"Ya, dia selalu saja penuh keraguan." Lemas, Max pun menyetujui ucapan Tommy.
"Tapi ku harap kau memakluminya. Kawan ku itu begitu keras kepala dan nampak sangat jual mahal. Bukan karena sifat dasarnya, aku yakin kau pun memahami jika keadaan yang memaksanya seperti itu. Berulang kali di khianati orang yang berusaha keras untuk di percayainya. Ya, bahkan Nathan yang mencoba untuk dewasa dengan tak menceritakan kejadian menyakitkan dua tahun silam pada ku, akhirnya tak kuat membendungnya." Tommy menjeda ucapannya. Lagi-lagi membuatnya meringis dengan lidahnya yang di gigit karena membongkar cerita Nathan terlalu jauh.
Entah karena pengaruh alkohol yang lagi-lagi dengan rakusnya di tenggak, atau malah hatinya yang memang tergerak untuk membuat segalanya terbuka terang untuk hubungan Nathan dan juga Max.