"Nyonya Dinda yang terhormat, perjanjian bisnis saya dengan almarhum suami anda sudah berlangsung lama. Dan, kami ingin segera direalisasikan pengerjaannya. Sudah 2 bulan anda tidak menaruh perhatian pada proyek ini." Seorang bapak-bapak usia sekitar 50an tahun datang mengamuk ke kantor Dinda karena merasa proyek yang dijalankannya seperti kaleng rusak yang bunyi tapi tidak dianggap.
"Maaf ya pak Leo. Bukannya kami tidak mau menaruh perhatian dan modal kami ke proyek yang sudah disepakati sebelumnya bersama suami saya. Tapi, bapak sejak awal tidak jujur pada suami saya kalau bapak ingin membuat KA-SI-NO. Bapak lihat didalam perjanjian kalau yang akan dibangun adalah tempat hiburan ramah lingkungan. Kenapa jadi KASINO yang dimaksud? Bapak tahu didaerah sana yang mayoritasnya beragama islam, bapak sungguh nekat sekali." Jawab Dinda sambil berdiri dan melipat kedua tangannya.
