Dennis mengelus lembut pipi mulus yang terjaga berkat perawatan ala rumahan, mengusap bibir seksi yang tidak kecil juga tidak besar.
"Will you marry me?" Dennis menatap netra yang meneduhkan dari jarak 5cm. "Maafkan aku yang dulu terlalu tergesa-gesa. Aku tidak ingin berpacaran. Aku ingin kita langsung menikah. Pacaran setelah menikah katanya lebih mengasyikkan." Dennis mengedip nakal langsung tertuju ke mata yang perlahan ada cairan bening yang mengambang di kornea mata.
"Hiks hiks hiks...." Desia tidak sanggup berkata-kata. Haruskah dia menolak lagi lamaran kedua dari lelaki yang sebenarnya telah mengisi ruang kosong di hatinya sejak lama. Tapi, dia tidak mau terlalu berharap karena khawatir hanya dipermainkan oleh lelaki tampan yang tajir melintir ini.