Chereads / Lady's Choice / Chapter 19 - Chapter 19.

Chapter 19 - Chapter 19.

"Lady, Duke Caldwell ingin bertemu dengan Anda." kata Jovan

"Suruh dia masuk."

"Baik Lady."

Jarang sekali aku mendapatkan tamu saat pagi hari.

Jovan mempersilakan Duke Caldwell untuk masuk, jariku berhenti menulis dan melihat sosok Duke Caldwell yang berjalan ke arahku.

"Salam kepada Yang Mulia Penasihat Kerajaan Grissham, semoga kebahagiaan selalu bersama Anda."

Sudah beberapa bulan sejak terakhir aku bertemu dengan Duke Caldwell, dia benar-benar telah berubah.

Tugas dia sekarang berkeliling dunia untuk mencari peluang usaha baru, aku cukup terkesan dengan hasil kerjanya yang sempurna.

Dia benar-benar membantu perekonomian Kerajaan Grissham semakin membaik setiap bulannya.

Akibatnya tingkat kemiskinan di kerajaan ini semakin menurun dan itu merupakan hal yang positif.

"Terima kasih Duke, sudah lama sekali sejak kita terakhir bertemu."

"Ya Lady, saat ini saya sangat sibuk dengan urusan bisnis dan harus berkeliling kembali untuk mencari hal-hal yang baru."

Dia menunjukkan wajah yang lebih bahagia setelah mendapatkan tugas ini, aku rasa dia sangat menikmati pekerjaannya sekarang.

Terlebih kehidupan keluarganya jauh lebih baik dari sebelumnya, aku lega ketika melihat keluarga Duke Caldwell bahagia.

"Berkat kerja kerasmu perekonomian kerajaan ini semakin membaik, bahkan kita bisa menurunkan angka kemiskanan di kerajaan ini."

"Suatu kehormatan bagi saya bisa membantu Kerajaan Grisshan, saya akan selalu berusaha membantu kerajaan ini sebaik mungkin."

"Jadi apa ada sesuatu yang ingin Duje sampaikan?"

Dia terlihat ragu untuk berbicara. "Lady, apa saya boleh mengajukan permintaan?"

Aku menaikkan sebelah alisku. Jarang sekali seorang Duke Caldwell meminta sesuatu kepadaku.

"Ya silakan."

"Apakah Lady bisa membantu beberapa daerah terpencil di Kerajaan Delton dan Aland?"

"Ada apa dengan daerah-daerah itu?"

"Di daerah terpencil Kerajaan Aland sedang mengalami krisis ekonomi karena kesalahan Raja Junot. Banyak dari mereka yang meninggal kelaparan dan juga terserang penyakit yang mematikan. Menurut informasi yang saya dapatkan, Raja Junot hanya memfokuskan kekayaan di Ibukota, sedangkan daerah terpencil yang terletak di pinggir kerajaan di lupakan olehnya, Raja hanya mengambil sumber kekayaan alam di daerah itu tanpa mensejahterakan rakyat-rakyat yang berada disitu."

Sepertinya Duke Caldwell merasa khawatir dengan keadaan mereka, aku pun yang mendengar cerita darinya ikut merasa khawatir. Bagaimana cara mereka bertahan hidup selama ini?

Sebenarnya aku telah menyelidiki Kerajaan Aland sejak lama dan tentu saja aku tahu tindakan jahat Raja Junot yang menindas rakyat kecil mereka.

Aku ingin membantu daerah itu tapi sangat sulit karena akses untuk membantu mereka sangat tertutup.

Jika aku mengandalkan Duke Caldwell yang memberikan bantuan secara diam-diam akan membutuhkan waktu yang sangat lama.

Lalu jika ketahuan maka Duke Caldwell akan di kenai hukuman penjara seumur hidup karena telah ikut campur masalah internal kerajaan.

Aku ingin membantu daerah-daerah itu dengan mengirim surat perjanjian yang saling menguntungkan untuk kedua kerajaan.

Masalahanya semua itu butuh persetujuan Raja Junot, jika dia menolaknnya maka akan semakin sulit untukku membantu daerah itu.

Apa yang harus kulakukan?

Sebaiknya aku berdiskusi dengan Jeron untuk masalah ini.

"Duke, aku tidak berjanji akan membantu daerah-daerah itu tapi aku akan berusaha untuk mewujudkan permintaanmu."

"Terima kasih atas kemurahan hati Anda, Yang Mulia."

"Aku akan sangat senang jika bisa membantu, lalu untuk daerah terpencil di Kerajaan Delton sepertinya Duke tidak perlu khawatir karena Pangeran Barren sedang berusaha memperbaiki daerah-daerah itu."

"Sekali lagi terima kasih Lady, kalau begitu saya permisi karena saya harus melanjutkan perjalanan saya."

"Terima kasih kembali dan jika ada sesuatu yabg bisa kubantu jangan sungkan untuk kirim surat kepadaku."

"Baik Lady."

Setelah kepergian Duke Caldwell dengan cepat Jovan mengisi cangkir tehku yang sudah habis.

"Apa Lady sudah memikirkan rencana untuk permintaan Duke Caldwell tadi?"

"Aku ingin berdiskusi dengan Jeron terlebih dahulu, karena untuk memasuki daerah kekuasaan Raja Junot sangatlah susah."

Ah. Bukankah Jhon dan Radolf ada disana untuk menyelidiki sihir terlarang? Kenapa aku melupakan sesuatu yang penting?!

Mereka datang kesana dengan alasan untuk membangun jalur perdagangan yang telah di tutup selama bertahun-tahun.

Tapi aku sama sekali tidak mendapat kabar apapun dari mereka, apa mereka baik-baik saja? Atau mereka sedang mengalami masalah?

"Jovan, apa ada kabar tentang Jhon dan Radolf?"

"Tidak ada Lady."

Tanpa sengaja aku menggigit bawah bibirku. Aku merasa khawatir dengan keadaan mereka yang tanpa kabar itu.

"Tolong jangan terlaku khawatir dengan kedua Pngeran hebat kita, sebaiknya Lady percaya kepada mereka."

Jovan benar. Seharusnya aku tidak terlalu khawatir dengan mereka, aku yakin mereka akan baik-baik saja.

Saat ini aku harus melakukan sesuatu yang bisa kulakukan untuk membantu mereka.

"Apa Lady akan bertemu Pangeran Jeron?"

"Aku akan pergi setelah menyelesaikan berkas-berkas ini."

Aku melihat Jovan melirik kearah jam dinding dan dia merapihkan kertas-kertas yang ada di mejanya.

"Lady saat ini memiliki jadwal pertemuan dengan para Pangeran."

Aku memutuskan untuk menunda pekerjaanku yang banyak ini.

"Baiklah ayo kita kesana."

Walaupun tidak ada Jimmy, Jhon, Radolf dan Hobert, tetapi rapat seperti ini rutin di lakukan untuk membahas hal-hal penting.

Dari kejauhan aku melihat Ben dan Terry sedang berjaga di luar pintu.

"Lady, para Pangeran sudah menunggu Anda di dalam." kata Ben.

Aku menganggukan kepalaku, lalu Terry membuka pintu ruangan itu.

Seperti biasa aku akan duduk di hadapan Jeron.

"Kau sedikit terlambat." kata Maxen.

"Maaf, tadi Duke Caldwell datang menemuiku."

"Apa ada masalah dengan tugasnya?" tanya Tedh

"Ah tidak, dia hanya menyampaikan permintaannya."

"Permintaan?" tanya Jeron.

"Iya, aku akan menyampaikan di rapat ini."

Untung saja Jovan telah menulis ulang permintaan Duke Caldwell dan rencana yang telah aku buat.

"Lily jelaskan apa yang terjadi." pinta Jeron.

"Duke Caldwell mengajukan sebuah permintaan kepadaku, dia memintaku untuk membantu daerah terpencil Kerajaan Aland yang mengalami krisis ekonomi karena ulah Raja mereka, rakyat disana sangat menderita karena kekurangan makanan dan minuman hingga banyak dari mereka jatuh sakit dan meninggal, aku ingin membantu mereka tetapi sangat sulit bernegosiasi dengan Raja Junot, dia menutup akses kerja sama antar kerajaan sehingga sulit untuk kita menjangkaunya."

Mereka menyimak penjelasanku dengan baik, para Pangeran juga membaca kertas yang sudah di bagikan oleh Jovan.

"Lily, aku baru saja mendapatkan surat dari Kerajaan Aland dan ini merupakan berita yang baik." kata Jeron.

"Bisa kau jelasakan isi dari surat itu?"

"Raja Junot menyerahkan tahtanya kepada anak satu-satunya dan mereka melakukan upacara pengangkatan Raja baru dalam beberapa hari lagi. Kita tidak bisa datang kesana karena istana mereka sedang mengalami kerusakan jadi mereka hanya memberitahu kalau Kerajaan Aland akan mempunyai Raja baru." jelas Jeron.

Mendengar kata 'kerusakan' entah kenapa pikiranku langsung tertuju kepada kedua Pangeran itu.

Aku harap Jhon tidak gegabah dalam mengambil keputusan hingga menghancurkan istana Kerajaan Aland.

"Bukankah dia tidak mempunyai anak? Sungguh tidak masuk akal." kesal Tedh.

Dia benar, setahuku Raja Junot tidak memiliki Ratu dan anak. Lalu siapa yang menjadi Raja saat ini?

"Banyak rumor yang mengatakan dia hidup abadi karena memakan buah yang memiliki kekuatan sihir, buah itu bisa membuat seseorang menjadi abadi jika dimakan secara rutin." kata Maxen.

Abadi? Kalau di pikir-pikir bisa saja rumor itu benar karena aku tidak pernah mendengar nama Raja-Raja Kerajaan Aland selain Raja Junot.

"Sabastian sudah menyelidikinya. Anak yang menggantikan Raja Junot adalah anak haramnya, entah bagaimana itu bisa terjadi tetapi setelah di selidiki lebih dalam anak itu memang memiliki darah Keluarga kerajaan Aland." kata Jeron.

Jika memang Raja Junot telah memberikan tahtanya kepada anak haramnya, mungkin saja aku memiliki kesempatanku untuk membantu daerah-daerah terpencil itu.

Tapi apa yang terjadi hingga Raja Junot menyerahkan kedudukannya kepada anak haramnya.

"Lily apa yang kau lamunkan?" tanya Maxen.

"Tidak ada, aku hanya berpikir kalau saja ada kemungkinan untuk membantu daerah terpencil itu."

"Bagaimana kalau kita mengirim surat kepada Radolf dan Jhon untuk mendiskusikan hal ini kepada Raja yang baru?" tanya Maxen.

"Ide yang bagus, karena mereka disana sebagai perwakilan dari kerajaan kita." jawab Tedh.

Tapi aku melihat Jeron tersenyum kecil hingga membuatku penasaran. Apa yang dia pikirkan?

"Jeron, apa yang kau pikirkan?"

"Entahlah aku mendapat firasat yang bagus dengan Raja baru itu." jawab Jeron.

"Padahal kau belum pernah melihatnya dasar aneh." kata Tedh.

"Ck. Sudahlah jangan bahas Raja baru itu, masih banyak yang harus kita bahas di pertemuan ini." kata Maxen.

"Sabastian kirim surat ke Radolf perihal masalah tadi." perintah Jeron.

"Baik Pangeran." jawab Sabastian.

Seperti biasa dia akan langsung melaksanakan tugas yang di berikan oleh Jeron. Sungguh tangan kanan yang sangat bisa di andalkan.

Bukan hanya sabastian tetapi Ben, Terry, Daniel, Hugo, dan Jovan. Mereka semua sangat bisa di andalkan dalam hal apapun, mereka sangat berbakat dan dapat di percaya.

"Apa kau puas dengan keputusan ini Lily?" tanya Tedh.

"Ya, aku rasa itu lebih baik dan meringankan tugas kita disini."

"Baiklah kita ke pembahasan selanjutnya." kata Jeron.

Setelah itu kita membahas perkembangan militer, perekonomian, hukum dan lain-lain.

***

"Kau tidak bisa menolak keputusan ini karena surat pengangkatan Raja baru telah tersebar ke seluruh kerajaan di dunia ini." kata Hobert.

"Aku tidak pernah berhubungan dengan wanita manapun! Bagaimana mungkin aku bisa memiliki anak!" geram Raja Junot.

"Ck berisik sekali, aku bisa merasakan energi sihirmu di dalam tubuh anak itu. Tidak mungkin dia memilikinya secara alami, apa kau bodoh?!" kesal Penyihir Agung.

"Dan juga wanita yang telah melahirkan anakmu itu sudah meninggal satu tahun yang lalu, jadi kau tidak akan bisa menemuinya." kata Radolf.

"Sebenarnya apa yang kalian lakukan di kerajaanku?! Kalian malah merusaknya dan membuatku turun tahta!" marah Raja Junot.

Penyihir Agung yang sudah habis kesabarannya langsung menghampiri Raja Junot.

"kau tau Junot jika kesabaranku habis, aku akan membuatmu tidak bisa berbicara selamanya." ancaman Penyihir Agung.

Raja Junot langsung terdiam dan menandatangi kertas yang ada di hadapannya dengan begitu anak haramnya sudah resmi menjadi Raja baru di Kerajaan Aland.

"Dimana Jhon?" tanya Hobert.

"Dia sedang bersama Raja baru kerajaan." jawab Radolf.

Di ruangan kerja Raja, Jhon sedang berbicara serius dengan Raja baru dihadapannya ini.

"Ini adalah permintaan kerja sama dari kerajaanku, apa Anda bisa mempertimbangkannya?" tanya Jhon.

Raja di hadapannya masih membaca surat yang ada di tangannya.

"Pertama-tama biarkan aku mengucapkan terima kasih karena telah memperhatikan daerah-daerah terpencil itu, aku sangat bersyukur kalian peduli dengan daerah di kerajaan ini. Walaupun masih menjadi Raja baru tetapi aku akan berusaha mensejahterakan seluruh rakyatku jadi kalian tidak perlu membantu kami karena aku yakin kerajaan ini masih bisa menyelesaikan masalahnya dengan baik." jawabnya.

Jhon terkejut dengan jawaban orang di hadapannya, dia mengira kalau orang ini tidak memiliki wibawa seorang Raja tapi, ternyata dia salah.

Orang di hadapannya ini sangat layak menjadi Raja, sangat terlihat kalau dia begitu memperdulikan rakyatnya.

Terlebih lagi dia memiliki gaya berbicara yang lembut dan juga ramah berbeda sekali dengan Ayahnya itu.

"Ah, aku berkata seperti itu bukan berarti aku tidak menghargai bantuan dari Kerajaan Grissham hanya saja aku tidak ingin mengandalkan kerajaan lain tentang masalah internal ini." katanya.

"Tidak masalah, aku mengerti."

"Untuk perdagangan dan kerja sama antar kedua kerajaan akan aku buka kembali."

"Terima kasih atas perhatian Anda, Yang Mulia Raja Sirius Ainsley."

Lalu seorang kepala pelayan datang ke ruangan tidak lupa dia membungkuk hormat kepada Raja Sirius dan Pangeran Jhon.

"Maaf mengganggu waktu Anda, Yang Mulia. Tapi upacara pengangkatan Raja akan segera dimulai silakan Yang Mulia untuk turun kebawah." kata kepala pelayan.

"Ah baiklah terima kasih, aku akan segara turun." balas Raja Sirius.

Upacara pun dilakukan dengan cepat dan di saksikan oleh para pelayan, ketiga Pangeran dari Kerajaan Grissham, Penyihir agung dan Junot Ainsley.

Junot menyerahkan mahkota kebanggannya kepada Sirius.

"Mulai saat ini dan seterusnya Sirius Ainsley Raja dari Kerajaan Aland, aku percayakan kerajaan ini padamu." kata Junot.

Orang-orang yang ada di aula bertepuk tangan dengan meriah.

"Aku Sirius Ainsley bersumpah akan menjadi Raja yang bijaksana dan adil."

Mendengar sumpah dari Sirius, Penyihir Agung tersenyum kecil.

"Setidaknya dia lebih baik dari pada Ayahnya." gumam Penyihir Agung.

"Sepertinya kita harus segera pulang." kata Radolf.

"Kita harus menjelaskan laporan tentang apa yang kita temukan di kerajaan ini." kata Hobert.

Tanpa mereka sadari Raja Sirius sedang berjalan ke arah mereka.

"Apa kalian akan segera kembali ke Kerajaan Grissham?" tanya Raja Sirus.

"Iya yang mulia. Karena tugas kami disini sudah selesai." jawab Jhon.

"Aku sangat berterima kasih kepada kalian dan aku berharap persabatan antara kedua kerajaan kita semakin baik." kata Raja Sirius.

Saat pertama kali Radolf menemukan Sirius, dia langsung tahu kalau orang ini memang terlahir sebagai seorang Raja.

Bahkan Jhon berkata kalau Sirius adalah seorang yang ahli berpedang hanya dengan melihat tangannya saja Jhon langsung mengetahuinya.

"Jika akan ada kesempatan saya akan berkunjung ke kerajaan kalian." kata Raja Sirius.

"Kami akan menunggu kedatanganmu Yang Mulia." balas Hobert.

Lingkaran sihir terlihat dibawah kaki ketiga Pangeran tetapi Penyihir Agung tidak berada didalam lingkaran sihir itu.

"Aku masih ada urusan yang harus kuselesaikan, setelah selesai aku akan segera pergi ke kerajaan kalian." kata Penyihir Agung.

"Baiklah, ku arap kau tidak menghilang kembali." kata Hobert.

"Sudahlah kalian pulang saja dengan tenang."

Penyihir Agung menjetikan jarinya dan lingkaran sihir menghilang bersamaan dengan ketiga Pangeran.

"Sirius ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu dan Junot."

Sirius menatap bingung kearah Penyihir Agung.

"Ini tentang kelima muridku."

***

Udara dingin menerpa kulit, tetapi tidak sama sekali membuatku berhenti berjalan di taman istana ini.

Langit sudah menjadi gelap dan penerangan hanya mengandalkan sinar bulan.

Aku menghirup sebanyak mungkin udara segar yang berada di taman ini, pikiranku kembali jernih dan perasaanku menjadi lebih tenang.

Sudah hampir setahun aku berada di dunia ini, banyak hal yang tidak terduga terjadi sini dan kedepannya pasti akan banyak hal-hal yang tidak terduga menantiku.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Aku melihat Maxen berjalan ke arahku dengan sinar bulan yang menemaninya dan membuat wajah indahnya itu terlihat sangat jelas.

"Hanya mencari udara segar, apa terjadi sesuatu? Kau terlihat sangat lelah."

"Kau selalu saja khawatir dengan keadaan orang lain, pikirkan keadaanmu terlebih dahulu."

"Aku baik-baik saja Maxen."

"Mungkin bibirmu bisa berbicara seperti itu tapi tidak dengan wajahmu yang terlihat lelah."

"Kau selalu saja pandai membaca keadaanku."

"Tentu saja, karena kau orang yang paling berharga untukku."

Aku dengan cepat menoleh ke arah Maxen yang sedang menatap kearah bulan.

Sebuah senyuman terukir di wajahku, "Terima kasih, kalian semua berharga bagiku."

Tiba-tiba Maxen menarik daguku sehingga wajah kita menjadi sangat dekat.

"Kau harus bertanggung jawab karena sudah menggangu pikiranku setiap malam, jadilah milikku selamanya."

Dia berkata seperti itu sambil menyunggingkan senyumnya.

Apa ini? Kenapa aku tidak menjawab apa-apa?

Tubuhku terasa kaku dan otakku masih mencerna dengan baik kata-mata yang di lontarkan oleh Maxen.

"Apa yang kalian berdua lakukan disini?"

Mendengar sebuah suara Maxen melepaskan tangannya dari daguku, Suara yang tidak asing dan suara yang sudah lama tidak aku dengar.

Ketika aku melihat ternyata benar, itu adalah suara Jhon, tidak hanya Jhon tetapi ada Radolf dan Hobert bersamanya.

"Ck. Kau ini mengganggu saja." kata Maxen.

"Kau seharusnya menyambut kita karena pulang tanpa luka sedikitpun." kesal Jhon.

"Bagaimana kalian bisa sampai dengan cepat?" tanya Maxen.

"Menggunakan sihir Penyihir Agung." jawab Hobert.

Penyihir agung? Mereka benar-benar bertemu dengan Penyihir Agung?

"Jadi kau berhasil menemukannya." kata Maxen.

"Ya begitulah, walaupun lumayan rumit untuk menemukan penyihir itu." balas Hobert.

"Ah iya, Lily kami kembali." kata Radolf sambil tersenyum.

Tanpa sadar air mata sudah membasahi pipiku, "Selamat datang kembali."

Mereka bertiga tersenyum mendengar suaraku yang menyambut mereka pulang.

To be continue...