Pradita menurunkan tangan Bara dengan perlahan. "Ya iya lah. Aku kan gak mau ada musuh. Udah cukup aku bermasalah sama para siluman rubah."
Bara memperhatikan tangannya yang sedang dipegang oleh Pradita. Segera Pradita melepaskannya.
Bel berbunyi.
"Aduh! Udah bel!" seru Pradita. "Aku belum beres makan lagi. Mana sekarang lapar."
"Loh?" Bara menoleh padanya sambil menautkan alisnya. Mereka berjalan bersama menuju ke tangga untuk naik ke lantai tiga. "Aku pikir kamu udah beres makan tadi."
"Belom lah! Aku kan ngejar kamu tadi."
Bara terkekeh lagi. "Kamu ngejar-ngejar aku? Demi apa?"
"Heh! Gak usah ngetawain aku yah!"
Bara mengantarkan Pradita sampai ke kelasnya. "Kamu punya hutang sama aku ya."
"Eh? Hutang nasi ayam? Pradita mengeluarkan uang tiga ribu rupiah yang tadi, tapi Bara langsung menolaknya."
"Bukan itu!" seru Bara. "Kamu hutang cerita soal legenda siluman rubah putih tadi."
"Ular," ujar Pradita sambil tertawa keras. "Bukan, bukan. Maksud aku, mana ada rubah putih?"