Kedua kaki Rita terasa lemas. Dia bersandar di tembok sebelah ranjang. Tangan kanannya berpegangan erat di sudut nakas. Tiba-tiba kepala dia terasa pusing karena memikirkan hal tadi.
Dia baru menyadari bahwa perlakuannya tadi bisa menjebloskan dirinya sendiri ke dalam penjara. Sebegitu enteng tangannya saat menampar Rendi. Setelah melihat sudut bibir Rendi, dia sedikit terkejut dan ketakutan. Belum lagi nanti ketika sudah sampai rumah, suaminya pasti akan bertanya. Rita tak tahu lagi apa yang harus dirinya lakukan selain menyesal mengingat betapa sayang suaminya kepada Rendi.
Walaupun Wijaya sering kali sibuk, tapi dia pasti akan menyempatkan waktunya untuk Rendi. Apa pun yang Rendi inginkan pasti akan dituruti oleh Wijaya. Bahkan menghukum Rendi menggunakan kekerasan fisik pun tidak pernah. Oleh karena itu, Rita sangat takut jika nanti Wijaya akan memarahi dirinya karena kesalahan ini memang murni dari dirinya.
