"Aku selalu memiliki mimpi yang aneh."
"Apakah ini benar diriku yang sebenarnya ?"
"Apa arti mimpi yang ku alami ?"
***
15 Maret 2019, Museum Oude Geschiedenis En Land, Nevinia.
Cahaya rembulan menembus kaca-kaca besar pada gedung bersejarah menyinari lokasi pasca pembunuhan yang berada ditengah ruang loby gedung berisi monumen-monumen kuno. tibalah diriku pada lokasi pembunuhannya yang terdapat ukiran puti berbentuk manusia yang terbunuh dengan tragis. Rekanku yang bernama Laura Elizabeth yang akan menemani riku dalam investigasi. Ketika kami tiba di lokasi, Emma dan Mila polisi yang menjaga lokasi pembunuhan, mereka berkata tersangka yang terdaftar yaitu Nika Merlin (42) wakil pemilik gedung dan juga adik dari Lina Nerton, Tom Jezzy (30) penjaga museum, dan Kezzy Min (35) penjaga museum. Sedangkan terbunuh adalah Lina nerton (44) pemilik gedung yang terbunuh dengan 3 lubang tembangkan yang berada di dada dan kepalanya.
Ketika memulai investigasi, kami menemukan beberapa benda korban yang mungkin dapat mengkaitkan dengan terjadinya pembunuhan, pada titik pertama yaitu darah yang bercecran terlihat seperti mayat tersebut ditarik dari suatu tempat, tetapi telah dibersihkan jadi hanya terlihat sebagian saja, titik kedua barang yang dimiliki oleh korban yang hanya tergeletak saja dekat dengan korban, titik ketiga lipstik yaang dimiliki oleh korban yang tergeletak dekat lokasi meja informasi. ketika akan memluai investigasi aku meminta Laura untuk bertanya kepada para tersangka mengenai kejadian-kejadian yang dapat mengkaitkan dengan kejadian ini dan untuk menjawab pertanyaan secara spesifik.
ketika berjalan menuju korban, Fred Langsung menyapa diriku.
"Dari mana saja kau ? hampir saja diriku melupakan dirimu yang ditugaskan untuk mengurus kasus ini."
Fred Halis (26) sang ahli bedah yang menghabiskan waktunya untuk berdekatan dengan wanita-wanita yang didekatinya.
"hal yang paling disukai di kota ini adalah suatu kemacetan yang tidak pernah diduga oleh setiap orang." Jawab diriku.
"Bilang saja kalau kau ingin berdekatan dengan Laura ?" Fred membalas denan penuh canda.
"Maaf yah... aku tidak seperti dirimu yang hanya mendekati wanita hanya untuk bersenang-senang saja. Bisa kau jelaskan mengenai teman mu ini (Korban) ?" Jawab diriku dengan mengarahkan jariku ke korban yang kurasa sangat akrab dengan Fred.
"Hayolah Khalid, aku hanya berusaha untuk bercanda sediki." Fred membalas.
Aku menatap Fred dengan penuh fokus dan serius.
"ooookeeey, mari kita mulai (dengan penuh canda). Sebelum kau datang, aku sudah banyak menemukan hal-hal yang bisa mengidentifikasi korban, korban terbunuh dengan senjata api, mungkin kau sudah mengetahui dari lubang-lubang tersebut, terdapat satu lubang di kepala dan dua lubang berada pada dada korban, sayangnya aku tidak dapat mengetahui korban ditembak oleh senjata apa, karena aku tidak dapat menemukan selongsong tapi saya perlu lebih detail lagi untuk menklarifikasi jenis senjatanya. ketika meminta Mila dan Emma untuk mencari, mereka juga tidak dapat menemukan selongsong disekitar area dalam museum, bahkan tempat sampah yang ada di sekitar museum tidak ada selongsong. (Fred menjawab dengan begitu kebingungan dan sangat fokus). Dilihat dari lubang yang ada pada korban pelaku menembak senjata tersebut dengan jarak yang cukup dekat." Fred menjawab dengan sangat yakin.
"Terimakasih atas informasinya, aku akan mencoba menelidikinya kembali, lokasi-lokasi yang mungkin tidak terpantau oleh Mila dan Emma." Aku menjawab kepada Fred.
"Semoga berhasil detektif mungkin kau bisa bertanya kepada Mila dan Emma lokasi-lokasi yang mereka sudah periksa. Mungkin kau bisa menggunakan mata detektif milikmu untuk menunjukkan suatu petunjuk." Fred berkata.
"terimakasih telah mengingatkan." aku menjawab.
Aku bertanya kepada Emma dan Mila, mereka menjelaskan kepadaku lokasi dimana saja mereka mencoba mencari selongsong senjatayang digunakan oleh si pembunuh, sebelum memulai aku juga mencoba memeriksa setiap tempat sampah disekitar lokasi korban, tidak satupun tempat sampah yang tersentuh mereka hanya terpenuhi dengan kertas-kertas yang tidak diperlukan kembali, bila salah satu tempat sampah terdapat selongsong masih ada bau bekas bubuk mesiu yang digunakan, tetapi semua nihil. Aku melakukan pemeriksaan keberbagai tempat walaupun jauh dari lokasi korban, saat sedang memeriksa lokasi daerah batu peninggalan kehidupan pertama atau jaman purba, sejarah mengatakan bahwa ada peradaban sebelum umat manusia. Ada satu batu yang terlihat sangat aneh dan berkata padaku untuk mendekati batu tersebut, batu yang memanggilku memiliki bentuk yang berbeda dari batu-batu prasejarah lainnya, saat mendekati batu tersebut aku dapat melihat hal-hal yang sangat aneh dan batu tersebut memperlihatkan suatu hal yang aku tidak dapat jelaskan dan akirnya aku jatuh pingsan.
Aku terbangun karena Laura yang membangunkanku, Laura melihatku seperti terheran-heran. Fred lari mendekati kami.
"Kalian tidak apa-apa ?" Tanya Fred.
"Aku baik-baik saja." Jawabku
"Kau seperti habis terbentur oleh tembok atau tongkat yang sangat keras" Kata Laura sambil terheran-heran.
"Bukan terbentur, aku melihat suatu cahaya dari salah satu batu dan jatuh pingsan." Jawabku sambil memegang kepala.
"Biarku periksa." Kata Fred sambil mengeluarkan senter dari saku miliknya.
Fred memeriksa kepalaku dan melihat mataku karena bisa saja terjadi adanya kerusakan saraf yang membuat diriku menjadi lupa.
"Tidak ada kerusakan apa-apa. Kau harus lebih berhati-hati lagi, kita akan mempersiapkan untuk pemindahan jasad ke laboratorium. " Jawab Fred.
"Disana itu ada batu yang sangat berbeda dari yang lain, dan membuatku jatuh pingsan." Aku masih bersikeras bahwa aku pingsan oleh suatu batu yang bersinar.
"Khalid, sudah." Laura menarik nafas sangat dalam. "Mari kita lanjutkan kembali pemeriksaan ini, kita tidak punya banyak waktu, Ade pemilik gedung ini akan mengunci museum ini. Tapi tenang saja aku sudah meminjam kuncinya, jadi setelah kita beres memeriksa semua ruangan, kita bisa mengembalikan kunci tersebut." Jawab Laura.
Sebelum memulai penyelidikan lebih lanjut Laura menjelaskan kapadaku apa saja yang sudah ia temukan saat menanyakan pada para tersangka.
"Tersangka pertama Nika Merlin berkata, bahwa dirinya berada di rumah dan sedang mendengarkan musik, sekitar sepuluh menit saat mendengarkan aku di telpon oleh Tom untuk segera datang ke museum.
"Tersangka kedua Tom Lezzy, Tom menemukan mayat nyonya Lina yang sudah tergeletak dilobby dan langsung menelepon nyonya Nika untuk segera datang ke museum setekah itu dia langsung menelepon polisi. Dan tersangka ketiga Kezzy Min, dia baru saja akan bergantian waktu bekerja dengan Tom dan ketika ia datang ke lobby Tom sedang dalam keadaan panik dan menelepon polisi, ia juga melihat mayat nyonya Lina yang sudah tergeletak." Laura berkata memberikan informasi yang ia miliki kepada diriku.
"Terimakasih Laura, kau sudah menemukan cukup banyak petunjuk, sekarang mari kita coba periksa lantai atas, sebelum kita akhiri pemeriksaan pada hari ini." Aku menjawab perkataan Laura.
Aku dan Laura pegi menuju lantai atas untuk mencari petunjuk dalam kasus pembunuhan ini, tidak lama ketika sedang memeriksa aku menemukan sebuah kertas dengan catatan "Bunuh Lina Nerton tiga lubang" kertas tersebut merupakan penyuruhan untuk membunuh Lina Nerton.
Dari petunjuk yang aku punya dan perkataan dari para tersangka serta kertas yang aku temukan yang menyatu dengan kasus ini, sedangkan dari para tersangka aku tidak bisa menyimpulkan bahwa mereka dapat menggunakan senjata api dengan sangat tepat sasaran, mungkin hanya Tom yang mungkin dapat menggunakan senjata tersebut, ia juga sudah bekerja di museum ini kurang lebih dari sepuluh tahun, tapi itu masih pemikiran kasar, belum pasti bahwa Tom lah pelakunya, aku masih memerlukan bukti lebih lanjut lagi.
Waktu terus berlanjut, aku dan Laura masih memeriksa lantai atas agar dapat menemukan petunjuk lebih lanjut, sedangkan ketiga tersangka tersebut dan jasad Lina diserahkan ke kantor polisi agar di tindak lanjut. Tidak dapat kujelaskan apa yang sebenernya terjadi dengan diriku apakah memang benar batu terebut bersinar atau hanya diriku saja yang mungkin sedang lelah dan akhirnya aku jatuh pingsan. Laura dan aku terus membahas hasil penyelidikan yang dia temukan dan yang aku temukan dalam argumen yang dikeluarkan Laura terus bersikeras bahwa pelaku adalah pembunuh darah dingin yang tidak memiliki hati, karena aku belum bisa langsung menyimpulkan si pelaku, maka aku terus menyarankan untuk terus memeriksa semua ruangan yang ada.
Saat akan memeriksa ruangan penyimpanan senjata kuno, Luara baru teringat bahwa dia diberi senter bercahaya ultra violet, ketika menyalakan senter tersebut dan menyodongkannya ke salah satu lemari kaca berisi senjata jenis revolver abad 18 atau 19, ternyata aku menemukan senjata penuh dengan sidik jari seperti di pegang secara acak, senjata itu merupakan Ruger GP101, lemari kaca penyimpanan senjata juga telah dijebol dan dipasang kembali dengan gembok yang baru agar tidak ditemukan nya hal aneh, Laura memanggilku untuk memeriksa balkoni yang megarah ke pintu keluar menuju balkoni luar area lantai atas, saat aku menyalakan senter ultra violet dan melihat bercak darah yang telah dibersihkan bisa disimpulkan bahwa korban di bunuh diatas dan ditarik menuju lobby.
Pada lantai balkoni terdapat lubang bekas tembakan, saat memeriksa apakah masih ada isi peluru atau tidak, ternyata lubang tersebut sangat dalam saya mencoba melihatnya dengan senter biasa apakah dapat melihat isi lubang tersebut, dan tetap tidak terlihat harus menggunakan peralatan yang tepat untuk dapat mengambilnya. Aku juga dapat melihat bahwa jendela besar pada balkoni lantai ini terbuka dengan sangat luar, jendela tersbut juga tidak memiliki kaca didalamnya, mungkin saja peluru di tembakkan tepat didepan jendela tersebut agar tidak ditemukan sisa peluru yang tertempel pada dinding gedung museum.
Dalam hal ini aku dapat menyimpulkan bahwa si pelaku menunggu Lina Nerton di lantai atas dan ketika Lina melihat si pelaku, ia langsung menembak Lina, dan ketika Lina terjatuh ia juga langsung menembak kepala Lina Nerton. Aku tinggal menunggu hasil analisa dari Fred dan mencari alat yang tepat untuk mencari selongsong dari peluru Ruger GP101 apakah memang bener itu adalah senjata yang digunakan pelaku atau tidak, dan menemukan siapakah pembunuh dari kasus ini. Sepertinya jika keberuntunganku bagus aku dapat dengan menudah menemukan peluru itu di jalan atau tertembak pada orang sekitar yang deket dengan museum ini.
Saat selesai menyelidiki museum, kita mengembalikan kunci tersebut kepada ade sang pemilik yang terbunuh, ia sangat sedih dengan kepergian kakaknya aku berusaha untuk menenangkannya dan ia tetap tidak dapat menerima keadaan yang sedang terjadi, ia meminta kita untuk terus memeriksa dan menemukan pelaku dari semua ini. Setelah itu Laura mengantarkanku untuk kembali ke apartemenku dan menyuruhku untuk beristirahat, dia berkata bahwa akan kembalai ke kantor untuk menyelesaikan beberapa surat kepada atasan, karena sebelum hari ini aku yang bekerja lembur sekarang kita bergantian.
Tidak lama dari museum aku akhirnya sampai pada apartemenku, dan aku berkata pada diriku sendiri "apa yang sebenernya terjadi pada kasus ini ? Pertama adalah pembunuh dengan darah dingin, dan batu yang aku temukan, dan apa motif sipelaku melakukan hal sadis seperti itu ?" tidak lama dari pemikiran itu tanpa sengaja aku tertidur di sofa dengan memegang kertas yang ku temukan saat di museum. "Semoga hari berikutnya bisa lebih baik lagi."