"Hiks...hiks... Halmeoni mengapa teman-teman Sunny jahat pada Sunny. Mereka bilang Sunny anak yang terbuang hiks...hiks. Apakah benar Sunny anak yang terbuang? hiks...hiks..." ujar gadis yang bernama Jeon Sunny sembari menghapus air matanya dan tidak lupa membuang ingusnya.
Gadis kecil cantik dan imut berwajah blasteran itu baru saja masuk panti asuhan semingu yang lalu. Ini membuat dia semakin dibulli oleh teman-temannya entah apa yg terjadi di dunia sekolah sekarang. Bulli-membulli sepertinya sudah menjadi kebiasaan anak-anak jaman sekarang. Sunny hanya bisa tutup mulut atas perlakuan teman-temannya karna semakin dia mengadu kepada guru kelasnya. Malah makin membuat teman-temannya membullinya tanpa ampun.
Seperti sekarang keadaannya sangat berantakan seragamnya basah akibat di siram. Lututnya berdarah akibat jatuh didorong oleh temannya.
"Hiks...hiks Sunny takut halmeoni hiks...sakit halmeoni," Sunny terus saja menuturkan kata-katanya sembari menengadah menatap awan entah halmeoni mendengarkannya atau tidak gadis kecil itu tak peduli.
"Hey... Kenapa manangis adik kecil?" ujar seorang remaja laki-laki memakai seragam SMA yang berada tidak jauh dari tempat duduk Sunny entah sejak kapan remaja itu berdiri disana.
Sunny terkejut, takut dan tidak menjawab lantas menundukkan kepalanya. Dia takut dengan orang baru, halmeoninya bilang 'jangan berbicara dengan orang asing apalagi yang sudah dewasa nanti kamu di culik,' Kalimat itu terus berputar-putar diotaknya. Dia ingin sekali lari sekencang-kencannya tapi kakinya yang terluka belum bisa di ajak kompromi.
"Tan, namaku Kim Tan," sembari menjulurkan tangannya.
Lagi-lagi Sunny tidak menjawab hanya menangis terisak-isak rasa sakit kakinya dan ditambah rasa takut dengan orang yang tidak di kenalnya ini mebuat tangisnya makin lama makin kencang.
"Hey jangan menangis! Ada aku jangan takut aku ini bukan orang jahat," Tan semakin mendekat.
'Sangat mengenaskan'- batin Tan.
Melihat kondisi Sunny yang berantakan. Lutut yang tak berhenti mengeluarkan darah yang paling menyorot perhatian Tan.
"Hiks..hiks..Bukan-kah semua o-rang jahat akan bilang hisk..hiks... Dia itu o-rang baik aju-shi?" setelah sekian lama diam akhirnya Sunny angkat bicara terbata-bata.
"Hahahah... Kau ini," Tan tertawa geli sembari mengangkat Sunny bridal style. "Baiklah karna kau menganggap ku orang jahat, aku akan menculik mu," hey ayolah gadis ini sangat imut dimata Tan. Tolong ingatkan Tan untuk tidak menculiknya.
Tan segera membawa gadis kecil itu pergi menuju mobilnya. Dan mendudukan gadis kecil itu di samping pengemudi, tak lupa memasangkan seat belt untuk gadis itu.
Sepanjang jalan tak henti-henti Tan menoleh ke arah gadis itu. Pasalnya gadis itu tidak menangis lagi.
'Apa dia pingsan'- batin Tan.
"Gadis kecil?"
"Ne ajushi," sahut Sunny menoleh ke sumber suara.
"Astaga..." Tan mengusap dadanya. "Ku kira kau pingsan. Kau mengagetkanku eoh."
"Ani, Sunny lelah menangis. Ajushi bolehkah Sunny tidur?" lalu menempelkan kedua telapak tangannya di atas kepalanya, hmm.. seperti memohon mungkin.
"Ba-baik lah," Tan berusaha menahan tawanya mendengar permintaan gadis kecil dan imut itu. Ya tuhan apa boleh Tan mencubit pipinya karna dia saat ini sangat-sangat gemes. "Karna aku penculik yang baik hati aku akan membolehkanmu tidur."
Tan selalu ingin tertawa dan tersenyum jika berbicara dengan gadis kecil ini. Hm entahlah mungkin setelah ini gadis ini tak akan dia biarkan pergi.
"Baiklah ajushi," gadis itu tersenyum.
'Oh astaga. Bagaimana bisa dia lebih dan lebih imut ketika tersenyum?' - batin Tan.
***
Tan memakirkan mobilnya di depan rumahnya. Ia lansung membawa gadis kecil itu ke kamar mandi guna membersihkan badan gadis kecil itu. Dan segera memakaikan baju lengan panjang miliknya kepada gadis kecil itu. Dia sangat hati-hati dalam melakukan semua ini layaknya seorang ayah pada umumnya.
Gadis itupun menurut. Pikirannya 'ajushi yang di depan matanya ini adalah penculik anak kecil yang imut seperti dirinya,' segera dia hilangkan melihat perlakuan yang ia terima dari Tan.
'Mungkin begini rasanya memiliki seorang ayah'- batin Sunny
Setelah selesai mandi, berpakaian, mengobati luka dan memberi gadis kecil itu makan. Tan menyuruh gadis itu tidur di kamarnya.
"Istirahatlah gadis kecil," Tan mengambil selimut tebal guna menyelimuti tubuh munyil gadis itu. "Setelah ini kita akan berbincang-bincang. Kau berhutang cerita padaku."
"Baiklah ajushi," gadis itu tersenyum.
'Oh astaga, bagaimana bisa dia makin manis dan imut dikala tersenyum'-batin Tan.
***
Sunny terbangun dari tidurnya. Entah berapa lama dia tidur. Dia merasakan ada yang memeluknya sambil tertidur. Ya itu tangan sosok penolongnya, Kim Tan.
"Ajushi."
"Hm.. Apa kau sudah bangun gadis kecil?" tanya Tan, suaranya yang serak-serak basah itu menandakan dia juga baru bangun tidur.
"Ya ajushi," Sunny beranjak dari kasur. "Apakah boleh aku pulang sekarang?" tanya Sunny. Sebenarnya Sunny sudah merasa nyaman tinggal di sini, tapi dia sadar Tan hanya sebagai penolong untuknya.
"Hm.. Kalau begitu ceritakan dulu padaku! Apa yang terjadi kepada mu? kenapa bisa kamu berada di taman sendirian dengan keadaan seperti tadi?" Tanya Tan sebenarnya dia sudah tahu gadis itu di bulli oleh temannya.
"Sunny tidak sengaja jatuh, " bohong Sunny bohong.
"Gadis kecil tidak boleh bohong," ujar Tan sambil bangun dari tidurnya menghadap Sunny. "Siapa namamu?"
"Jeon Sunny ajushi."
"Dimana tempat tinggalmu ?"
"Sunny tidak punya rumah," Sunny menarik nafas panjang. "Sunny tinggal di Panti Asuhan Pyongyang. Nenek Sunny baru meninggal seminggu yang lalu. Maaf Sunny berbohong ajushi," lirihnya.
Pilu itu yang dirasakan Tan mendengarkan penuturan gadis ini. Beruntung dia masih menpunyai paman walaupun kedua orang tuanya telah tiada. Tan tau betul rasa kehilangan.
"Sunny mau tinggal bersama ajushi?" Tanya Tan, sembari memeluk tubuh rapuh dan juga munyil itu.
"Bolehkah?" tanya Sunny nyaris berteriak karna terlalu senang.
"Tentu saja boleh. Panggil aku samchon! Mulai sekarang aku adalah samchon mu mengerti Kim Sunny!" titah Tan sembari mencubit kecil hidung mancung Sunny.
"Hisk...Hiks... Terima kasih ajushi eh samchon" jawab Sunny dia sangat terharu.
"Hey, jangan menangis Kim Sunny!" Tan dengan segara menghapus air mata Sunny dan segera memeluk gadis kecil itu. Apa memeluk gadis kecil dan imut seperti Sunny adalah hobbynya sekarang? wkwkwk.
"Baiklah pakai ini!" Tan menyodorkan jaket hitam kulitnya. "Kita akan makan di luar dan membeli perlengkapan untukmu."
***
Setelah lelah berputar-putar mencari beberapa pakaian untuk gadis kecilnya dan memberinya makan. Tan mengajak gadis itu untuk bermain game. Tan hampir saja melupakan samchonnya. Samchonnya akan marah jika pulang terlambat. Tan segera melirik jam tangannya. WHAT? Jam 10.00 p.m.
"Astaga. Samchon pasti marah kalau aku pulang terlambat," dia segera menarik Sunny dan berjalan ke tempat parkir. Segera meluncurkan mobilnya.
***
"YAKK KIM TAN!" hardik manusia yang kelewatan ganteng itu seraya berkacak pinggang.
Tan berhenti tepat di depan pintu.
"Sam-samchon sudah pulang?"
"Dari mana saja kamu?"
"Dari mall samchon ada sesuatu yang ingin ku beli," sebenarnya Tan tidak takut di marahi samchon nya itu. Yang ia takutkan sekarang ini adalah bagaimana dia harus menjelaskan keberadaan Sunny.
"Hm... Begitu masuk lah!"
"Ba-baik lah samchon," jawab Tan.
"Eh.. Siapa gadis ini Tan? Kau menabraknya? Astaga kau membuat masalah lagi?" Kim Seokjun memijit pelipisnya. "Tidak bisakah kau tidak merepotkan ku sehari saja Tan? Aku sangat lelah mengurusimu."
"A-aku bisa jelaskan samchon." Tan menundukkan kepalanya seraya meremas-remas jemarinya sendiri guna menghilangkan takutnya. Dia tahu pasti akan marahi tapi dia tidak mau kehilangan Sunny gadis imutnya itu.
"Ajushi, Tan samchon tidak salah. Jangan marahi Tan samchon. Tan samchon hanya menolong Sunny ajushi," Sunny angkat bicara walaupun dia takut, dia berusaha menjelaskan apa yang terjadi.
"Oh.. Begitukah?" tanya Kim Seokjun berjalan mendekati Sunny. Sunny hanya mengangguk sebagai jawaban.
'Gadis manis' - batin Kim Seokjun.
"Dimana rumah mu adik manis? Ajushi akan mengantarkan mu pulang," Kim Seokjun memegang pipi gembul Sunny. "Orang tua mu pasti sangat mengkawatirkan dirimu. Hari sudah malam dan kau belum pulang."
"Dia tingggal di panti asuhan samchon. Biarkan dia tinggal bersama kita samchon," pinta Tan. "Sunny, tidurlah dulu di kamar ku. Aku nanti akan menyusul," pinta Tan pada gadis kecil itu.
"Baiklah samchon," lalu dia berlalu ke kamar Kim Tan.
"Tan kau tidak bisa mengadopsinya kau masih kecil," jelas saja seokjun tidak mau menuruti Tan alias 'bocah pembuat masalah ini.' Dia selalu membuat onar di sekolah Kim Seokjun sampai-sampai hafal guru-guru muda di sana.. Eh salah.. hm... semua guru maksudnya. Saking seringnya buat onar di sekolah. Untungnya pihak sekolah terlalu baik padanya karna dia selalu memenangkan setiap kali diadakan olimpiade matematika dan Fisika. Ya bisa dibilang Tan itu 'Genius Pembuat Onar.'
"Samchon bukankah dia sangat imut dan lucu samchon? Aku menyukai nya samchon. Adopsikan dia untuk ku samchon. Jadikan dia anak angkatku."
"Kamu menyukainya apa kau sekarang beralih menjadi pedofil? Kau di tolak Naya?" canda Seokjun.
"Ah samchon aku sudah bilang berapa kali sih yang menyukai Naya itu bukan aku tapi Juno. Aisss.. Kenapa aku jadi korban salah paham sih?" Tan berjalan menuju sofa di ruang tamu. Kemudian diikuti Seokjun. Berbicara sama samchonnya ini butuh energi lebih dan lebih.
"Pokoknya sekali tidak tetap tidak Tan. Dia itu anak gadis. Sebentar lagi dia remaja. Kamu tau merawat gadis remaja sangatlah tidak mudah," ujar Seokjun.
"Oh ayolah samchon ku nan sangat tampan. Adopsikan dia untuk ku. Aku janji akan membantu mu merawatnya," mohon Tan.
"Tidak rayuan mu itu tidak mempan," tolak Seokjun, dia mulai beranjak dari sofa dan berjalan hendak masuk ke kamar.
Tan berfikir keras untuk meluluhkan hati samchon yang 'tidak tampan' menurut nya ini wajar saja dia 'jomblo'.
"Samchon bagaimana dengan nomor Whats App Jisu sonsengnim?" Tan senyum merekah. Bagaimana tidak samchonnya ini sangat memuja sonsengnim yang satu itu.
Seokjun sempat menghentikan langkahnya mendengar tawaran keponakannya itu.
"Ais.. Kau ini bocah. Baik lah pastikan dia tidak membuat onar. Kau harus selalu jaga anak gadis itu seperti janji mu tadi!" ujar Seokjun sembari menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu dia melanjutkan langkahnya menuju ke kamar.
"Baiklah, Terima kasih samchon. Selamat malam samchon ku yang ganteng," seringai Tan tidak terbendung lagi.
TBC