Hari ini aku sedang berada di lab, seorang diri, dan pada jam istirahat. Bukannya aku aneh, tapi ketika di lab, aku bisa bereksperimen. Selalu muncul ide-ide baru. Mungkin saja hari ini aku bisa membuat suatu bahan pelenyap manusia-- seperti Rendra--yang tidak akan disadari semua orang--dan yang mana itu tidak mungkin.
Aku benar-benar tidak habis fikir dengan jalan pikiran Rendra.
Cowok itu dengan sengaja selalu menyela aku ketika aku akan bertanya pada guru selama KBM berlangsung. Bukankah itu menjengkelkan? Dan jangan lupakan tentang dia yang tiba-tiba saja duduk di belakangku. Persis di belakangku. Hampir setiap waktu saat aku sedang menulis ataupun membaca buku, cowok pencuri itu selalu menggangguku.
Tidak secara langsung. Contohnya, dia akan menggerakkan kakinya ketika aku sedang menulis, itu selalu. Dia akan bernyanyi dengan keras sambil mendengarkan earphone ketika aku membaca buku. Itu benar-benar semakin membuatku membenci Rendra.
Entah sejak kapan cowok itu menjadi menyebalkan padaku. Padahal, aku dan dia sama sekali tidak saling mengenal-- mungkin aku yang tidak mengenalnya. Aku hanya tahu ia yang menjuarai catur antar sekolah beberapa bulan yang lalu.
Setelahnya, kita malah tidak pernah saling menyapa atau pun berhadapan langsung secara intens membicarakan hal yang serius. Itu tidak pernah terjadi. Tapi, semenjak kejadian dimana dia merebut tahtaku, aku jadi ingin menghilangkannya bahkan sebelum aku mengenalnya.
Aku bahkan tidak bisa berhenti memikirkan betapa bencinya aku pada Rendra.
Oh, Kerang ajaib, tolong hilangkan ia dari pikiranku jikalau engkau tidak bisa menghilangkannya dari bumi ini.
Benar-benar melelahkan. Aku butuh asupan energi.
Aku pun menyudahi kegiatanku yang bermain dengan alat lab, kemudian keluar dari ruang lab dan menuju kantin. Anna pasti sedang di kantin sekarang, sahabatku itu sangat menyukai kantin.
Aku berjalan dengan gayaku yang biasanya. Terlihat angkuh, dan segan untuk didekati. Aku memang sengaja membuat imejku seperti itu. Karena sejatinya, orang yang terlihat disegani itu, tidak akan mudah untuk diremehkan. Dan aku tidak suka diremehkan.
Aku melirik sekilas pada gerombolan lelaki yang merupakan teman satu angkatanku, kemudian kembali mengalihkan tatapanku ke depan sambil tersenyum tipis.
Mereka terlihat kagum melihatku. Tentu saja. Aku sepenuhnya sadar, hampir seluruh siswa di sekolah ini menginginkanku. Namun, mereka tidak pernah mendekatiku. Siswa-siswa yang berani mendekatiku hanya siswa-siswa yang mempunyai prestasi dan kelebihan di bidang akademik maupun non akademik. Namun, tak ada yang pernah masuk standarku.
Termasuk Rendra yang tidak akan masuk standar cowok yang aku inginkan. Cowok itu perebut. Aku tidak suka. Makanya, mengapa aku membencinya karena aku tidak suka ada orang yang merebut hal yang sangat berharga bagiku.
Rendra lagi, Rendra lagi. Cowok itu memang menyebalkan. Mau dipikiranku, ataupun di kehidupanku, sangat menyebalkan.
Aku berhenti di pintu masuk kantin sambil melihat ke sekeliling, mencari Anna. Biasanya gadis itu akan duduk di pojok kantin. Tapi, hari ini tidak kulihat dia berada di sana. Aku pun berhenti mencarinya, dan mendekati stan yang berisi berbagai makanan ringan.
Aku memutuskan membeli roti isi dengan sebotol air mineral. Lalu kembali melihat ke sekeliling yang sebenarnya agak risih, karena hampir beberapa orang yang berada di kantin melihatiku. Aku memang sepopuler itu, sepertinya. Aku pun mendekati bangku kosong-yang sengaja dikosongkan sebenarnya oleh beberapa siswa yang duduk disitu sebelumnya, lalu menduduki bangku itu.
Ini agak tidak nyaman. Bangku ini berada di tengah-tengah kantin dimana semua orang mudah memperhatikanku. Tapi, apa boleh buat. Aku harus segera menghabiskan rotiku jika ingin keluar dari zona tidak nyaman ini.
Namun, niat itu tidak tersampaikan. Baru saja aku membuka bungkus roti lapisku, seseorang dengan tubuh tegap dan harum maskulin khas lelaki duduk di hadapanku dengan senyum miring tercetak jelas di bibirnya yang agak pucat. Tak lupa tangannya yang menenteng roti lapis dan sebotol air mineral. Persis seperti yang aku beli.
"Ternyata, orang yang kemarin gue kalahkan peringkatnya, bisa makan sendiri juga."
Seketika, nafsu makanku lenyap.