"Oke sekarang kalian tenang. Ambil nafas pelan-pelan, ayo ikutin bapak ibu. Ambil nafas, hembuskan. Ambil nafas, hembuskan. Mba Dinda mau datang sebentar lagi!" Spontan Desia berkata.
"APA???" Suara teriakan 4 orang yang serempak, membuat gendang telinga Desia sedikit bergetar.
"Apa kamu bilang nduk? Dinda... akan datang? Kamu... kamu.. lagi tidak becanda kan?" Suara ibu yang terbata-bata dan mba Dania yang menutup mulutnya dengan kedua tangannya, ditambah lagi ekspressi menganga dua lelaki diruangan ini, membuat Desia mengangguk mantap.
"Jadi selama ini kamu tahu dimana kakakmu berada?" Ini suara bapak bertanya
"Aku baru tahunya juga dua hari yang lalu pak. Salah seorang teman mba Dinda datang ke toko meminta aku dan Dennis untuk bertemu memastikan seseorang. Begitu aku lihat yang datang adalah mba Dinda, aku sangat yakin, dialah mba Dinda yang lama hilang. Tapi... sayangnya...." Kalimat Desia terhenti.
