Huft, Desia menghela napas panjang sebelum menutup pagar dan masuk kedalam rumah. Tanpa dia sadari, ada dua pasang mata mengamati dari jarak jauh.
Perlahan mobil Arya mendekati rumah Dinda.
"Siapa ya yang mengantarkan Desia pulang? Setahuku dia belum punya pacar dan temannya pun tidak ada yang tahu rumahnya." Dinda berpikir keras sambil bertanya-tanya sendiri.
"Coba kamu nanti tanya Desia didalam. Mau turun atau.....mau menginap di apartemenku saja?" Arya mengedip nakal.
"Turun turun. Hati-hati dijalan yaa pak dokter."
"Itu saja? Tidak ada ongkosnya gitu?" Arya mengelus-elus dagunya yang tidak berjanggut.
"Mmuahhhhh." Dinda mengecup pipi kiri Arya dan keluar pintu secepat kilat.