"Baiklah sayang, kamu mau berapa? 10? 11? 12? Aku akan siap menjadi pabrik anak-anakmu. Hahaha ...." Jawab Desia sambil tertawa terbahak-bahak dan dia pun merasa nyeri di perutnya karena terlalu terlepas tertawa.
"Apa kenapa? Sakit dimana?" Dennis menghampiri sang istri dan mencoba mengecek apa yang salah padanya.
"Tidak apa-apa. Mungkin efek dari melahirkan." Desia menggenggam tangan sang suami yang sempat melingkar di bahunya.
"Sekarang, aku sudah menjadi seorang ibu. Sungguh tidak aku sangka, perjalanan hidup yang aku rasakan sekarang berbeda sekali dengan yang dulu aku cita-citakan." Jawab Desia sambil menatap langit-langit kamarnya.
"Memangnya cita-cita kamu dulu bagaimana?" Dennis duduk disebelah sang istri. Karena proses lahiran normal jadi Desia terbebas dari jarum infus yang menusuk kulitnya.