Chereads / Lady's Choice / Chapter 20 - Chapter 20.

Chapter 20 - Chapter 20.

"Bagaimana Raja baru di kerajaan Aland?"

"Cukup berpotensi menjadi Raja yang baik di bandingkan Raja sebelumnya." jawab Jhon.

Dia jujur sekali, seperti tergambar di wajahnya kalau dia tidak menyukai Raja Junot. Kerajaan Aland beberapa hari yang lalu baru saja mengirim upeti sebagai tanda persabatan antara kedua kerajaan ini, dia juga menulis surat yang berisi ucapan terima kasih.

Cukup unik, aku rasa dia Raja yang ramah dan rendah hati. Kuharap sifat aslinya memang begitu. Jovan berkata, kalau Raja Sirius telah mulai memperbaiki daerah-daerah terpencil.

Daerah-daerah tersebut mendapat perhatian lebih dari Raja dan juga mendapat fasilitas yang sama dengan rakyat di Ibukota.

Bukankah ini sebuah perubahan yang baik untuk Kerajaan Aland, apalagi mereka kaya akan sumber daya alam. Jika mereka bisa memanfaatkan semua kelebihan itu dengan baik, maka bisa membuat rakyat mereka hidup lebih makmur.

Aku sudah mengirim surat kepada Duke Caldwell untuk memberitahu bahwa Raja Sirius sudah mengabulkan permintaannya, Duke Caldwell sangat berterima kasih kepada Raja Sirius.

"Bukankah Penyihir Agung akan datang kesini?" tanya Tedh.

"Entahlah, mungkin dia sedang mengurus sesuatu yang penting." jawab Radolf acuh.

"Dia mungkin saja berbohong." sahut Maxen.

"Jika dia berbohong aku akan pergi mencarinya kembali." kata Hobert.

"Apa Penyihir Agung sangat di butuhkan disini? Aku rasa tidak." kata Tedh.

"Tentu saja dia dibutuhkan, jika kau belajar sejarah kerajaan ini pasti kau mengetahui betapa pentingnya kehadiran Penyihir Agung di kerajaan ini, bahkan di situ tertulis bahwa penyihir mengabdi kepada Raja pertama." jelas Maxen.

"Asal kau tahu di kelas sejarah nilaiku selalu sempurna." kesal Tedh.

"Bisakah kalian berhenti?" tanya Jeron.

Tedh langsung terdiam begitu juga dengan yang lain, perkataan Jeron sangat ampuh untuk membuat mereka terdiam. Mereka lebih takut terhadap Jeron dibandingkan Raja.

Semenjak mereka kembali berkumpul suasana Istana Ruby tidak terasa sepi, walaupun aku merindukan Jimmy. Sudah lama sejak Jimmy pergi dan dia tidak memberi kabar apapun, aku tidak tahu sekarang dia berada dimana dan sedang melakukan apa.

Dia melakukan misi seorang diri, aku tidak bisa membayangkan betapa berbahayanya misi itu. Semoga dia baik-baik saja.

"Apa yang kau khawatirkan?" tanya Radolf.

"Aku khawatir dengan Jimmy."

Mendengar kekhawatiranku Radolf mengelus kepalaku dengan lembut, sentuhannya sedikit membuatku menjadi tenang.

"Jangan khawatir, aku yakin dia akan baik-baik saja." kata Radolf.

"Jika terjadi bahaya terhadap Jimmy, batu sihir di pedang kita akan memberi tanda." kata Hobert.

"Sebenarnya apa yang sedang dia lakukan?" tanya Jhon.

Para pangeran terdiam, sepertinya mereka tidak mengetahui misi Jimmy.

"Apa kalian mengetahui sesuatu?" tanya Jeron kepada lima tangan kanan mereka.

"Tidak yang mulia, pangeran Jimmy pergi dengan terburu-buru tanpa memberitahu kami tujuannya. Dia hanya menyuruh kami untuk menjaga Lady Lily." jawab Daniel.

"Anak itu selalu saja bertindak semaunya." kesal Jeron.

Mungkin dia memilih untuk tidak berbicara, karena takut membuat orang sekeliling khawatir termasuk diriku.

"jika Ibunda berada disini, dia pasti akan dimarahi." sahut Hobert.

"Seandainya aku bisa melihat Ibunda lebih lama." kata Hobert.

"Ibunda meninggal saat umurku dua tahun." kata Tedh.

"Sebaiknya kalian jangan berkata seperti itu, kalian masih beruntung memiliki waktu yang cukup bersama Ibunda. Sedangkan Jhon dia sama sekali tidak mempunyai ingatan tentang Ibunda." jelas Radolf.

"Maaf." kata maaf keluar dari mulut kedua Pangeran itu, tetapi Jhon hanya terdiam seolah tidak terjadi apa-apa.

Perasaan iba terhadap Jhon muncul di hatiku, walaupun dikehidupan sebelumnya aku tidak merasakan kasih sayang kedua orang tua setidaknya mereka masih ada dihadapanku.

Tetapi Jhon, dia masih bayi ketika di tinggal Sang Ratu. Aku tidak begitu mengetahui tentang mendiang yang mulia Ratu, karena didalam novel sang Ratu tidak begitu banyak di ceritakan. Tapi kenapa aku merasa melupakan sesuatu?

Nama panjang Ratu Isabella, apa? Bagaimana bisa aku melupakan nama sosok terpenting di kerajaan ini?!

Ratu Isabella meninggal beberapa bulan setelah Jhon lahir. Lalu ada fakta yang tidak semua orang mengetahuinya, bahwa Tedh dan Jimmy sebenarnya adalah kembar tapi tidak identik.

Tidak banyak yang tahu akan hal itu, karena wajah mereka sangat berbeda dan juga sifat mereka bertolak belakang. Orang-orang tidak akan menyadari jika Tedh dan Jimmy adalah saudara kembar.

Yang mulia Ratu sangat menyayangi semua putranya, dia selalu berharap semua putranya itu memiliki kehidupan yang bahagia. Di saat kematiannya, Ratu Isabella tersenyum seperti tidak ada rasa sakit.

Jeron sebagai putra pertamanya menggantikan posisi Ibundannya untuk Adik-adiknya, terutama Jimmy, Tedh dan Jhon. Mungkin orang-orang berpikir aneh karena tugas seperti itu seharusnya dilakukan oleh pelayan.

Peran pelayan tetap ada untuk membesarkan Adik-adiknya, tetapi Jeron lebih berperan penting, walaupun dia sangat sibuk dengan pekerjaannya, dia selalu menyempatkan diri untuk memperhatikan Adik-adiknya.

Sedingin apapun sifat Jeron, dia tetaplah seorang Kakak yang baik. Karena itu para Pangeran sangat menghormati Jeron melebihi Ayah mereka.

"Jhon, dimana kau menemukan kalung itu?" tanya Hobert.

"Maksudmu kalung batu sihir yang digunakan Lily?"

"Ya."

"Aku menemukannya di kotak perhiasan Ibunda."

Jeron terkejut mendengar jawahan Jhon, terlihat dari pandangannya yang langsung tertuju kepada Jhon.

"Bagaimana kau bisa membuka kotak itu?" tanya Jeron.

"Apa membuka sebuah kotak membutuhkan aturan? Aku hanya membuka penutupnya, tidak lebih dan tidak kurang." jawab Jhon kesal.

Aku melihat Jhon kesal dengan pertanyaan yang diberikan Jeron, ia merasa seperti orang bodoh.

Jeron, Maxen, Hobert dan Radolf saling bertukar pandangan.

"Ketika Ibunda meninggal, Ayah menaruh semua perhiasan Ibunda di dalam sebuah kotak sihir dan Ayah berkata untuk tidak membuka kotak itu." jelas Maxen.

"Memangnya ada kotak seperti itu di dunia ini?" tanya Tedh.

"kotak itu hanya ada satu di dunia ini, bernama kotak Pandora." jawab Radolf.

Setahuku kotak Pandora adalah benda yang sangat langka atau bisa di bilang hanya ada satu di dunia ini.

Pada zaman dahulu dewa memberikan kotak kepada seorang manusia perempuan cantik sebagai hadiah, lalu sang dewa telah memperingatinya untuk tidak membuka kotak itu.

Karena rasa keingintahuan yang tinggi akhirnya sang perempuan membuka kotak itu. Ia ternyata membuka kotak yang menyimpan semua keburukan manusia, atas dasar keingintahuannya.

Kotak itu berisi segala macam teror dan hal buruk bagi manusia, antara lain masa tua, rasa sakit, kegilaan, wabah penyakit, keserakahan, pencurian, dusta, kedengkian, kelaparan, dan berbagai malapetaka lainnya.

Dan dengan terbukanya kotak itu, segala kejahatan pun berhasil bebas dan menjangkiti umat manusia

Sang perempuan menyesali perbuatannya. Ketika ia kembali melihat ke dalam kotak, ada satu hal yang masih tersisa di dalam kotak dan tak mampu terbang bebas, hal tersebut adalah harapan.

Tapi bagaimana bisa kotak itu berada disini? Dan bagaimana Raja Damarion mendapatkan kotak itu?

"Sejujurnya aku tidak begitu ingat kenapa aku bisa membuka kotak itu dan mengambil kalung batu sihir itu, ketika sadar aku sudah mengambil kalung itu." jelas Jhon.

"Apa kalian tahu darimana kotak itu berasal?"

"Tidak, hanya Raja yang mengetahuinya."jawab Hobert.

"Lily, apa kau mengetahui sesuatu?" tanya Tedh.

"Aku mengetahui sejarah kotak Pandora, tetapi aku tidak pernah tahu darimana kotak itu berasal."

"Darimana kau mengetahuinya?" tanya Maxen curiga.

Astaga, mulutku tidak bisa diajak bekerja sama, tidak mungkin aku bilang 'aku membaca buku mitologi di kehidupanku sebelumnya.'

"A-aku membacanya di sebuah buku, tetapi buku itu hilang." Mata Maxen masih melihat gerakam tubuhku yang terlihat gugup.

"Sudahlah ayo kita kembali bekerja" kata Jeron. Jeron kau penyelamaku.

Setelah pertemuan hari itu kita semua menjadi penasaran dengan asal usul kotak Pandora, tetapi karena hari terus berjalan dan sibuk dengan kegiatan masing-masing, akhirnya para pangeran melupakan tujuan untuk bertanya kepada Raja.

Aku memutuskan untuk menyelidiki kotak Pandora, setelah itu aku akan bertanya langsung kepada Raja.

"Lady, ini adalah informasi yang Anda minta." kata Jovan.

Untuk melakukan tugas ini tentu saja aku tidak sendirian, Jovan selalu membantuku dalam penyelidikan kotak Pandora.

"Kerja bagus Jovan, terima kasih."

"Dengan senang hati Lady, tetapi saya pikir kotak Pandora hanyalah sebuah mitos."

"Bagi orang-orang yang hanya mendengarnya dari mulut ke mulut mungkin akan berpikir kalau kotak Pandora hanyalah mitos, tetapi faktanya kerajaan kita memiliki kotak misterius itu."

Aku membaca informasi yang di berikan oleh Jovan, ternyata semua ini hanya opini orang-orang terhadap kotak Pandora.

Apa mungkin keberadaan kotak Pandora di rahasiakan? Ada kemungkinan saja kotak itu di lindungi oleh seseorang secara turun menurun. Jika tebakanku benar, ini semua berhubungan dengan asal usul Sang Ratu.

Bayangkan saja jika keluarga Sang Ratu adalah orang yang menjaga kotak Pandora secara turun menurun, lalu giliran Ratu Isabella yang menjaga kotak itu.

Tetapi karena suatu alasan dia harus menikahi Raja Damarion tetapi karena dia adalah penjaga kotak Pandora, maka dia harus membawa kotak itu bersamanya hingga dia meninggal.

Harusnya kotak itu di berikan kepenurusnya, semisalnya kotak itu di berikan kepada Jeron. Tapi... Mungkin bukan seperti itu, kotak itu harus di berikan ke anak perempuan bukan anak laki-laki.

Jika di lihat dari sejarah, kotak itu yang di berikan kepada seorang perempuan maka yang harus menjaga kotak Pandora adalah seorang wanita. Ada kemungkinan Raja Damarion sudah mengetahui hal ini, maka dari itu dia membuka kotak Pandora dan menaruh semua perhiasan Ratu di situ.

Perhiasan yang di simpan bukanlah perhiasan biasa, tetapi perhiasan yang memiliki kekuatan sihir yang kuat termasuk kalung batu sihir yang kugunakan. Rasa penasaranku terhadap Ratu Isabella semakin tinggi, aku harus segera mengetahui dari mana Ratu Isabella berasal.

"Jovan, apa kau bisa mencari tahu asal usul Ratu Isabella untukku?"

Jovan sedikit terkejut dengan permintaanku. "Tentu saja Lady, tapi apa Anda benar-benar yakin?" tanya Jovan.

"Ya, aku sangat yakin."

"Baiklah Lady, saya akan mengumpulkan informasinya secepat mungkin."

"Aku mengandalkanmu Jovan." Jovan langsung pergi dari ruangan kerjaku.

Kalung batu sihir ini akan bereaksi jika ada sihir kuat yang berbahaya mendekatiku, bukan hanya itu saja kalung ini bisa merasakan emosiku. Lalu batu sihir ini seperti pengantar pesan kepada batu sihir yang ada di pedang para Pangeran, aku tidak kaget jika mereka langsung bisa menebak apa yang aku rasakan.

Pada saat aku mengetahui rahasia Raja dan Ratu kerajaan Delton di bawah tanah kalung ini juga bersinar. Kalung ini juga yang mematahkan sihir Hobert ketika semua orang melupakannya pada saat itu.

Bisa di bilang batu sihir yang ada di kalung ini memiliki sihir yang sangat kuat. Aku tidak begitu mengerti tentang sihir yang ada di dunia ini, hanya satu orang yang paling mengetahuinya yaitu Penyihir Agung.

Dia adalah sumber dari segala sihir yang ada didunia ini. Seandainya penyihir agung ada disini mungkin masalah ini akan cepat selesai.

***

"Hmm...Sepertinya ada yang sedang memikirkanku." gumam Penyihir Agung.

"Ada apa Penyihir Agung?" tanya Raja Sirius.

Penyihir agung mengabaikan pertanyaan Raja Sirius, dia hanya menatap langit sambil menarik sudut bibirnya. "Seperti aku harus segera pergi".

"Apa Anda akan kembali ke Kerajaan Grissham?"

Kali ini Penyihir Agung menjawab pertanyaan Raja muda itu. "Tidak, sebelum kembali kesana ada satu hal lagi yang harus aku lakukan."

Raja Sirius yang mengerti maksud dari Penyihir Agung, hanya bisa terdiam.

"Anak itu sangat hebat, tetapi dia belum bisa menggunakan seluruh kekuatannya, jika dia memaksa diri untuk menggunakan kekuatan itu maka tubuhnya akan hancur."

"Apa maksud Anda Pangeran yang sedang berkelana itu?"

"Hmm... Sekarang kau sudah mengerti ucapanku, ternyata kau lebih cerdas dari Ayahmu."

"Terima kasih atas pujian Anda, tetapi saya masih harus banyak belajar untuk membangun kerajaan ini menjadi lebih baik."

"Seandainya kau hidup beberapa puluh tahun yang lalu mungkin aku akan menjadikanmu sebagai muridku."

Raja Sirius tersenyum, "Bisa mendapat nasihat dari Anda saja, saya merasa sangat beruntung."

"Kau pandai sekali dalam berbicara, sepertinya kau lebih mirip dengan Ibumu itu."

"Ibu saya pernah bercerita kalau dia datang dari kerajaan yang jauh, tanahnya memiliki sihir yang kuat dan jauh dari jangkuan manusia biasa. Karena takut akan ketamakan para manusia yang tidak memiliki sihir, Sang Ratu di kerajaan itu memutuskan untuk memisahkan tanah kerajaannya menjadi sebuah pulau yang tidak bisa di jangkau oleh siapapun."

Penyihir Agung menyimak cerita Raja dihadapannya dengan baik, sebenarnya dia sudah mengetahui semua itu dengan melihat sihir besar yang ada didalam tubuh Raja Sirius.

Sihir besar itu adalah sihir dari Ibunya, sedangkan sihir Junot terlihat sangat sedikit berada didalam tubuhnya. "Kau harus menjadi Raja yang baik dan jangan pernah termakan oleh emosi negatif, jika kau tidak ingin dimakan oleh sihirmu sendiri."

"Saya akan mengingat itu."

Sihir yang di miliki ibu Raja Sirius adalah sihir yang putih, murni dan bersih, jika yang mempunyainya melakukan hal buruk, maka sihir itu berubah menjadi jahat dan akan memakan pemiliknya hingga mati.

"Aku berharap banyak padamu Raja muda."

Setelah berkata seperti itu penyihir agung langsung pergi menunggunakan sihir teleportasinya. Sedangkan Raja Sirius berjanji akan menjadi Raja yang berguna untuk rakyatnya.

Dia merasa banyak sekali orang yang mengandalkannya dan itu bukanlah suatu beban baginya, melainkan mendorongnya untuk selalu maju dan menatap kedepan.

***

"Daniel, bagaimana perkembangan prajurit baru?" tanya Jhon.

Daniel membacakan laporan yang ada di kertasnya. "Semuanya memenuhi syarat dan mereka memiliki potensi yang bagus dalam bela diri dan berpedang."

"Lanjutkan latihan seperti biasa dan berikan misi kepada beberapa prajurit istana untuk melakukan perjalan jauh." kata Jhon.

"Baik Pangeran." Daniel membungkuk hormat dan meninggalkan ruangan.

Sedangkan Tedh, melakukan pekerjaannya dengan baik sebagai ahli strategi di kerajaan ini. Walaupun tidak ada Jimmy yang biasa membantunya, tetapi Jhon saat ini cukup membantu baginya.

"Karena kita sedang rehat dalam berperang, mungkin dia harus lebih fokus untuk memperkuat ekonomi kerajaan dan memperkuat militer kerajaan ini." kata Tedh.

"Untuk masalah militer akan tetap melakukan latihan seperti biasa, karena musuh bisa menyerang kapan saja dan dimana saja." kata Jhon.

Tedh menatap gambar peta yang terlukis di dinding dengan cermat, dia terus menggerakan bola matanya untuk memastikan sesuatu.

"Jhon, perintahkan prajurit yang kau berikan misi untuk pergi ke tempat ini."

Tedh menunjukan jarinya pada gambar di peta. Jhon melihat arah yang ditunjuk oleh Tedh, tanpa sadar dia menaikkan alisnya.

"Di situ hanyalah jurang yang dibawahnya laut, untuk apa mereka aku tugaskan pergi kesana?"

"Perhatikan peta ini baik-baik, jurang yang kau bilang tadi bukanlah jurang yang terbuat secara alami, tetapi itu seperti retakan tanah yang terbelah."

"Maksudmu dulu ada sebuah tanah yang hancur disitu?"

"Bukan hancur, tetapi terbelah secara paksa. Aku sendiri awalnya tidak yakin, tetapi melihat lengkungan yang di gambar di peta membuatku penasaran."

"Penasaranmu cukup aneh, bagaimana mungkin tanah bisa terbelah dengan tangan manusia? Apa kau gila?!"

"Anggap saja aku gila, tetapi jika yang membelahnya adalah sihir itu bukanlah suatu hal yang mustahil."

Ketika mendengar itu Jhon langsung membulatkan matanya, dia sepertinya mengerti tujuan Tedh. "Jadi kau ingin para bawahanku untuk melacak sisa sihir yang ada disitu?".

"Tepat sekali. Jika kita tidak melacaknya mungkin kita akan terus berpikir kalau jurang itu terbuat secara alami, tetapi dengan melacak sihir mungkin kita bisa mengetahui sesuatu."

"Ben, kumpulkan sepuluh prajurit, aku akan segera mengumumkan misi kepada mereka."

"Baik Yang Mulia."

Tedh melemparkan sebuah batu berlian berwarna putih kepada Jhon. "Batu berlian itu sudah kuberi sedikit sihir, jika batu berlian itu berubah warna menjadi hitam, maka memang benar ada sebuah tanah atau bisa saja kerajaan di situ."

"Baiklah aku mengerti, setelah ini apa yang kau lakukan?"

"Tentu saja menyelidiki tanah yang hilang itu."

"Bukanlah lebih baik tugas itu kau serahkan kepada Hugo dan Terry?"

"Tidak, mereka sedang membantu Hobert, Radolf dan Maxen untuk mengumpulkan data-data penduduk di kerajaan ini dan juga di daerah yang sudah kita taklukan."

"Bagaimana kalau Lily?"

Tedh menghela nafas, "Jhon, kau ini karena sangat tidak pedulinya dengan keadaan sekitar hingga tidak tahu apa yang dilakukan oleh Lily?"

Dengan wajah polosnya Jhon ternya, "Memangnya apa yang sedang dia lakukan?"

Tedh menepuk pelan dahinya, dia frustasi dengan sifat Jhon yang menyebalkan akhir-akhir ini. Tidak. Mungkin sejak dulu memang menyebalkan.

"Tentu saja dia sibuk bodoh, kau sendiri tahu kalau dia juga membantu Kerajaan Delton dari jarak jauh dan belum lagi pekerjaan dia sebagai penasihat kerajaan yang sangat menumpuk itu."

"Ahh kau benar, aku melupakan hal itu."

Tedh menyeritkan dahinya, tiba-tiba dia bingung dengan kelakuan Jhon yang aneh. "Sepertinya akhir-akhir aku banyak melamun."

"Apa yang kau lamunkan?"

"Aku melupakan bagaimana cara aku bisa sampai ke kamar Ibunda dan membuka kotak Pandora lalu mengambil kalung itu, aku tidak ingat sama sekali apa yang sebenarnya terjadi. Ketika sadar kalung itu sudah di tanganku dan pikiranku hanya berkata kalau kalung ini harus kuberikan kepada Lily karena bisa melindunginya."

Penjelasan Jhon, membuat Tedh semakin penasaran dengan kotak pandoran dan juga rahasia yang selama ini Ayah mereka simpan. Tapi entah kenapa Tedh merasa kalau semua ini ada hubungannya dengan tanah yang menghilang itu.

Tanpa mengatakan sepatah kata apapun lagi, Jhon langsung meninggalkan Tedh seorang diri didalam ruangan itu. Sedangkan kepala Tedh telah di liputi banyaknya kemungkinan, dia seperti sedang menyusun puzzle yang menghilang.

Otaknya harus berpikir keras untuk menyusun semua puzzle yang menghilang itu. Dia rasa masalah kali ini akan berdampak besar bagi semuanya.

To be continue...