Budhe Gendis mengusap-usap lengan Bara dengan wajah yang prihatin. Lagi-lagi Bara mendapatkan pandangan seperti itu lagi. Ia jadi merasa tidak enak hati. Ia datang ke tempat ini bukan untuk dikasihani.
Meski sebenarnya budhe-budhenya itu terlihat orang yang sangat baik, tapi ia baru saja mengenal mereka. Bara hanya perlu bersabar sedikit saja karena malam ini ia akan bertemu dengan ibunya.
"Bara, kalau bapakmu itu baik ndak sama kamu?" tanya Budhe Gendis.
"Bapak saya, maksudnya Om Rinaldi?" Bara menyeringai bingung karena ternyata sekarang ia mempunyai dua orang ayah.
"Iya, maksudnya si Rinaldi itu."
"Oh. Om Rinaldi baik kok. Ya, sebenernya saya sama om gak suka ngobrol juga. Sesekali aja gitu. Kan saya sekolah pagi, om-nya belum bangun. Terus waktu saya pulang sekolah, om-nya belum pulang kerja. Ya gitu lah, ketemunya sesekali aja."
Budhe Gendis menautkan alisnya. "Lah terus yang anter kamu sekolah siapa?"