"Mari kita bekerja sama memajukan perusahaan ini. Aku masih perlu banyak belajar. Jadi tolong koreksi saja segala sesuatu yang memungkinkan akan menjadi kesalahan besar." Ucap Dinda sambil mengulurkan tangannya tanda kesepakatan terjalin. "Dan satu lagi, aku ini agak cerewet, jadi harap maklum ya kalau misalkan .... suaraku bisa tembus dari lantai 20 hingga lantai 1. Maklum emak-emak, Hehehe." Lanjut Dinda. Alex menelan saliva yang tercekat di tenggorokan.
Let's the stress begin, batinnya.
Profesi Dinda sebagai seorang presdir pun dimulai. Dinda bukan sama sekali tidak punya pengalaman bekerja. Sejak kuliah sampai lulus dan sebelum kejadian naas itu berlangsung yang merenggut kehidupan pertamanya, Dinda telah bekerja. Dunia kerja sudah biasa baginya. Namun kini dia harus mulai dari nol lagi karena sekarang statusnya bukan sebagai karyawan, melainkan menjadi seorang presdir dari perusahaan yang sudah terkenal sampai manca negara.