sana.
"Kemana dia?" cemas Nathan yang saat ini berdiri di sisi tepi kolam. Separuh nyawanya seperti belum kembali, ia yang baru kali ini telat bangun tidur seketika saja memaksakan otaknya untuk berpikir lebih cepat.