"Katakan pada ku, siapa diri mu!" sentak Rian yang sontak saja langsung menarik perhatian seluruh pengunjung. Suaranya meninggi, tak dapat di cegah dengan volumenya yang turut mengeras.
Wajah kecilnya benar-benar sangat merah. Rahangnya mengetat dengan suara gemelutuk giginya yang mengerat. Hawa dingin langsung saja menyeruak, bayang-bayang hitam di belakang tubuhnya turut mengelamkan suasana.
Lengan kecil yang menumpu di atas meja itu terkepal dengan sangat erat. Sedikit pun tak beralih objek dari pria asing yang hanya datang untuk mengusik.
Max yang di bentak jelas saja tak berpengaruh sedikit pun. Dengan nyamannya, ia malah menyandarkan tubuh dan menggulirkan ibu jarinya pada layar ponsel.
"Selain kenyataan Nathan adalah anak tunggal. Kau juga sudah mengetahui alamat tinggalnya? Oh ya, bahkan tak lupa dengan berita penting atas usaha mu yang tak tau malu sedikit pun, memberitahukan hubungan yang kalian jalin dengan mama Nathan?"