Seperti yang sudah-sudah, setiap acara yang membutuhkan uang, dipastikan Dinda tidak akan turut serta. Uang yang dikasih ibunya sehari-hari hanya cukup untuk transportasi ke sekolah 8x bolak-bolak plus sekedar nasi uduk dan bakwan goreng diwaktu makan siang. Untuk mendapatkan uang extra, Dinda terkadang jualan nasi uduk yang dibelinya dari tetangga dan dibawa ke sekolah dengan ambil keuntungan 500 perak saja. Keuntungan itulah yang dia simpan dan gunakan sewaktu-waktu untuk membayar uang kertas ulangan atau prakarya sekolah.
Baksos yang diadakan nanti sebenarnya bisa buat ajang liburan Dinda dan sekaligus menatap pangeran kesayangannya lebih lama tanpa kehadiran Siska, sang gebetan pangerannya.
Ahhh, Dinda masih malu dan tahu diri untuk mengungkapkan perasaannya ke Rico. Bagaikan pungguk merindukan bulan kalau bu Nina, guru Bahasa Indonesianya bilang saat pelajaran Peribahasa kala itu.
--------------
"Bu, Dinda boleh ikut Baksos Sabtu Minggu besok?"
"Bayar berapa nduk?" Jawab ibu sambil menjahit manual celana robek.
"20rb belum termasuk transport makan dan lain-lain." Dinda menjawab dengan hati-hati.
"Ibu ada uang tapi buat belanja dan ongkos kalian sekolah. Kalau dipakai, besok makan apa"
"Ya udah gak usah gak apa-apa kok bu. Lagipula gak wajib."
Dinda berjalan seperti biasa seolah tak kecewa ke kemarnya. Tapi, disana dia menelungkupkan wajahnya ke atas bantal dan menangis tersedu. Hilang sudah kesempatan dia bersama pangerannya meskipun bersama dalam arti 1 kelompok sekitar 30an orang.
Ibu pura-pura tidak mendengar dan berkata dalam hati "Maafkan bapak dan ibu ya nduk, tidak bisa memberikan apa yang kalian inginkan karena keterbatasan uang. Bapak ibu doakan kalian anak-anak punya kehidupan lebih baik dari kami dan bisa membeli apa yang kalian inginkan kelak, Aamiin."
**********
1. Tinggalkan jejak komen kalian untuk cerita lebih baik (◍•ᴗ•◍)
2. Penulis usahakan UP setiap hari minimal 1 bab \(^o^)/
3. Power Stone kalian membuat penulis lebih semangat lagi berkarya (◍•ᴗ•◍)❤
IG: @anee_tavel