Pradita terus menatap ke arah Danu dengan wajah yang mendamba. Ia terus berandai-andai sampai pusing kepalanya. Akhirnya, Pradita memutuskan untuk memperbaiki gambarnya lagi.
Akhirnya, setelah si dua siluman rubah itu mengumpulkan tugasnya ke depan, Pradita baru melihat mikroskopnya dan buru-buru menyesuaikan dengan gambarnya yang tadi hasil menyontek.
Hampir semua murid sudah meninggalkan ruang laboratorium. Hanya Pradita seorang yang tertinggal. Ibu Yuniar menghampirinya.
"Dita, kamu belum selesai?" tanyanya.
"Sedikit lagi, Bu," ujar Pradita.
Ibu Yuniar menghela napas. "Mereka gak kasih kamu kesempatan buat liat mikroskopnya ya?"
Pradita mendongak. "Ya, Bu. Udah gak apa-apa. Biar saya giliran yang terakhir aja."
Bu Yuniar menghela napas. "Sabar ya, Dit," ucap guru Farmakognosinya itu dengan aksen jawa yang medok. "Ibu sih menduga kalau mereka bersikap begitu karena kamu lagi dekat sama Bara."