"aku tak punya teman! "
•
~~~🍁🍁🍁~~~
Selesai dari bernyanyi Nara pergi ke suatu tempat.
"Akan ku lenyapkan si kompor itu"
Nara pergi dengan tasnya yang penuh. Berdiri diatas gedung yang berlantai 5 dengan memegang panahnya. Perlu kalian tahu Nara ahli dalam memanah dan panah itu ia buat sendiri.
Tak lama tampak seorang pria berjalan digang sepi, itu adalah target yang Nara tunggu tunggu.
"Selamat tinggal... "
Wuss...
Brukk...
"...Kakak"
Seringai muncul dari wajah cantik Nara saat Pria itu terjatuh dengan tubuh yang kaku tak bernyawa. Anak panah yang tepat menancap pada jantung dan membuat korban terjatuh.
Si kompor yang Nata maksud adalah kakak nya sendiri KIM JIWON, seseorang yang selalu memanas manasi Papa nya saat sedang memukul Nara.
****
"Aku pulang"
"BERHENTI BERTERIAK TIDAKKAH KAU LIHAT SUAMIMU SEDANG LELAH"
"Kau yang mencari masalah terlebih dahulu"
"Bisa kah kau DIAM! "
"Arrrggghhh! "
'Haaa'
Yang menyambut Nara saat pulang hanya teriakkan dari orang tuanya.
"Hei! tak sopan sekali kau"
"Aku sudah bilang tadi kalau aku sudah pulang tapi kalian saja yang sibuk"
Nara benar-benar tak peduli lagi dan berjalan menuju kamarnya, yang ia ingin kan hanyalah menangis sekarang.
BUGHH...
Brukk...
Nara pov
BUGHH...
BRUKK...
Siapa ayah yang tega menendang anak nya sendiri dengan kuat? coba kata kan pada ku. Kepala ku sakit saat menyentuh ujung kasur.
"Kau benar-benar tak berguna" Ucap papa
" Jangan sakiti anak ku"ucap Mama
"JIKA AKU TAK BERGUNA KENAPA TIDAK KAU BUNUH SAJA AKU SAAT AKU MASIH KECIL!! "
PLAKK...
" SIAPA YANG MENGAJARKAN KAU BERTERIAK PADA ORANG TUA, HUH! "
BUGHH...
BUGHH...
Ingin ku tanya lagi. siapa ayah yang berani meninju wajah anak perempuan nya sendiri ?
Aku tersungkur dan lagi lagi pinggang ku mencium tepian kasur ku. 'Sakit' itu yang kurasakan.
Tes...
Tes...
Tes...
Butiran kristal jatuh tanpa aba aba bersama dengan cairan merah yang mengalir di kepala ku.
"NARA!!" bisa ku dengar teriakan mama tapi aku sudah tak berdaya lagi.
"Biarkan dia merasakannya"
Dapat ku lihat papa menarik paksa Mama keluar dari kamar ku.
Penglihatanku memburam sepertinya aku akan tidur lagi.
****
Aku terbangun dari pingsan ku, tapi anehnya aku tak merasa sakit apapun. Tempat apa ini? taman yang indah.
"Mereka akan datang tunggu saja"
"Hah? Siapa yang datang dan siapa kau?"
" Seseorang yang sudah membantumu membunuh kakak mu"
"Jangan bercanda! Keluar atau kubunuh kau"
"Mereka akan mengobati lukamu"
"Apa maksud nya? "
"Mereka akan membantu mu pergi dari neraka itu"
"Siapa kau!? "
Aku terbangun dari lantai yang dingin ini dengan napas yang tersengal sengal, syukurlah itu hanya mimpi.
Ah, sepertinya aku tidak akan masuk sekolah dulu untuk saat ini. Kepala ku masih sangat sakit. Pastinya aku tidak akan keluar dari kamar ini, karna Mama sebentar lagi pasti mengetuk pintu ini karna ada kabar bahagia.
Nara pov end
Nara mengangkat tangannya dengan mengisyaratkan angka satu dua dan tiga, lalu terdengar suara ketukan dari pintu kamarnya.
Tokk tokk tokk
'Hoooaam aku mengatuk'
"Nara kau sudah sadar? "
"Wae! ? "
"Mama mendapatkan kabar buruk, kakak mu meninggal karena dibunuh oleh seseorang saat dia dalam perjalanan pulang tadi malam"
"Owh bagus lah"
"Apa kata mu, bagus!! Dia kakak mu Nara"
" Ingat aku tak punya kakak yang suka menjadi kompor "
"Nara! Mama tidak pernah mengajarkan mu berbicara seperti ini"
"Owh"
Nara berjalan dengan santai menuju keluar rumah tanpa memperdulikan panggil orang tuanya yang berduka dan tanpa memikirkan lukanya. Dia menaiki bus menuju supermarket bebas, supermarket yang menjual semua kebutuhan bahkan alkohol yang kadar alkoholnya sangat tinggi.
Ia turun dan langsung masuk ke supermarket itu dan menuju rak alkohol.
'Aku mau mabuk saat ini' batin Nara
Mengambil beberapa botol vodka dan langsung pergi ke kasir untuk membayar.
"Kau yakin!? " Ucap penjaga kasir itu
"Cepat bungkus saja aku ingin pulang"
Mata tajamnya seakan-akan mengancam penjaga kasir agar jangan banyak bertanya.
Nara berjalan keluar supermarket, ia tak mau pulang dulu jadi ia berhenti di taman daerah dekat kompleknya dan meminum vodka yang sudah dia beli.
Satu botol, dua botol, tiga botol sama sekali belum membuatnya mabuk. Nara sudah terbiasa dengan vodka, wiski atau semacamnya. Anak seumuran nya bahkan tak boleh menyentuh minuman itu tapi Nara sudah benar-benar terbiasa.
Saat botol keempat ingin ia teguk tiba-tiba saja seseorang menarik botol tersebut dan menghempaskan nya ketanah.
"HEI!? APA APAAN INI? "
"kau gila"
"Siapa kau!? Berani sekali merebut botol ku dan menghempaskan nya! "
"Kau masih kecil, belum cukup umur tapi sudah berani meminum nya!? Bahkan sudah tiga botol kau habiskan sendiri"
"Apa hubungannya dengan mu? "
"Diam, disini jangan kemana mana jidat kiri mu terluka"
"Dasar gila! "
Seorang pria menghempaskan minuman Nara dan pergi dengan menyuruh Nara tetap diam disana.
~~~
9.37 mlm KST
"Hosh hosh hosh... Untung lah kau tak pergi ayo ikut aku"
Pria itu datang lagi dengan membawa kantong yang entah isinya apa dan menarik tangan Nara menuju kursi lagi. Nara hampir saja pulang tadi karna ia tak suka disuruh untuk menunggu.
"Mau apa? "
Pria itu mengeluarkan sesuatu dari kantong yang ia bawa, oh ternyata itu obat untuk mengobati luka Nara kira nya begitu.
Nara pov
"Diam dulu! aku ingin mengobati luka mu itu"
Dengan perlahan tapi pasti, pria ini mengobati luka ku dan menempelkan perban dikepala ku. Apa maunya, aku tak mengerti kami baru saja bertemu dan dia sudah se peduli ini.
"Selesai , apa sudah baikan!? "
"Hmm"
"Ah, aku lupa siapa nama mu? "
"Apa peduli ku"
"Nama ku Joon , kim Joon"
"Hmm"
"Ah, hehehe maaf aku menyuruh mu menunggu agak lama tadi soalnya aku khawatir dengan luka mu. Lukanya bisa membuat infeksi jika tidak diobati"
"Aku tak peduli, jika luka nya infeksi pun aku tak peduli! "
"Apa maksud mu itu akan berbahaya"
"Untuk apa kau peduli"
"Karna aku tau kau mengalami suatu hal makanya aku peduli"
"Hanya itu? "
"Aku tinggal di daerah sini apa kau juga? Jika iya aku akan mengantar mu pulang terlebih dahulu"
Mengalihkan pembicaraan, aku kurang suka itu.
"Orang baru? "
"Hah!?, oh iya aku dan teman teman ku memang baru pindah tadi sore dan aku pergi ingin melihat sekitar sini tapi ternyata bertemu dengan mu"
" Cepat pulang didaerah sini cukup berbahaya saat malam"
"Justru kau yang harus pulang kau itu perempuan! "
"Aku tak mau pulang! "
"Kenapa!? "
"Aku tak suka orang yang banyak bertanya, nama ku Nara"
"Nama yang bagus, kau bukan dari Korea ya"
"Aku asli Korea tapi ayah ku tak mau memberikan marga nya untuk ku jadi hanya aku yang tak memiliki marga di keluarga ku"
"Eoh? Wae? "
"Sudah pulang lah aku ingin tidur"
"Kau tidur disini!? "
"Aniya"
Aku berjalan menuju pohon besar yang ada ditaman itu, tepatnya ada rumah pohon yang dibuat khusus di komplek yang aku tinggali.
"Hei, kenapa kau keatas? Kenapa tidak dirumah mu saja? "
"Pulang lah, ini sudah malam"
"Kau sudah makan? "
" Pulang!! "
Pria itu pergi, sepertinya dia benar-benar pulang. Aku hanya berbaring dilantai rumah pohon tersebut, tak ada pintu hanya jendela yang tersedia. Ditambah aku kedinginan karna udara malam.
Sekitar setengah jam aku melamun, saat ingin memejamkan mata ada seseorang teriak dari bawah.
" Hei! Nara kau masih disana"
Aku arahkan pandangan ku kebawah dan ternyata pria itu kembali, Joon kembali dengan selimut tebal dan rantang ditangannya.
"Boleh aku naik? "
"Tidak!! "
" Baiklah aku akan naik"
Tak lama aku melihat sebuah kepala muncul dari bawah rumah pohon, itu Joon.
"Ah, ternyata disini lumayan tinggi"
"Untuk apa kemari? "
"Aku tau kau belum makan, jadi aku bawakan kau makanan"
Dia memberiku rantang tersebut, dan tentu saja aku menatapnya curiga
"Aku bukan cenayang"
"Pulang lah aku tak perlu semua ini"
"Aku yakin kau lapar, cobalah ini aku yang memasak"
"Untuk apa kau peduli? "
****