"Aku bisa membayangkannya," balas Leony. Ia tersenyum, hatinya merasakan sesuatu yang menggelitik dan membahagiakan. "Ayo cerita lagi."
"Di dalam mimpi itu, kita berdua dipanggil Otou-San dan Okaa-san oleh anak itu. Entah kenapa, tapi itulah yang terjadi. Kita juga sudah menunggu orang tua dari anak itu, tapi tak kunjung datang juga. Dan pada akhirnya, kita berdua sepakat untuk membawa anak itu bersama kita."
Hening beberapa saat, Leony mulai penasaran apa yang membuat abars terdiam. Apa iya lelaki itu terlelap lagi?
Leony memberanikan diri melirik ke arah wajah Abare yang ada di atasnya. Tapi sebuah pemandangan lucu terjadi.
"Pfft hahahaha. Kau menangis?" tanya Leony.
Apa yang dikatakan Leony bukan sekedar ledekan belaka. Abare benar-benar menangis, wajahnya begitu berantakan dengan penuh air mata dan ingus. Wajahnya pun juga sangat lucu, membuat gelak tawa Leony lepas begitu saja. Ia tak pernah melihat Abare menangis begitu menjadi-jadi seperti itu.
