"Ya, kan ternyata kamu turut campur sama proses masuknya aku ke sana," ujar Pradita sambil menunduk kecewa.
"Gak, Dit," tukas Bara dengan wajah yang serius. "Kamu salah paham. Aku gak pernah tau kalau kamu ngelamar ke sana sampai aku liat kamu pas psikotes. Aku kan gak kasih contekan jawaban di ujian psikotes itu. Aku emang nyuruh Ibu Atin buat pertama kali wawancara kamu sebelum yang lainnya. Tapi aku kan gak ikutan pas kamu wawancara. Aku gak ngatur Bu Atin untuk pertanyaan-pertanyaan pas kamu wawancana.
"Itu semua murni urusan kamu sama perusahaan. Aku cuman setting gaji kamu doang. Itu aja. Hasil psikotes kamu itu ada orang lain yang nilai. Semua hasilnya diserahin ke tangan Bu Atin dan dia juga kasih laporan ke aku kalau kamu emang layak kerja di sana."
Pradita menoleh pada Bara yang tampak gusar di tempat duduknya. Mungkin Pradita terlalu berlebihan mengenai kekecewaannya. Ia hanya ingin terlihat hebat untuk dirinya sendiri, tapi ternyata ia belum sehebat itu.