Didalam sebuah kamar Nara terlentang merebahkan dirinya, menerawang ke atas langit-langit kamarnya sambil memikirkan sesuatu. Pesta akan diadakan malam ini dan dia masih belum memastikan siapa yang akan diajak kesana.
Sebenarnya ada satu pria yang sedang dipikirkannya tetapi Nara ragu apa harus dia. Hari sudah menunjukkan pukul dua siang dan Nara masih belum memutuskan. Berguling ke samping Nara menatap bingkai foto yang dipajang di meja riasnya.
Senyum nya terbit mengingat momen pengambilan gambar foto itu. Bukan foto dirinya yang terlihat cantik melainkan fotonya dengan Nata. Foto dimana Nata sedang merajuk karena Nara tidak sengaja merusak laptop kesayangan Nata yang berisi penuh dengan foto-foto nya.
Bukannya merayu Nara justru mengajaknya foto bersama, alhasil gambar yang diambil menjadi sangat lucu dan Nara memutuskan untuk mencetaknya.
***
Nara terbangun setelah ia tidak sengaja tertidur. Tangannya meraba-raba ponsel di atas meja dan ketika kesadaran nya pulih Nara langsung menyibak selimut nya lalu duduk.
"Aaaaaaaa gue telat!" Teriaknya histeris.
Tergesa-gesa Nara melompat dari kasur menuju kamar mandi. "Aduh gimana nih?"
Pikirannya menjadi kacau mengingat ia tidur lebih dari empat jam dan sekarang pukul tujuh malam. Pesta diadakan jam delapan lewat sedikit. Teman kencan malam ini juga Nara masih belum memutuskan.
Memikirkan nya saja membuat Nara stress dadakan belum lagi ponsel nya yang terus menerus berdering. Nara mengabaikan nya, yang lebih penting sekarang adalah bersiap-siap lalu menuju kafe Nata.
Iya Nara tidak punya pilihan lain selain mengajak teman mesranya. Setelah penampilan nya dirasa cukup sempurna untuk ke pesta Nara bergegas keluar apartemen.
***
"Natttt!"
Brak. Brak. Brak.
Nara berteriak memanggil Nata sambil menggedor-gedor pintu dengan tidak sabar. Ia sudah tidak punya waktu menunggu lagi. Ketika pintu tak kunjung dibuka Nara menerobos masuk tanpa izin.
"Nat ayo ke--Aaaaaaaaaaaaa ..." Teriaknya histeris ...lagi
Seketika Nara menutup matanya menggunakan kedua tangan.
"Lo ngapain gak pake baju sih Nat?" Geramnya. Pipinya Semerah tomat sekarang.
Nata memandang Nara bosan kemudian meraih kemeja Biru Dongker di atas kursi. "Biisa sabar gak sih lo?"
"Lagian lo lama banget, habis ngapain sih?" Tanyanya, jari-jarinya sesekali membuka akses untuk melihat perut kotak-kotak milik Nata. Dan ketika pikirannya melayang jauh membayangkan rasanya saat disentuh, Nara menggeleng kuat. Kuatkan iman hamba tuhan!
"Gue habis mandi tadi gak sempet pulang ke apartemen jadi mandi disini." Ujarnya.
"Lain kali pintunya dikunci, kalo cewek lain yang masuk terus liat lo toples gimana?"
Nara mendekat, selesai memakai kemeja Nara membantu memasangkan jas nya. Nata menyeringai "Tapi lo udah liat!"
"Itu kan gue bukan orang lain." Nara menyenderkan punggungnya pada lemari sambil melipat kedua tangan di dada.
"Oh jadi kalo lo yang liat itu boleh?" Godanya.
"Iya past—eh enggak-enggak." Nara mengibas-ngibaskan tangan di udara setelah sadar apa yang diucapkannya. Wajahnya memanas seketika.
Nata menyeringai semakin lebar, melangkah pelan mendekati Nara yang kini memalingkan wajahnya ke samping. Tepat saat ia sampai didepannya Nata meraih dagu Nara. Pandangan mereka bertemu entah siapa yang memulai kedua bibir itu sudah saling mengikat.
Kecupan yang sarat akan nilai cinta dalam hubungan walaupun status mereka masih mengambang. Pesta topeng yang menjadi alasan Nara disini pun tak bisa mengusik permainan mereka.
Nara melingkarkan kedua tangan pada leher Nata, menarik Nata agar lebih menempel pada tubuhnya. Selalu saja begini, siapa yang memulai siapa yang terbawa suasana. Nara akan selalu mendominasi disini dan ini juga salah satu alasan Nara enggan dekat-dekat dengan Nata. Kali ini pengecualian!
Nata semakin aktif, seluruh tubuhnya memanas memancarkan gairah yang memuncak. Tangannya yang besar menelusuri punggung bebas Nara yang tidak tertutup karena model gaun yang dikenakan.
Nara mendesah disela-sela ciumannya, area punggung adalah titik sensitif wanita itu dan Nata tau itu. Permainan mereka semakin intim. Ketika tangan Nata mencoba meraih bagian depan asetnya, alarm di kepala Nara berbunyi lalu seketika ia menghentikannya.
Nara menatap mata tajam Nata yang ditutupi kabut gairah. Langsung saja Nara memeluk Nata untuk meredam nafsunya. Seolah mengerti Nata membalas dengan erat, kepalanya ia benamkan pada ceruk leher Nara. Keduanya sama-sama diliputi gairah tetapi mereka sadar ini belum saatnya.
"Udah Nat, gue kesini mau ngajak lo ke pesta!"
"Pesta topeng?" Tebaknya.
"Kok lo tau?"
"Yang ngadain acara temen gue dan rencananya mau ngajak lo, malah keduluan." Ujarnya tersenyum di leher Nara.
"Ini udah telat banget, ayo jalan!"
Nara mencoba melepaskan pelukannya namun sepertinya Nata enggan. Justru semakin erat dan sialnya lehernya sudah basah sekarang akibat kecupan dan jilatan lidah Nata.
"Nat! Nanti lagi ya, sekarang pesta itu prioritas gue."
Nara menggigit bawah telinga Nata, titik itu merupakan kelemahan Nata. Trik ini pasti selalu berhasil apalagi dengan janji Nara padanya. Nata memejamkan matanya menikmati lidah Nara bermain disana.
"Oke, kali ini gue lepasin lo!" Nata menjauhkan diri tak lama setelahnya ia berkata lagi. "Tapi lain kali lo gak bakal kemana-mana!"
Nara menangkap nada keseriusan dalam kata-katanya membuat ia seketika bergidik. "Oke apapun mau lo."
Tersenyum nakal Nata berbisik, "Cium sekali lagi ya!"
Nara mendelik lalu mendorong dada Nata keras. "Big No! kita udah telat ayo jalan sekarang!"
Melangkah cepat Nara meninggalkan Nata di ruangan itu, semenjak memutuskan bertemu Nata ia selalu berakhir seperti ini. Jadi untuk jauh-jauh dari Nata adalah pilihan yang tepat. Agar mereka menghindari hal yang tidak diinginkan.
"Ayolah sekali dan cepat sayang!" Nata mengejar Nara keluar sambil tertawa kecil. Didepannya terlihat Nara sedikit berlari menjauh membuat Nata menggelengkan kepalanya pelan.
———
"Lo kemana aja sih Nara astaga?"
Anna berkacak pinggang memandang pasangan teman mesra itu. Walaupun setengah berbisik suaranya masih terdengar sedikit keras. Terkadang ia memperhatikan sekitar agar tidak ada yang mengenali dirinya.
"Gue ketiduran hehe." Ujarnya tanpa rasa bersalah.
"Ck. Lo ini ya kebiasaan deh, gue kesini mau kasih lo undangan gue. Tanpa ini kalian berdua gak bisa masuk." Anna menyerahkan dua undangan pada Nara.
"Kenapa lo gak ikut?" Nata memperhatikan gerak gerik Anna yang mencurigakan.
"Sean temen lo kan Nat?" Tanyanya pada Nata.
"Iya."
Anna merapat agar lebih dekat lalu berbisik. "Sean itu mantan gue, jadi gue males berurusan sama dia lagi."
Nara dan Nata mengangguk mengerti. "Gue udah ada undangan." Nata mengembalikan satu undangan pada Anna.
"Gue balik dulu, kalian berdua have fun oke!"
Anna bergegas pergi ke mobilnya sesekali ia akan menunduk dan menutup wajahnya menggunakan kain di atas kepalanya saat berpapasan dengan seorang. Pasangan itu hanya tersenyum geli melihat tingkah laku Anna.
"Ayo Nat!"