Melepaskan satu per satu pakaian, wajahnya benar-benar sangat datar walau sekedar untuk menyahut siulan menggoda dari Max.
"Celana dalam mu juga, sayang..."
Tambah Max yang secara bersamaan membuka resleting celana kainnya juga.
Nathan yang masih dalam lingkup kemarahan, sangat menyesalkan tentang pandanganya yang menjadi sangat penasaran untuk melihat kejantanan milik Max yang menegak. Terlebih dengan jantungnya yang sontak berdebar sangat kencang, salivanya yang lebih banyak berproduksi hingga membuat jangkunnya naik turun untuk menenggaknya rakus.
Kali ini pemikirannya yang ikut bersuara, di bandingkan dengan ketidakberdayaan yang di jabarkannya tadi, kenapa sebagian besar dirinya malah mengakui tunduknya hasrat pada dominasi percintaan Max yang sangat kuat? Jelas masih jauh dengan arti cinta yang sesungguhnya, apakah Nathan hanya sedang berhasrat tinggi karena mengimbangi pria jangkun itu saja?