Chereads / SELENOPHILE / Chapter 4 - Gadis Sombong

Chapter 4 - Gadis Sombong

"Jadi ini hasil dari memeras uang pria-pria kaya!"

Gia berjalan dengan santai memasuki salon itu. Semua mata tertuju padanya. Banyak kamera mengabadikan momen itu. Gia tidak peduli dengan semua kamera yang terfokus kepadanya. Yang dia inginkan adalah mempermalukan Sherly.

Sherly menatap Gia dengan tatapan marah. Gadis itu mengepalkan kedua tangannya. Gia bisa membuat reputasinya hancur jika gadis itu terus berbicara mengenai dirinya yang memeras pria-pria kaya.

"Wow, amazing! Salon ini luas banget. Berapa lama lo mencari dana sebanyak ini?" Gia tersenyum meremehkan menatap sekeliling ruangan.

Sherly berjalan mendekati Gia. "Ada apa dengan kamu Gia, saya tahu saya miskin tapi kamu tidak bisa memfitnah saya dengan kotor seperti itu," ucapnya lirih menyentuh tangan Gia, tapi dengan cepat Gia menepis tangan itu.

"Jangan sentuh gue, gue gak sudi di sentuh pelakor seperti lo!" sahutnya cepat.

"Saya tidak pernah menjadi pelakor Gia, tolong hentikan ini.. Hikss" Sherly menitikan air matanya membuat orang-orang di sana menatapnya iba.

Orang-orang di sana menatap Gia tidak suka kemudian membisikkan kata-kata jelek tentang Gia. Gia tersenyum sinis melihat Sherly yang sedang beracting. Okay let's see then.

"Drama.. Drama.. Drama, jadi begini cara lo merayu om-om, menangis seolah-olah lo manusia paling menyedihkan?" Gia menatap Sherly tajam, "sebenarnya bukan hanya lo manusia menyedihkan tapi wanita-wanita di luar sana juga menyedihkan jika mereka seorang pelakor."

Sherly mengepalkan tangannya mendengar perkataan Gia yang semakin menjadi-jadi. Kaira menahan tawanya. Gadis itu tidak berniat menghentikan sahabatnya. Dia sangat setuju dengan perlakuan Gia kepada Sherly saat ini.

Ibu Sherly berjalan kearah Gia. Memasang wajah memelas. Gia tahu kedua wanita ular itu sedang mencoba beracting kalau dialah yang salah. Mereka terlihat lemah agar orang-orang percaya bahwa Gia lah yang salah.

"Saya mohon Gia. Hentikan perkataan kamu, kamu salah. Anak saya tidak seperti itu."

Gia tersenyum meremehkan. "Anak anda seperti anda, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya." Kedua wanita itu menahan niatnya ingin menampar Gia dengan sekuat tenaga.

"Apakah itu anaknya pengusaha itu? Kenapa dia tidak sopan kepada orang tua."

"Pengusaha? Pak Arjun? Ibunya tidak mendidiknya dengan benar makanya anaknya seperti itu."

"Iya, yang dia tahu hanya berpesta."

Gia mengepalkan tangannya dengan kuat. Dia sangat membenci orang-orang yang merendahkan kedua orang tuanya. Gadis itu tersenyum sinis, melayangkan tangannya ke wajah Sherly.

"Gia.. " Kaira menutup mulutnya, dia tidak menyangka ternyata Gia seberani ini menampar Sherly di depan banyak orang.

"Ayok pulang!"

Rendra tiba-tiba datang menarik tangan Gia. Gadis itu memberontak ingin di lepaskan, dia belum selesai memberikan pelajaran kepada gadis itu. Tapi dengan tenaga Rendra yang lebih besar, gadis itu susah untuk melepaskan tangan Rendra di pergelangan tangannya. Sedangkan Kaira mengikuti mereka dari belakang.

"Lepasin aku Nara. Aku belum selesai!" Gia terus berusaha melepaskan tangannya yang di pegang oleh Rendra.

"Enggak, pulang sekarang!" Tangan kanan Rendra menarik pinggang Gia sedangkan tangan kirinya menahan tangan Gia.

"Naraya lepas, aku ingin menghabisi gadis sialan itu!" Gia menghentakkan sepatunya. Sejak tadi banyak pasang mata yang memperhatikan keduanya.

Kaira memberikan pelototan kepada orang-orang yang memperhatikan mereka. Ketiganya terus berjalan menuju parkiran. Sesampainya di parkiran Gia berhasil melepaskan diri dari Rendra. Gia menatap Rendra dengan kesal.

"Kai, seharusnya kamu halangi Gia melakukan hal seperti ini. Kamu sahabatnya tapi kenapa kamu justru membiarkan Gia melakukan hal ini!" Gia memukul Rendra dengan tasnya.

"Kamu gak berhak marahin sahabat aku. Kamu bukan siapa-siapa aku. Kamu hanya benalu di keluarga aku Naraya!" Gia menatap tajam Rendra setelah itu dia menarik Kaira untuk pergi dari parkiran.

Rendra menatap kepergian Gia dengan senyum tipis. Hatinya sudah kebal mendapatkan perkataan seperti itu dari Gia. Sejak sepuluh tahun yang lalu gadis itu tidak pernah berubah kepadanya.

Gadis itu selalu menghina Rendra dengan kata-kata yang sangat tidak pantas untuk pria seperti Rendra.

***

Rissa sedang mengobrol dengan teman-temannya. Kebiasaannya seperti ini lah yang membuat suaminya lelah menghadapi kebiasaan Rissa yang berkumpul bersama teman-temannya.

"Tenang aja Jeng Rissa banyak yang mendukung Gia, bahkan mereka membuat tagar Gia gadis hebat. Interview si pelakor itu gak akan lama di stasiun televisi. Saya bisa pastikan viewers nya dikit. Malah kalau bisa tidak ada." Ketiga wanita itu tertawa.

"Si Arjun juga aneh. Apa sih yang dia liat dari pelakor itu. Cantikan kamu banget lah Jeng," ucap Mayang yang di angguki oleh temannya.

"Gak tau deh. Saya juga heran sama dia." Rissa mengusap keningnya. Wanita paruh baya itu masih mencintai suaminya tapi dia tidak tahu apakah suaminya masih mencintainya atau tidak.

"Denger-denger ibunya si pelakor dulunya juga pelakor," bisik Mayang yang sukses membuat kedua wanita itu syok. Pantas saja anaknya kelakuannya seperti ibunya.

"Kalau gini mah emang udah dari bibitnya begitu" Sahut Mita yang sejak tadi hanya diam, mendengarkan teman-temannya mengobrol.

"Jeng Rissa gak ada rencana buat rebut Arjun lagi?" tanya Mayang membuat Rissa menghentikan kegiatannya yang sedang meminum minumannya.

"Rebut gimana. Saya sama papinya Gia belum cerai secara hukum. Pria tua itu hanya bilang mau cerai tapi gak pernah ngasih surat cerai. Dia tu aneh," jawab Rissa menyatukan tangannya di bawah dagunya.

Teman-teman Rissa yang mendengar mengernyitkan kening mereka, bingung.

Aneh

***

Rendra meletakkan kotak berwarna biru di atas meja. Di dalam kotak itu ada sebuah jam tangan yang diberikan oleh gadis di hadapannya. Sherly, gadis itu menatap sedih kotak itu.

"Kenapa di balikin?" tanya Sherly, hatinya sakit mendapat perlakuan seperti itu dari sahabat — entah pria itu masih menganggapnya atau tidak — sekaligus pria yang dia sukai.

"Gak papa. Aku hanya... " Ada jeda beberapa detik sampai Rendra melanjutkan perkataannya. "Ingin mengembalikannya kepada pemilik aslinya"

Sherly menggeleng. "Pemiliknya kamu, karena aku sudah memberikannya ini kepada kamu Ren."

"Milik aku, kalau aku yang membelinya pakai hasil usahaku sendiri," sahut Rendra.

Sherly mendengus. "Rendra, perasaan aku ke kamu masih sama seperti beberapa tahun yang lalu," ucap gadis itu setelah hening beberapa saat.

"Sama, perasaan aku masih sama seperti beberapa tahun lalu. Aku tidak pernah bisa menganggap kamu lebih dari seorang sahabat," sahut Rendra yang sukses membuat Sherly mengepalkan tangannya menahan emosi di dalam dirinya.

Rendra dan Sherly adalah sepasang sahabat sejak masa kuliah. Sherly mencintai Rendra tapi pria itu tidak mencintai Sherly meskipun hari-harinya selalu bersama gadis itu saat kuliah. Pria itu mencintai Gia sebelum dia mengenal Sherly. Sherly tidak bisa menggeser Gia dihatinya meskipun gadis itu selalu disisinya dan selalu perhatian kepadanya.

"Kamu masih mencintai gadis itu? Dia bahkan selalu berbicara kasar kepada kamu. Dia mengabaikan kamu Rendra." Rendra tersenyum tipis mendengar perkataan sahabatnya itu.

"Kamu bisa bertahan dengan perasaan kamu ke aku kenapa aku tidak bisa bertahan dengan perasaan aku ke dia. Ingat, dia tidak pernah mengabaikan aku," sahut Rendra.

"Beda Rendra. Dia terlalu sombong buat kamu. Dia gak pantes dapet laki-laki seperti kamu." Sherly menatap Rendra dengan sedih. Kenapa pria di hadapannya begitu keras kepala jika menyangkut gadis yang dicintainya.

Rendra beranjak dari duduknya, mengeluarkan amplop dari saku jasnya, "Ini dari Om Arjun. Aku pergi!"

Rendra berjalan pergi meninggalkan Sherly yang terus memanggilnya. Pria itu mengabikannya, dia tidak suka saat Sherly menjelek-jelekan Gia di hadapannya.

Gia tidak seperti yang gadis itu katakan.

***

To be continue

^^^Lubiiy❣^^^