Pradita langsung melebarkan matanya. "Heh! Lu udah bosen idup ya?! Berani lu nyebut kasian sama gua?!" seru Pradita dengan suara kecil.
Danu terkekeh. "Becanda, Coy."
Pradita mendengus sambil dalam hatinya merasa senang karena akhirnya, ia dan Danu bisa duduk sebangku lagi. Ia langsung mengeluarkan pensil mekaniknya yang baru. Pulang sekolah nanti, ia akan membeli isi pensilnya. Kalau dipikir-pikir, selepernya jadi tidak berguna jika sudah ada pensil mekanik.
Saat istirahat tiba, Pradita hendak pergi ke kantin. "Cuk, kita ke kantin yuk."
"Gak, Coy. Gua bekel nasi tadi dari rumah. Kebeneran mama gua bikin ayam goreng," kata Danu.
"Wah! Asyik banget. Udah lama banget gua gak pernah makan masakan mama lu."
"Makanya lu maen dong ke rumah, Coy."
Pradita terkekeh. "Iya yah. Nanti lah kapan-kapan gua maen. Jadi, lu yakin gak akan ke kantin sama gua?"
"Gak. Sok lu aja yang ke sana, nanti udahnya balik sini makan bareng sama gua."
"Gua beli apa ya?" ucap Pradita sambil berpikir.