Nathan masih mengingat dengan jelas saat di mana dirinya sempat ingin menyerah pada hidup. Tekanan yang di rasa, bahkan konflik yang berputar-putar di satu tempat yang membuatnya sempat jengah dan tak ingin lagi membujuk hatinya yang kadung kecewa.
Pada waktu itu, ia merasa hidupnya yang paling sulit. Tak adanya kasih sayang penuh dari ibu, atau bahkan tentang dirinya yang tak bisa menunjukkan secara gamblang jati dirinya.
Rasanya pada waktu itu ia tak bisa bercerita pada siapa pun. Bahkan kawan-kawannya yang sudah mencantumkan diri sebagai orang terdekatnya. Banyak ketakutan dalam dirinya yang memang berlebihan, serta di lain sisi ia yang ingin segalanya berjalan dengan baik secara instan.
Seperti memang sudah tak bisa mempercayai siapa pun untuk segala curahan hatinya. Hingga satu masa di mana pertemuannya dengan Lisa. Seorang wanita yang melalui fase sama persis seperti dirinya. Juga ingin mengakhiri hidup, bahkan di ketahui lebih lanjut membawa nyawa lain di dalam perutnya.