Setelah penjelasan yang cukup panjang dari Arck, aku meminta dia kembali ke tempatnya dan ponsel itu berubah bentuk menjadi sebuah cincin. Setelah itu aku memutuskankan untuk memakainya, Arck tidak keberatan begitu pun Airin. Keesokan harinya, aku diundang oleh kepala suku untuk mengikuti upacara persrmbahan di kuil mereka yang berada di kaki gunung.
Perjalanannya cukup jauh dan agak melelahkan bagi seorang manusia biasa sepertiku, karena harus menaiki anak tangga yang sangat banyak. Tapi tidak bagi suku Zatura mereka terlihat biasa saja. Max tentu saja ikut denganku. Sampai akhirnya kita sampai di sebuah bangunan piramida yang cukup besar berwarna putih. Dengan lambang Matahari yang besar serta ada api abadi dan sebuah sumur air suci.
Upacara persembahan di pimpin seorang pendeta tua yang menurut AX usianya 150 tahun dan selama hidupnya tinggal di kuil ini tanpa pergi kemanapun. Acara dimulai dengan tarian khusus oleh 6 perempuan yang masih suci, setelah itu barulah pendeta mengucapkan mantra yang cukup panjang. Barulah setelah itu persembahan di lakukan, ada beberapa binatang yang mirip kambing atau kerbau mereka dipotong dan darahnya sebai ritual upacara ini.
Sang pendeta, mulai mengucapkan mantra kembali. Max kembali menggonggong seperti ketika pesta makan malam lalu, menandakan semua yang dilakukan selama upacara persembahan di terima oleh dewa Matahari.
----------------
Setelah selesai upacara persembahan, kami pun istirahat. Sementara Arck akhirnya memanggil pesawat terbang milik orang-orang Atlantis yang terdampar di hutan larangan. Semua penduduk suku Zatura terkejut ketika pesawat terbang berbentuk kapsul tanpa sayap itu turun di pelataran depan istana.
Ayah AX terkejut, tapi setelah di jelaskan oleh putranya ia mengerti. Pesawat berbentuk kapsul itu tidak besar tapi tidak juga kecil muat delapan orang, konon menurut Arck pesawat ini bisa sampai ke bulan juga alias keruang angkasa. Kami pun masuk dan terkejut dengan interior di dalamnya cukup luas ada 4 ruangan, satu kemudi, dua ruang rapat, tidur dan ruang makan serta yang terakhir gudang.
Arck menunjuk Berlian Stone yang dimaksud yang ada di ruang kemudi batangnya hampir sama dengan batang lilin, dan menurut Arck itu cukup untuk bolak-balik bumi ke bulan selama setahun dengan kecepatan yang paling besar adalah cahaya. Untuk bahan bakar sehari-hari cukup sepanjang batang korek api itu bisa digunakan selama setahun juga.
Kami semua tertegun, Arck pun memperlihatkan sebuah foto yang terdiri dari 5 orang dua perempuan dan 3 laki-laki. Dan tuannya adalah seorang perempuan berambut biru, berwajah cantik, anggun dan seksi karena memakai pakaian seperti jaket tapi ketat sehingga lekuk tubuhnya terlihat jelas. Menurut Arck baju itu tahan api, dingin dan panas termasuk tahan air.
Dia menunjukan ke arah lelaki berkumis tapi kurus sebagai penghianat kerajaan Atlantis. Konon, Atlantis didirikan oleh 4 klan utama yang masing-masing akan memimpin Atlantis secara bergantian setiap 5 tahun sekali. Tapi dari 4 itu yang paling sering memimpin 3 klan saja, satu klan hanya sedikit karena mereka tidak disukai oleh rakyat Atlantis. Akhirnya satu klan itu menjadi pemberontak dan mereka kini sering berperang.
AX pun memberitahu semua rencana tujuan kami sebenarnya, ketua suku pun melarang kami pergi ke sana karena sangat berbahaya, konon suku Mirai pun yang kanibal tidak pernah berani pergi ke hutan larangan karena mereka tahu disana lebih sangat bahaya. Tapi AX dan aku akan tetap pergi kesana.
Akhirnya kepala suku menyetujui karena ada Max, dialah yang akan menjadi petunjuk jalan buat kami di hutan larangan. Pesan kepala suku jangan mengambil apapun dari hutan larangan karena sangat berbahaya, kami setuju.
--------------
Keesokan harinya aku dan AX serta Max pergi ke hutan larangan dengan menggunakan pesawat kapsul milik Arui majikan dari Arck. Tidak lama, kami pun sampai di sebuah padang rumput di tengah hutan larangan, ada sesuatu yang aneh ketika pesawat mendarat yaitu tingkah Max yang dari tadi tidak tenang, sesekali pandangan matanya menuju kaca di pesawat.
"Ada Max ?" aku berusaha menenangkan dia yang seperti gelisah dan tak tenang.
"Arcrk coba pindai ada apa disekeliling pesawat ini ? dan juga gunakan pelindung pesawat ! aku yakin ada sesuatu, karena Max tampak gelisah ! kita jangan dulu keluar AX !" perintahku. Arck menurut, pesawat mulai memindai dan kami terkejut bukan main. Bagaimana tidak kesekeliling padang rumput yang terlihat kosong ternyata sudah di penuhi binatang buas berbagai ukuran, jaraknya lima kilometer dari pesawat.
"AX kita harus bagaimana nih ?" tanyaku melirik kepada pemuda itu, yang tahu seluk beluk hutan ini.
"Tuan, bagaimana kalau melihat peta sekali lagi ! sambil pergi dari sini !" Airin memberikan jalan keluar, dan aku setuju termasuk AX, karena terlalu banyak musuh, walau dilawan akan kesulitan.
Pesawat pun mulai terbang kembali, dan berhenti di atas dengan melayang. Sementara aku dan AX melihat peta tentang hutan larangan, Setelah berdiskusi kami memutuskan pergi ke tempat dianggap aman untuk turun, dari goa tidak begitu jauh dan tempat suku Mirai berada pun berjarak jauh ternyata.
Dan memang ketika pesawat mendarat di tempat yang tepat, Max tidak lagi gelisah seperti tadi justru sangat antusias dan tidak sabar untuk turun. Max memang seperti petunjuk yang tidak bisa di sepelekan instingnya yang tajam dan akurat. Aku dan AX keluar dari kapal dan melihat sekelilingnya. Ternyata kita di atas bukit yang cukup tinggi, pemandangannya sangat indah.
Max mendekatiku seolah dia memintaku untuk naik ke punggungnya, aku melirik AX dan dia mengerti. Aku pun menaiki tubuh Max dan kemudian berlari secepat kilat disusul oleh AX.
"AX kamu tahu kemana kita akan pergi ?" tanyaku kepadanya yang berlari disamping Max yang sama cepatnya.
"Aku tidak tahu, tapi bisa ku tebak dia ingin menemui keluarganya !" jawab AX.
"Memang dia tinggal di hutan larangan ?" tanyaku lagi.
"Hutan larangan tidak banyak bisa di kunjungi sembarang orang ! aku yakin banyak mahluk yang belum kita ketahui disini, termasuk keluarga Parsy yang mungkin merasa aman disini !" jawab AX aku mengangguk tanda mengerti.
Tak lama Max berhenti di suatu tempat yang di depan mataku ada sebuah gua, AX dan aku saling pandang. Aku turun dari punggungnya dan melihat ada beberapa yang sama seperti Parsy keluar dari gua. Dan itu lebih besar dari Max sendiri. Max mendekati mereka sedikit waspada, aku mengerti dia sudah disentuh oleh manusia. Biasanya mereka akan di kucilkan seperti itu, tapi yang mengejutkan Max mendekat ke arah kelompoknya dan kemudian menerimanya.
--------------
Aku melirik ke arah AX dan dia tersenyum. Kemudian AX mendekati mereka tanpa rasa takut dan ternyata disambut baik. Mungkinkah insting mereka sudah tahu mana yang baik dan jahat ? entah lah .. yang jelas aku dan AX serta Max untuk sementara tingga di kawanan Parsy. Menurut AX mereka jinak karena tahu kita tidak ada niat jahat.
Bersambung ...