Chereads / MY FIRST LOVE IN BANDUNG / Chapter 2 - Bertemu Dia

Chapter 2 - Bertemu Dia

Hari ini aku mendapat banyak teman. Aku mulai terbiasa dengan lingkungan luar. Sangat berbeda dengan belajar dirumah. Gurunya hanya satu, muridnya hanya aku dan selalu diakhiri dengan membahas urusan bisnis.

Terkadang aku merasa frustasi bila terus menerus di paksa ayah untuk melakukan hal-hal yang aku tak suka. Jika aku menolak ia akan marah dan sering melukaiku. Tangan dan kaki yang selalu menjadi sasaranya. Memar yang membekas akibat cambukan gasper yang cukup keras dihempaskan ke kulit.

Tapi ada yang lebih sakit dari ini. Hati. Hatiku sangat terluka ketika ayah pulang dengan keaadan mabuk. Jika sudah mabuk ia akan merasakan sakit di kepalanya. Atau melampiaskan kekesalanya padaku, dengan memukulku tanpa ampun. Bila tidak ada Pak Gevan saat itu, mungkin saat ini aku tidak akan berada disini. Aku akan bersama ibuku di alam yang sama. Aku sangat ingin menyusul ibuku. Tapi, ibu selalu bilang bahwa ayah sebenarnya sangat menyayangiku. Hanya saja, Ia salah dalam melakukan tindakan itu.

Aku hanya bisa bersabar dan pasrah. Aku selalu berdo'a pada yang maha kuasa. Jika suatu saat nanti aku dan ayah bisa hidup bahagia tanpa rasa pedih yang aku rasakan saat ini. Aku ingin seperti anak-anak lain, Yang mendapat begitu banyak perhatian dan kasih sayang dari orangtua mereka. Aku iri pada mereka yang bisa mendapat cinta dari keluarga.

Sekarang kebahagian mulai datang, walaupun hanya sedikit. Kebahagiaan yang datang dari teman-temanku. Diantara yang lain Putri lah yang paling dekat denganku. Ialah yang menghiburku ketika aku merasa sedih. Ya, dari pagi aku selalu memikirkan masalah yang aku dapat. Putri tampaknya mengerti akan perasaanku yang sedang kacau. Ia memberiku pelukan hangat hingga akupun tak bisa menahan air mataku yang mulai jatuh bercucuran.

Rasa sakitku sedikit demi sedikit mulai berkurang. Kini hanya canda dan tawa yang hadir di setiap kata yang kami lontarkan. Putri memang seorang gadis yang begitu baik dan cantik. Ia hidup dari keluarga yang terpandang sama sepertiku. Ayahnya seorang bos di sebuah cafe yang paling populer di kalangan anak remaja seusiaku. Cafe yang selalu penuh dan tak pernah sepi dari pengunjung itu, memiliki banyak cabang di Indonesia. Dari mulai pulau jawa, kalimantan, sumatera dan banyak lagi.

Kami banyak menghabiskan waktu di perpustakaan. Hobi kami sama, sama-sama suka membaca. Dia anak yang ceria dan seringkali menampilkan senyuman indahnya. Ia juga pintar dalam bidang akademik. Bisa di bilang Putri ini termasuk kedalam cewek ideal.

"Nat" Tanyanya yang diakhiri dengan tepukan di pundak. Akupun menoleh dan terlihatlah wajah Putri yang tampak bahagia.

"Kenapa put?" Balasku dengan senyuman dan menghadap tepat kearahnya.

"Nanti pulang sekolah kita shoping mau ga?Tapi aku bawa pacar aku ya? katanya dia juga mau bawa temen cowok dia. Jadi kita jalan berempat kamu mau kan Nat?" Ada sedikit keraguan yang muncul dari mimik wajahnya. Mungkin ia takut aku menolaknya. Aku sempat berfikir. Apa ayah akan mengizinkanku pergi? aku takut dia marah dan melukaiku lagi. Ah iya ayah kan hari ini pergi ke luar kota selama satu bulan, berarti ada waktu bagiku untuk pergi keluar tanpa sepengetahuan ayah.

Akupun mengangguk setuju. Putri begitu antusias dengan jawabanku barusan. Ia membalasnya dengan satu pelukan hangat yang tentunya aku balas dengan hangat juga.

Jam menunjukan pukul 2 siang. Aku segera bersiap untuk pergi menemui Putri sebentar lagi. Kini aku sudah siap dengan off-shoulder blouse hitam ditambah rok mini hitam kotak-kotak. Dengan sneaker putih polos berlogo Nike. Rambutku sengaja aku urai karena aku tidak suka bila harus mengikatnya.

"Nona" pintu kamarku terbuka dan melihatkan sosok yang tak lain adalah Bi Garnis. Ia pelayan kepercayaanku sejak aku masih kecil. Ia selalu menemaniku kemanapun aku pergi. Ia juga pengganti sosok ibuku yang telah tiada. Seringkali ia menangis ketika melihat aku yang terluka karena ayah. Setelah ia masuk akupun tersenyum senang ketika menyapanya. Tadinya bibi melarangku untuk pergi tanpa sepengetahuan ayah, tapi setelah aku memohon dan kuceritakan semua tentang teman, sekolah akhirnya ia mengiyakan.

"Kalo begitu Natasha pamit pergi dulu ya bi" tak lupa mencium punggung tanganya sebelum aku pergi untuk beberapa menit atau jam.

"Inget ya non jangan terlalu lama" akupun mengangguk pelan dan mulai meninggalkanya disana. Tepat saat aku membuka gerbang mansionku sudah terpakir mobil sport berwarna merah disana. Beberapa detik kemudian satu kaca mobil terbuka dan memperlihatkan kepala Putri yang keluar dari mobil tak lupa melambaikan tanganya girang. Aku hanya menggeleng dan berjalan masuk ke dalam mobil yang di tumpangi Putri itu.

Betapa kagetnya aku ketika duduk disana. Disebelahku sudah ada Stephand yang tampaknya kaget juga. Terlihat dari mimik wajahnya. Kami saling pandang cukup lama hingga Stephand membuka pembicaraan.

"Natasha?" Tanyanya bingung dengan satu alis yang terangkat.

"Kok kamu ada disini?" Balasku dengan nada bingung. Ia mengernyitkan dahinya dan menoleh pada Putri yang tampaknya sedang menonton dari depan. Putri menoleh kearahku dan Stephand bergantian, tampaknya ia juga bingung.

"Sayang. Maksud kamu temen cowok kamu itu Stephand?" Tanya Putri pada seseorang yang tak lain adalah kekasih dari Putri. Ia pun menoleh dan melihatku dan Stephand yang berada di belakang. Lelaki yang bernama Hito itu hanya mengangguk dan mulai melajukan mobilnya.

Selama perjalanan menuju BIP tidak ada percakapan diantara kami berempat. Stephand hanya fokus pada luar jendela yang menampilkan suasana jalan kota Bandung yang ramai dengan banyaknya kendaran serta orang-orang yang berlalu lalang. Putri dan aku kompak bermain ponsel yang berlogo apple itu. Sedangkan Hito ia hanya fokus dengan jalan karena sedang menyetir.

Kami berempat akhirnya sampai di BIP. Kami menjadi pusat perhatian disana. Pasalnya Putri adalah selebram terkenal sekaligus anak dari seorang bos Cafe yang populer dikalangan anak remaja. Hito yang ternyata adalah seorang pembalap motor sport nasional. Namanya sudah terdengar ke segala penjuru di Indonesia.

Stephand anak dari seorang ceo pemilik Perusahaan parfume paling top di seluruh Indonesia bahkan sudah banyak mengimpor ke berbagai negara seperti asia dan eropa. Aku salah satu dari yang lain yang memakai parfume dari perusahaan milik ayah Stephand. Harganya cukup dibilang sangat tinggi hingga berjuta-juta hanya untuk satu parfume. Pantas saja ia memiliki wangi yang sangat menyejukan pernafasan.

Dan sepertinya tidak ada yang mengenalku. Aku yang selalu ada di mansion dan tak pernah beranjak keluar bahkan memposting foto di sosial media saja perlu persetujuan dari Ayah. Sekali upload isinya hanya fotoku yang masih berusia 5 tahun atau hanya pemandangan alam. Jadi mana mungkin mereka mengenalku. Yang mereka tau hanya seorang Leonard Beathoven seorang ceo perusahaan Desain yang top. Mungkin mereka tau pria ini memiliki anak hanya saja tidak pernah terlihat.