"Ku harap kau pikirkan lagi tentang ini, sebelum terlambat, Lin!"
Wanita yang tengah duduk di meja riasnya itu sama sekali tak bergeming. Menatap bias pergerakan sang kakak yang membelakanginya dan perlahan menghilang dari ruangan. Pintu tertutup, menyisakan kesunyian seketika.
Sekujur tubuhnya bergetar, bahkan jantungnya tak bisa menormal walau napasnya berusaha di atur sebaik mungkin. Menarik dalam melalui hidung, menahannya sejenak untuk mengisi rongga dadanya yang begitu kosong, menghembuskannya perlahan melalui mulut.
Namun agaknya semua itu tak ada gunanya. Buku jarinya yang terkepal erat, masih saja tak bisa menahan luapan gemuruh di hatinya dengan air mata yang menetes karena tak mampu lagi untuk di bendung.
Sungguh, keadaannya makin sulit dengan salah perkiraan di akhirannya. Wanita yang mulanya begitu bernafsu untuk menjemput kebebasan dengan jalan apa pun, malah menariknya pada kesalahan fatal yang terlanjur terlambat untuk di sadari.