Pagi itu, ayahnya Pradita sedang berdiri di depan cermin sambil mengancingkan kemeja batik terbaiknya. Pradita baru saja pulang dari salon yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Ia sudah mengenakan kebaya yang ia sewa di salon yang sama dengan tempat ia dirias.
Ayahnya menoleh dan tersenyum lebar. "Kamu cantik banget, Dit," puji ayahnya.
"Papa juga cakep banget." Pradita nyengir.
"Ah, kamu ini bisa aja. Kamu udah telepon mama kamu belum? Apa dia jadi mau jemput?" tanya ayahnya yang sudah selesai mengancingkan kemejanya.
"Oh sebentar. Aku telepon mama dulu ya."
Pradita berjalan ke ruang tamu dan kemudian menelepon ibunya. Ia agak terkejut ketika Pralinka yang mengangkat teleponnya.
"Halo, Dit," ucap Pralinka di telepon.
"Halo, Kak. Uhm, kalian ada di mana? Jadi jemput ke sini?"
"Iya. Sebentar lagi kita nyampe ke sana. Tungguin ya. Kamu udah siap belum?"
"Udah, Kak," jawab Pradita agak kaku.
"Oke deh. Sampai ketemu nanti ya."