Hari ini Seo Yun ada ujian memasak di kampusnya, karena semalam dia pulang cukup larut setelah bersenang-senang dengan temannya. Kini ia merasa tidak fokus mengikuti ujian, matanya begitu berat dan ingin sekali tidur. Ia menyesal telah mabuk berat semalam, jika ia ingat hari ini ada ujian memasak tentu saja dia tidak akan mau pergi ke club malam untuk minum bersama teman-temannya.
Seo Yun tersentak kaget ketika mencium aroma gosong dari daging merah yang sedang di masaknya. Seo Yun panik, ini kali kedua ia mengulang ujiannya ketika ia gagal di tahap pertama. Pengawas yang sedang mengawasi ujian langsung menghampiri Seo Yun dan memarahi nya.
"Seo Yun, kamu ini bisa fokus atau tidak? Ini sudah kesempatan kedua kamu mengulang ujian dan sekarang kamu gagal lagi karena hanya mengantuk? Kalau di percobaan ketiga kamu gagal lagi, kamu akan di keluarkan dari kampus" ujar sang pengawas.
"Maaf kan saya, bu" ujar Seo Yun lirih.
"Sebaiknya kau keluar dari ruangan ini, dan persiapkan dirimu minggu depan di percobaan yang ketiga. Camkan perkataan ku Seo Yun agar kau tidak menyesal" tegas sang pengawas.
Seo Yun mengangguk dan hanya bisa pasrah dengan takdir hidupnya yang begitu menyebalkan. Dengan lemas Seo Yun meraih tas miliknya dan keluar dari ruangan ujian, langkahnya tertatih dan tak tau lagi harus bagaimana menghadapi situasi seperti ini. Seo Yun memutuskan untuk pulang dan tak lupa ia membeli beberapa makanan untuk makan siang.
Sesampainya ia di rumah nya, ia tidak sengaja menginjak sebuah undangan pernikahan yang terselip melalui lubang pintu rumahnya. Seo Yun segera meraih undangan tersebut, ia menghela nafas ketika melihat nama sang ayah yang akan menikah lagi untuk ketiga kalinya.
"Astaga kau benar-benar menyebalkan sekali Ayah" gumam Seo Yun lirih.
Tak lama kemudian ponsel Seo Yun berdering, ia segera meraih ponselnya dari dalam tas. Di lihatnya nama sang ayah yang tertera di layar ponsel, Seo Yun menghela nafas dan langsung menjawab panggilan telepon dari sang ayah.
"Halo Ayah"
"Seo Yun, apa kau sudah menerima undangan pernikahan dari Ayah?" tanya sang ayah antusias dari sambungan telepon dan hal itu membuat Seo Yun sedikit menjauhkan ponselnya dari telinganya.
"Ayah bisakah kau tidak berteriak seperti itu? pendengaran ku masih normal Ayah, jadi kau tidak perlu berteriak seperti itu" protes Seo Yun.
Sang ayah tertawa terbahak-bahak, sementara Seo Yun kembali menjauhkan ponselnya dari telinganya. "Maafkan aku, Seo Yun. Karena Ayahmu begitu bersemangat untuk pernikahan ketiga nya"
Seo Yun menghela nafas malas. "Ayah, jika kali ini pernikahanmu kembali kandas. Aku tidak akan pernah mau jadi anakmu lagi"
"Kau tenang saja Seo Yun, aku tidak akan mengecewakanmu"
"Jadi siapa yang akan Ayah nikahi?"
"Dia masih muda, dan juga cantik seperti kamu"
"Apa? Masih muda? Apa kau menikahi seorang gadis remaja?"
"Tidak terlalu remaja, pokoknya nanti kau akan tau bagaimana calon Ibu baru mu. Ayah tunggu kedatangan mu ya Seo Yun" gumam sang ayah antusias.
Tut.. Tut.. Tut..
Sambungan telepon pun terputus, Seo Yun merasa kesal dengan tingkah sang ayah yang begitu menyebalkan. Seo Yun langsung melempar tas miliknya ke atas sofa, setelah itu ia langsung merebahkan tubuhnya di kasur.
Hari ini sangat lah kacau menurutnya, ia kembali gagal di ujian memasak dan harus mengulangnya sekali lagi. Jika ia kembali gagal maka ia akan mengulang mata kuliah ini sampai minggu depan.
"Sial sekali, harusnya semalam aku tidak pergi untuk minum. Di tambah lagi semalam aku bertemu dengan lelaki sialan itu, makin bertambah rasa sialku karenanya" gerutu Seo Yun kesal.
Sementara itu di lain tempat, Ye Jun baru saja selesai menghadiri rapat kerja bersama kliennya di kafe yang tidak jauh dari kantornya. Belum sempat ia masuk ke dalam ruangannya, tiba-tiba saja sekretaris nya meminta Ye Jun menemui sang Presiden Direktur.
Dengan antusias Ye Jun langsung melenggang masuk ke ruangan sang ayah dan duduk di sofa.
"Ayah memanggilku? Ada apa? Apa Ayah ingin berterima kasih padaku karena aku telah memenangkan tender hari ini?"
Sang ayah memutar kursi kerjanya dan menghela nafas, kemudian langsung menghampiri Ye Jun. Ye Jun tersentak kaget ketika sang ayah melempar sebuah foto dirinya bersama seorang perempuan.
Ye Jun terbelalak ketika melihat foto tersebut, ia bingung dari mana sang ayah mendapatkan foto-foto tersebut.
"Ayah, bagaimana bisa kau mendapatkan foto tersebut" ucap Ye Jun gugup.
"Kau tidak perlu tau dari mana aku mendapatkan foto tersebut, tapi yang jelas aku sangat malu memiliki anak yang kerjanya hanya bisa mabuk-mabukan dan main perempuan. Kau telah mencoreng Citra perusahaan kita Ye Jun" tegas sang ayah.
"Ayah maafkan aku, aku tidak bermaksud seperti itu" gumam Ye Jun sambil berlutut di depan sang ayah.
"Sekretaris Ming, Sekretaris Ming" teriak Tuan Kim.
Tak lama kemudian sekretaris Ming datang menghampiri Tuan Kim.
"Iya Tuan Kim, ada yang bisa saya bantu?"
"Tolong cabut semua akses fasilitas milik Ye Jun termasuk kendaraan, lalu hubungi kepala cabang di Ulsan untuk mempersiapkan training, karena lusa Ye Jun sudah akan training di sana" tegas Tuan Kim.
Ye Jun terbelalak mendengar ucapan sang ayah, ia tidak menyangka jika sang ayah akan melakukan hal ini padanya.
"Ayah, aku mohon jangan lakukan itu padaku. Aku minta maaf Ayah, aku mohon jangan lakukan itu" gumam Ye Jun terisak.
"Sekretaris Ming, tunggu apa lagi? Ayo cepat lakukan"
"Iya, baik Tuan" ujar Ming yang langsung bergegas pergi dari hadapan bossnya.
Sementara Ye Jun masih merengek di hadapan sang ayah, ia sangat menyesal karena tidak pernah mau mendengar ucapan sang ayah.
"Ayah, aku mohon! Maafkan aku, Ayah. Aku tidak bermaksud mencoreng citra perusahaan kita"
"Kau akan belajar banyak di cabang, semoga setelah ini kau mengerti apa artinya berjuang" gumam sang ayah yang langsung pergi dari hadapan Ye Jun.
"Ayah, Ayah aku mohon maafkan aku Ayah" teriak Ye Jun, namun hal itu tak di hiraukan oleh sang ayah.
Ye Jun masih meratapi nasibnya, kini ia tidak bisa lagi mendapatkan kemewahan dari sang ayah. Ye Jun benar-benar menyesal karena semalam telah pergi ke club malam tersebut. Andai kejadian tadi malam tidak ada mata-mata di tempat tersebut, mungkin saat ini nasibnya masih aman dan tidak kehilangan semua kemewahan yang selalu di fasilitasi oleh orang tuanya.
"Astaga kenapa semua ini terjadi padaku, aku tidak menyangka jika Ayah menyewa seorang mata-mata" gumam Ye Jun sambil menopang kepalanya dengan kedua tangannya.
Ye Jun pasrah, ia tidak tau lagi harus berbuat apa. Ia benar-benar menyesal telah telah melakukan hal ini. Andai waktu bisa di putar kembali, mungkin ia tidak akan melakukan hal bodoh seperti ini lagi.
"Mari Tuan Ye Jun, saya akan mengantar anda ke apartemen untuk berkemas" ujar Sekretaris Ming.
Ye Jun menghela nafas panjang, ia sangat sudah pasrah. Ye Jun segera bergegas berjalan menuju lobby dan masuk mobil di kursi kemudi. Terhitung hari ini ia sudah tidak boleh mengendarai mobilnya lagi.