Murid sialan. Bisa-bisanya dia menggunakan sihir untuk membuat pohon apel emas ini, sepertinya aku salah dalam memilih seorang murid.
Dia menggunakan energi sihir dari pohon ini untuk membangun istananya, semegah apapun istana Kerajaan Aland tetap saja terasa seperti rumah yang berhantu.
Aku tidak habis pikir dengan jalan pikirannya yang sangat aneh.
Pohon apel emas ini mengambil energi dari sumber daya alam di kerajaan ini sehingga banyaknya tanaman yang mati dan perkebunan yang kurang subur, kejadian itu hanya terjadi di daerah-daerah terpencil kerajaan ini.
Sehingga membuat rakyat didearah terpencil itu jatuh miskin dan banyak yang meninggal karena kelaparan dan terserang penyakit.
Tapi kehidupan ibukota sangatlah makmur dengan bantuan energi sihir dari pohon apel, sumber daya yang berlimpah, tidak kekurangan dalam hal apapun.
Alasan inilah yang membuat banyak warga dari desa-desa terpencil ingin hidup di ibukota agar merasakan hidup yang layak, tetapi mereka yang berada di kasta bawah akan tetap dijadikan sebagai budak-budak di kediaman para bangsawan disini.
Kasta seseorang sangat penting disini, semakin mereka miliki banyak kekuasaan maka mereka akan sangat di hormati, sedangkan jika mereka yang berasal dari kasta bawah akan tetap hidup sengsara sebagai budak.
Mereka yang berada di kasta bawah tidak bisa melarikan diri dari Kerajaan Aland karena dilarang oleh sang Raja Junot.
Kerajaan Aland tidak seperti kerajaan pada umumnya, kerajaan ini di kelilingi oleh dinding yang tinggi sekitar 50 meter.
Junot sebaiknya kau pergi keneraka saja!
Letak pohon apel emas ini berada di bawah menara sihir kerajaan ini, aku pikir didalam menara sihir banyak penyihir yang berjaga, ternyata aku salah, menara yang besar dan tinggi ini hanya menyimpan buku-buku sihir yang umurnya sudah berabad-abad dan juga alat-alat sihir yang belum pernah kulihat dan hanya di jaga oleh dua prajurit didepan gerbang.
Sungguh naif. Kau pikir setelah aku menghilang dari dunia ini tidak akan ada orang yang berani memasuki menara sihir ini.
Tapi aku merasakan bekas energi sihir yang kuat di beberapa ruangan yang ada di menara ini, sepertinya Junot dan pengikutnya sedang melakukan ritual sihir terlarang.
Aku tidak bisa berkata jika Junot adalah orang yang menciptakan sihir terlarang, alasannya sangat mudah karena dia masih membutuhkan beberapa alat sihir dan melakukan beberapa ritual.
Kerajaan Aland bukanlah tempat kelahiran sihir terlarang tapi sepertinya salah satu anak dari Damarion telah menemukan tempat lahirnya sihir terlarang itu.
Hahh...Jadi harus aku apakan pohon ini? untuk menghancurkan pohon sihir ini akan memakan waktu yang banyak dan akan berdampak sangat besar di ibukota.
Ck. sudahlah aku tidak peduli dengan kehidupan bangsawan-bangsawan sombong itu.
Jika mereka mati karena aku menghancurkan sumber kehidupan mereka, itu akan lebih menyenangkan.
Aku harus membakar pohon ini sekaligus lalu aku akan meminta Jhon untuk menghancurkan akar-akara pohon ini hingga tidak tersisa menggunakan pedangnya.
Baiklah saatnya aku menghancurkan pohon berhargamu, Junot.
***
Sebuah getaran hebat terjadi membuat mereka yang berada didalam ruangan itu terkejut.
Barang-barang disekitar mereka ikut bergetar, terjatuh dan hancur.
Sesaat getaran itu berhenti, membuat Raja Junot bertanya-tanya.
"Apa yang terjadi?! Apakah ada yang menyerang kerajaan kita?!"
Tangan kanan Raja Junot bergegas keluar ruangan untuk mencari tahu apa yang terjadi.
"Dia sudah memulai menghancurkan pohon itu." kata Radolf.
Jhon dan Hobert menganggukan kepala mereka, getaran itu kembali lagi dan semakin kencang.
Raja Junot menaruh curiga kepada tiga Pangeran dihadapannya yang terlihat tenang dan tidak terkejut sama sekali, mereka seperti telah mengetahui akan terjadi hal ini.
"Apakah ini perbuatan kalian?!" tanya Raja Junot.
Terlihat jelas ekspresi marah sang Raja, tetapi ketiga Pangeran di hadapannya hanya menatap dingin kearah Raja Junot.
"Dasar Pangeran sialan!" kesal sang Raja.
Dia menggunakan sihir untuk menyerang ketiga Pangeran dan tentu saja dengan mudah di tangkis oleh pedang Hobert.
"Jhon! Cepat pergi ke tempat Penyihir Agung berada dan Radolf kau urus para prajurit yang ada di dalam istana, Biar aku yang mengurus Raja." perintah Hobert.
Radolf dan Jhon bergegas keluar ruangan, Raja Junot yang melihat mereka keluar dengan cepat menyerang mereka dengan kekuatan sihir anginnya tapi langsung di tangkis oleh Hobert.
"Lawanmu adalah aku." kata Hobert.
"Kau cukup percaya diri dengan kekuatanmu Pangeran Hobert." kata Raja Junot.
Hobert menarik sudut bibirnya.
"Kuharap kau tidak meremehkan kekuatan Kerajaan Grissham."
Pertarungan Raja Junot dan Hobert berlanjut hingga membuat ruangan itu hancur dan melempar mereka berdua keluar.
Mereka terjatuh di taman istana, Raja Junot yang ingin melarikan diri langsung di hadang oleh Hobert.
Hobert tahu Raja yang sedang di hadapinya ini masih belum mengeluarkan seluruh kekuatannya, dia harus hati-hati karena Raja Junot sangatlah kuat dalam berpedang maupun menggunakan sihir.
Keadaan istana menjadi sangat ramai, Radolf dengan cepat sudah mengamankan semua prajurit di istana, untung saja prajurit yang berjaga sangat dikit.
Di luar istana terdengar teriakkan orang-orang yang ketakutan karena getaran yang semakin kencang.
Mereka berteriak seolah-olah dunia akan hancur.
Sementara Jhon di hadang oleh beberapa prajurit ketika ingin memasuki menara.
"Minggir." perintah Jhon dengan tatapan dingin.
Mengabaikan perkataan Jhon, beberapa dari mereka langsung menyerang Jhon.
Jhon terdecih pelan dan langsung menghabisi mereka dengan cepat, dalam beberapa detik para prajurit itu kalah.
"Kalian memperlambat waktuku." kata Jhon.
Dia bergegas masuk ke dalam menara, batu sihir dipedangnya menuntun dia ke tempat Penyihir Agung berada.
Ketika sampai, Jhon diperlihatkan oleh kobaran api yang melahap pohon apel emas.
Sedangkan Penyihir Agung terus saja melemparkan sihir apinya ke arah pohon itu, yang menyebabkan getaran semakin kencang.
Penyihir Agung menyadari keberadaan Jhon langsung berteriak.
"Jangan diam saja wahai Putra Damarion! Cepat habisi akar-akar pohon sialan ini!"
Mendengar perintah dari Penyihir Agung, Jhon langsung menusukkan pedangnya ke tanah.
Dia mengeluarkan seluruh kekuatan batu sihir yang ada di pedangnya sehingga cahaya kemerahanpun muncul.
Penyihir Agung berniat menyelesaikan pohon dihadapannya dengan sekali serangan.
Dia membuat pola sihir yang besar dan dari pola itu keluarlah bola api yang sangat panas.
"Musnahlah dari sini pohon sialan." desisnya.
Bersamaan dengan Jhon yang memotong akar pohon terakhir yang dia lihat. Setelah itu ledakan hebat terjadi, hingga menyebabkan menara sihir itu rubuh.
Jhon mengabaikan ledakan itu dan tetap berusaha memotong akar-akar pohon ini yang sangat keras.
Beruntungnya Penyihir Agung melindunginya dari ledakan itu.
"Apa kau berhasil?" tanya Psnyihir agung.
"Seperti yang kau lihat." jawab Jhon.
Semua akar pohon sudah berhasil Jhon potong, sedangkan bagian atas pohonnya sudah terbakar habis oleh sihir api Penyihir Agung.
"Tempat ini akan hancur, kita harus keluar dari sini." kata Penyihir Agung.
Jhon memasukan pedangnya, lalu Penyihir Agung langsung membuat lingkaran sihir untuk memindahkan mereka keluar.
Hobert yang masih beradu pedang dengan Raja Junot tiba-tiba berhenti karena arah pandangannya teralihkan ke arah menara sihir yang rubuh.
Raja Junot yang mengikuti arah pandang Hobert langsung terkejut sekaligus marah.
"Tidakkk!!!" teriak histeris Raja Junot.
Dia terlihat marah ketika melihat menara sihir yang dia bangga-banggakan rubuh seketika.
"Pasti semua ini adalah ulah licikmu Pangeran Grissham!" teriak sang Raja.
Hobert merasakan bahaya yang menghampiri dirinya ketika melihat banyak lingkaran sihir yang telah di buat oleh Raja Junot.
"Aku membuat dia kesal." gumam Hobert dengan nada tenang.
Dia tidak terlihat takut dengan ancaman yang menghampirinya.
Hobert yang tidak ingin kalah dari sihir Raja Junot dengan cepat dia menggunakan seluruh kekuatan batu sihir yang ada di pedang kesayangannya itu.
Cahaya kehijauan langsung keluar dari pedang Hobert bersamaan dengan keluarnya sihir angin dari lingkaran sihir Raja Junot.
Sihir angin yang menyerang Hobert dari segala arah dengan cepat di tangkis oleh Hobert, dengan cahaya kehijauan yang keluar dari pedangnya dia bisa memotong lingkaran sihir yang di buat oleh Raja Junot.
"Apa?! Tidak mungkin dia bisa menghancurkan lingkaran sihirku!"
Sambil berjalan ke arah Raja Junot, Hobert tersenyum kecil yang seperti meremehkan orang di hadapannya itu.
"Apa hanya segitu kekuatan seorang Raja Aland yang selama ini hanya hidup di balik dinding?" tanya Hobert.
Hobert mengarahkan pedangnya tepat di leher sang Raja.
"Kau tidak akan bisa membunuhku, Hobert!" kata Raja Junot yang kesal dengan perkataan Hobert.
"Oh benarkah? Sepertinya aku perlu mencoba memotong lehermu itu." kata Hobert.
"Tunggu!"
Raja Junot dan Hobert sama-sama menoleh ke sumber suara yang menghentikan pergerakan Hobert.
"Penyihir Agung?" gumam Raja Junot.
Penyihir agung dan Jhon menghampiri mereka.
"Jangan bunuh dia, Kerajaan Aland masih membutuhkam Raja bodoh ini." kata Penyihir Agung.
"Bagaimana kau bisa disini?" tanya Raja Junot.
"Tidak perlu tahu kenapa aku bisa berada disini, apa kau tahu kesalahan fatalmu?"
Raja Junot menundukkan kepalanya, walaupun dia seorang Raja tetap saja dia akan takut jika di hadapi oleh Penyihir Agung.
"Kau telah menyalahgunakan kekuatan sihir yang aku ajarkan padamu, hasratmu untuk hidup abadi sangat besar hingga kau membuat pohon apel emas itu, karena pohon itu membutuhkan sumber energi yang besar, kau mengorbankan rakyatmu yang berada di daerah terpencil demi hasratmu itu. Kau tau, itu adalah tindakan yang sangat kubenci."
Mendengar penjelasan Penyihir Agung, sang Raja langsung bertekuk lutut.
Aura yang di keluarkan Penyihir Agung sangat menyeramkan hingga sang Raja sulit bernafas.
"M-maafkan aku." gumam Raja Junot.
"Minta maaflah kepada rakyatmu bukan kepadaku, lalu aku akan mengambil semua kekuatan sihir yang ada di tubuhmu sebagai hukumannya."
Raja Junot langsung panik mendengar sihirnya akan diambil oleh Penyihir Agung.
"Kumohon jangan ambil sihirku!"
Raja Junot memohon kepada Penyihir Agung, dia hingga melupakan kehormatannya sebagai seorang Raja hanya karena sebuah sihir.
"Tidak ada gunanya kau memohon padaku, sihirmu tetap akan aku ambil." kata penyihir agung.
Penyihir agung menatap dingin ke arah Raja Junot, tangan kanan mengeluarkan lingkaran sihir yang langsung mengenai wajah Raja Junot.
Dari lingkaran sihir itu keluarlah sebuah cahaya yang sangat menyilaukan.
Raja Junot hanya bisa berteriak kencang ketika semua sihir yang ada di tubuhnya diambil oleh penyihir agung.
"Akhirnya penderitaan rakyat Kerajaan Aland terselesaikan." kata Radolf yang baru saja datang.
"Apa kau sudah menemukan anak itu?" tanya Hobert.
"Hm. Aku sudah menemukannya, sekarang dia berada didalam istana."
"Kalian pergilah kedalam dan urus anak itu, biar aku yang mengurus Raja." kata Penyihir Agung.
"Baiklah." kata Jhon.
Penyihir Agung menyamakan tingginya dengan Raja Junot yang sedang bertekuk lutut.
"Sepertinya hari ini adalah akhir dari masa pemerintahanmu Junot."
Raja Junot menatap marah ke arah penyihir agung.
"Radolf berhasil menemukan anak harammu." bisik Penyihir Agung.
***
"Lady, apa anda tidak merasa lelah?" tanya Jovan.
Aku tersenyum, "Tidak sama sekali, jadi jangan khawatirkan aku."
"Tapi anda harus mengurus permasalahan dua kerajaan sekaligus."
Ya benar, ini sudah beberapa hari setelah kepulanganku dari Kerajaan Delton.
Perdamaian antara kedua kerajaan pun terjadi setelah berpuluh-puluh tahun, tetapi aku harus menjadi jembatan kedua kerajaan, itu bukan sebuah masalah.
Apalagi aku sudah berjanji kepada Barren untuk membantunya hingga akhir, jadi Barren memberikanku tugas-tugas yang bersifat rahasia.
Tugas ini seperti tugas kementerian hubungan internasional di dunia lamaku.
Contohnya seperti pengelolaan barang milik atau kekayaan kerajaan yang menjadi tanggung jawabku.
Selagi aku mampu mengerjakannya pasti dengan lapang dada aku menerima tugas itu, walaupun setiap harinya mejaku terus bertumpukkan dengan kertas.
Untung saja Jovan selalu ada untuk membantuku dalam menyelesaikan pekerjaan yang banyak ini.
Dia juga akan memisahkan tugas Kerajaan Delton dan Kerajaan Grissham.
Dia sangat pengertian hingga melakukan hal seperti itu dan tentu saja itu sangat memudahkanku dalam bekerja.
Bukan hanya Jovan, tetapi tangan kanan para Pangeran terkadang juga ikut membantuku, padahal aku sudah melarang mereka untuk tidak membantuku tapi mereka bersikeras membantuku.
Aku senang di kelilingi orang-orang yang baik dan pengertian.
"Lady, ada satu dokumen yang harus di tanda tangani oleh Pangeran Barren." kata Jovan.
"Biar kulihat."
Jovan menyerahkan dokumen itu kepadaku.
"Hm... Ini dokumen tentang perjanjian daerah kekuasan, tidak perlu tanda tangan Barren. Biar aku saja, lagipula aku disini bukan hanya sebagai penasihat Kerajaan Grissham tapi juga sebagai perwakilan dari Kerajaan Delton."
"Baik Lady, kalau gitu saya akan membuat laporan kepada Tuan Hillario terkait dokumen itu."
"Terima kasih Jovan."
"Dengan senang hati Lady."
Berbicara tentang Barren, jadi teringat bagaimana terkejutnya aku ketika melihat tubuh Raja dan Ratu kerajaan Delton.
Tubuh mereka membeku didalam sebuah kristal.
Barren mengakui memang benar dia telah meracuni kedua orang tuanya itu tapi racun yang dia gunakan tidak memiliki efek samping hingga tubuh mereka membeku.
Menurut Calil, sudah di pastikan kalau Raja dan Ratu meninggal, tetapi mereka tidak bisa memberitahu publik tentang hal langka ini.
"Karena mereka tidak dikubur, aku membiarkan mereka seperti ini dan hal langka ini hanya akan menjadi aib Kerajaan Delton, dan tolong rahasiakan masalah ini."
Barren berkata dengan mata yang menatap sendu kearah kedua orang tuanya.
Walaupun Barren sangat membenci mereka tapi tetap saja mereka adalah orang tua yang sudah membesarkan Barren.
Barren berencana untuk mengambil tahta kerajaan dan menjadi Raja baru di kerajaannya.
Tetapi dia harus menyelesaikan beberapa masalah dan itu membutuhkan waktu setidaknya tiga tahun.
Setelah semua masalah itu selesai, dia akan menjadi Raja.
Sungguh sangat rumit kehidupan Barren, sangat berbeda dengan yang ada di novel. Aku merasa kasihan kepadanya.
"Lily, lagi-lagi kau memaksakan dirimu bekerja hingga lupa saatnya makan siang."
Dari suaranya saja aku sudah tahu itu siapa. Pangeran yang sangat berisik yaitu Tedh.
"Tedh, bukankah kau juga memiliki pekerjaan yang banyak?"
"smSudah selesai dan sisanya kutunda karena aku ingin makan bersamamu."
"Tedh maafkan aku, sepertinya untuk kali ini kau harus makan sendiri. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku."
"Tidak, kau harus makan denganku, kau harus istirahat Lily, aku tidak ingin kau sakit."
Setelah pulang dari Kerajaan Delton para Pangeran semakin protektif terhadapku.
Mereka benar-benar memperhatikanku padahal mereka sendiri sedang disibukkan oleh pekerjaan mereka.
Benar apa yang di katakan Tedh, terkadang aku lupa dengan waktu makanku karena terlalu fokus dalam bekerja.
Jika Tedh tidak menemuiku mungkin bisa saja aku tidak makan hingga malam.
"Baiklah, ayo kita makan."
Tedh tersenyum senang mendengar jawabanku, dia langsung menggenggam tanganku.
"Lily, jika kau merasa lelah dengan pekerjaanmu cukup bilang kepadaku, aku akan pastikan Jeron, Ayah dan Barren tidak memberikanmu pekerjaan."
Aku tertawa kecil mendengar perkataan Tedh, "Itu sudah tugasku dan aku menikmatinya."
"Kau ini selalu saja membuatku terkesan." puji Tedh.
"Akhirnya Tuan Putri yang kita tunggu-tunggu datang." kata Jeron.
"Kau! Kenapa kau ada disini?!" tanya Tedh.
"Kenapa? Apa kami tidak boleh berada disini untuk makan bersama Lily?" tanya Maxen.
"Maxen kau juga ada disini? Ah..tidak harapanku makan berdua bersama Lily hilang."
"Dari pada berdiri lebih baik kau segera duduk Tedh, hidangannya akan segera dingin." kata Jeron.
Dengan pasrah akhirnya Tedh duduk di samping Jeron dan aku duduk disamping Maxen.
"Aku dengar pekerjaanmu dari hari ke hari semakin banyak?" tanya Jeron.
"Itu benar, tetapi aku sangat menikmatinya dan juga ada Jovan yang selalu membantuku."
"Tubuhmu lemah, kuharap kau tidak kelelahan." kata Maxen.
"Aku mengerti Maxen, terima kasih kalian sudah mengkhawatirkanku, aku sangat menghargainya."
Terlihat sebuah senyuman tulus terukir di wajah ketiga Pangeran.
"Baiklah waktunya makan!" seru Jeron.
Waktu makan siang yang kita habiskan sangat menyenangkan dan terlihat para Pangeran lebih terbuka kepadaku.
Lalu akhir-akhir ini mereka terlihat sering tersenyum dan itu membuatku senang.
Hubungan kami juga menjadi sangat dekat, sudah tidak ada lagi Pangeran dingin Kerajaan Grissham dimataku.
Tetapi aku rasa mereka tetap dingin dengan orang asing ataupun dengan pelayan dan petinggi istana disini.
"Tedh, kenapa kau ada di ruanganku?"
Aku baru saja selesai bertemu dengan Raja Damarion dan kembali ke ruanganku.
Lalu mendapati Tedh sedang duduk di sofa yang ada di ruanganku.
"Apa aku tidak boleh menemui wanitaku?"
Dia malah menanyaiku balik dengan menarik sudut bibirnya.
Wanitaku? Apa aku tidak salah dengar? Tidak. Jelas-jelas dia berkata seperti itu.
Sepertinya sifat uniknya sama sekali tidak berubah.
Helaan nafas keluar dari mulutku, "Baiklah aku akan kembali bekerja."
Aku memilih mengabaikannya, karena aku harus menyelesaikan pekerjaanku.
Tiba-tiba saja Tedh memeluk dari belakang.
"T-tedh, ada apa denganmu?"
"Biarkan seperti ini sementara."
Akhirnya aku membiarkan Tedh memelukku.
"Apa terjadi sesuatu?" tanyaku pelan.
"Aku akan menyimpanmu hanya untukku seorang." bisiknya.
Aku terdiam kaku mendengar bisikkannya, lalu dia melepaskan pelukkannya.
"Aku hanya bercanda, maaf telah mengganggu waktumu, aku akan pergi."
Tanpa menunggu jawabanku Tedh langsung meninggalkan ruangan ini. Wajahnya terlihat lelah seperti banyak sekali hal yang dia pikirkan. Ada apa denganya?
To be continue...