"Bun, liat pita merah yang kita beli kemarin gak ?" teriak Jingga dengan sangat keras dari dalam kamarnya
"Bun liat gak sih" masih belum ada sahutan dari sang Bunda, jam sudah menunjukkan angka 06.05 pagi, Jingga takut jika telat mengikuti MOS di hari pertama. Karna dia gak mau berurusan sama yang namanya panita MOS dan antet-antetnya. karna menurut dia berurusan dengan anggota MOS sama aja kayak berurusan sama manusia sok berkuasa. Yang ujung-ujungnya minta dikerjain ini-itu supaya bebas dari hukuman para anggota MOS dan para anteknya.
Bunda kemana sih, sedari tadi di panggilin gak nyahut, rengut Jingga dalam hati.
"kalo Bunda gak jawab, Jingga gak ikut MOS pertama nih, BUNDA ?" ancam Jingga dari dalam kamarnya. Sang bunda yang mendengar ancaman dari Jingga pun mau tidak mau akhirnya bunda naik ke atas menuju kamar Jingga untuk membantu sang anak mencari pita merah yang dia maksud.
"Ya di cari dulu Jingga, bukan malah teriak-teriak seperti itu" omel bunda dari lantai bawah sambil menaiki tangga.
"Jingga udah cari loh Bun, tapi pitanya memang gak ada" seru jingga bersikeras.
"Terakhir kamu letakin dimana Jingga, kok bisa gak keliatan" tanya bunda dengan gemas, sambil ikutan mencari pita merah yang mereka beli kemarin.
"ini apa Jingga" tunjuk bunda Sari pada Jingga ketika menemukannya di meja belajar Jingga yang beserakan berbagai macam benda, mulai dari miniatur gitar sampe bungkus snack jajan favorit Jingga. "makanya kalo cari itu yang sabar, bukan teriak-teriak gak jelas seperti itu" tambah bunda gregetan melihat kelakuan Jingga yang gak pernah sabar dalam melakukan sesuatu.
melihat pita nya sudah ditemukan, Jingga hanya cikikikan menanggapinya. Tidak peduli pada omelan sang bunda. Karna yang terpenting bagi dia saat ini pita merah sudah ditemukan oleh sang bunda tercinta dan tidak akan mengalami kertelambatan di hari pertama MOS nya ini.
"yodah Bunda turun dulu, mau siapin sarapan" yang dibalas anggukan oleh Jingga.
setelah Jingga mengikatkan pita merahnya di rambutnya yang sudah diikat duluan dengan ikat rambut, Jingga membawa alat persiapan MOS nya ke lantai saju meja makan.
"Pagi Ayah, Ka Jerry, Ka Joan" sapa Jingga pada keluarganya yang sudah berkumpul di meja makan.
"pagi juga putri cantiknya Ayah" sapa sang Ayah balik.
"Bun, sarapannya dibontotin aja ya Bun. Jingga makan di mobil aja. Udah telat soalnya" kata Jingga pada bunda, ketika bunda ingin menyiapakan sarapan Jingga.
"yaudah Bunda buatin dulu"
"nanti di sekolah jangan buat ulah ya, awas loh. Pokoknya jangan malu-maluin Gue" kata Joan mengancam Jingga, sewaktu Jingga mendudukkan bokongnya di kursi meja mekan. Karna Joan tau bagaimana watak adeknya sebiji ini. Sumpeh ini anak suka buat bikin orang kesal, bukan dengan tingkahnya dia. Tapi itu lidah loh nyinyir banget kalo udah ngomong, suka gak mikir perasaan orang. Gue yang jadi abangnya aja suka tensian kalo udah denger balasan omongan dari dia, apalagi orang lain. batin Joan.
"ish apa sih, belum juga sampe sekolah udah di ancam" sungut Jingga pada Joan
"yaudah ya Bun, kita pamit dulu" pamit mereka setelah bunda memberikan bekalnya Jingga.
"hati-hati bawa mobilnya Joan, jangan suka ngebut" nasihat Ayah sebelum mereka berangkat.
"Iya Ayah, pamit ya Ayah" jawab Joan seraya menyalim tangan Ayah.
Sesampainya mereka di sekolah .
"Kalo nanti orang mau kenalan, jangan jutek jawabnya. Apalagi sama kakak kelas. Nanti kamu dibilang adek kelas kurang ajar" nasihat Joan pada Jingga sebelum Jingga keluar dari mobil Joan.
"Iya ih, bawel banget sumpah. Yaudah Gue duluan" kesal Jingga seraya memakai peralatan MOS nya.
Mulai dari keranjang sampah yang dijadikan sebagai tas, nama-nama ilmiah tumbuhan yang dijadikan sebagai nama pengenal mereka selama MOS. Dasi dari kardus yang dibuat warna hitam. Sampai dengan topi kerucut, mirip topi ulang tahun anak-anak dipakaikan diatas kepalanya.
"Ya ampun ini ribet banget sih MOS, lama-lama mirip pemulung Gue. Gak jelas banget sumpah" gerutu Jingga sambil melangkahkan kakinya ke lapangan yang sudah banyak muridnya berkumpul.
Beberapa detik setelah dia sampai dilapangan. Para anggota OSIS menempati posisi mereka masing-masing. Begitu juga dengan pembina OSIS yang mengambil tempatnya di podium yang sudah di sediakan.
"Slamat pagi anak-anak" sapa pembina OSIS
"Pagi Pak" seru mereka kompak.
"Baiklah saya akan memberikan pengarahan pagi hari ini tidak banyak, mungkin hanya ingin memperkenalkan diri saja. Kenalkan saya Sandi, pembina OSIS di sekolah ini sekaligus guru BK juga. Dan mereka yang ada di samping saya ini adalah anggota OSIS. hari ini adalah MOS pertama untuk kalian, saya harap kalian semuanya bisa mengikutinya dengan baik dan tidak membuat ulah. Sekian dari saya, Saya serahkan pada ketua OSIS " setelah selesai melakukan pidato singkat tersebut, pak Sandi turun dari mimbar dan menyerahkan mikrofon pada ketua OSIS.
Dan tiba saatnya ketua OSIS yang mengambil alih.
"Yang merasa dirinya tidak memakai semua perlengkapan MOS hari ini, silahkan membentuk barisan baru si sebelah kanan barisan" ucap sang ketos to the point tanpa basa-basi, tidak ada sapaan selamat pagi dan tidak ada salam pembuka, yah begitu lah ketua OSIS SMA Harapan itu. Ngomongnya terlalu irit suka buat orang gak ngerti ketika ngomong sama dia.
Orangnya juga tegas, tidak suka yang namanya kebisingan. Dan satu hal yang paling dia benci, melihat seseorang yang tidak taat apalagi tidak disiplin.
Karna poin utama disekolah itu juga adalah taat dan disiplin.
Jingga yang mendengar kalimat itu hanya mencibir dalam hatinya, sok cool banget.
"Tidak ada yang namanya grasak-grusuk. Jadi yg merasa dirinya tidak lengkap atribut MOS, silahkan membentuk barisan" teriaknya dengan lantang, tanpa memakai mikrofon karna para peserta MOS sudah mulai tidak tenang di barisannya, takut jika mereka salah satu yang tidak lengkap di hari pertama MOS mereka ini.
Melihat auranya yang menyeramkan, para peserta MOS yang merasa dirinya tidak lengkap, akhirnya mereka membuat barisan baru di sebelah kanan seperti yang sudah di perintahkan.
Mereka takut, karna sebentar lagi mereka akan dapat hukuman setelah ini. Dan lebih takunya lagi kalo hukumannya aneh-aneh.
Mendegar suara yang sangat keras itu membuat Jingga bermonolog dalam hatinya lagi awas bang itu pita suara pecah, nanti gak biasa teriak-teriak lagi, kan kasian. seraya menatap sang ketos acuh tak acuh
"Tidak ada lagi" tanyanya masih dengan suara lantangnya tanpa mengubah ekpresi wajahnya.
Semuanya diam " baiklah jika memang tidak ada" sang ketua osis menghampiri teman-teman anggota OSIS, dan meminta mereka untuk memeriksa peserta MOS.
Para anggota OSIS mulai memeriksa peserta MOS, mana tau emang ada yang mencoba bersembunyi atau pun tidak jujur di hari pertama ini.
Setelah 10 menit berlalu para anggota OSIS kembali ketempat masing-masing.
Jingga tenang-tenang saja di tempanya. Karna dia merasa persiapan MOS nya memang sudah lengkap,jadi Dia anteng saja dibarisannya.
Tapi sepertinya nasib berkata lain pada Jingga di hari pertama MOS nya ini. setelah melihat teman-temannya yang perempuan membuat dua kepangan diatas kepalanya sementara dia hanya satu. Dia shock seketika, Jingga berasa dunianya bakal kiamat. Mampus sudah hanya itu yang terputar diotaknya.