Jelang sore hari, semua pegawai sudah berkumpul di kedai.
Akan ada rapat penting dalam pembagian tugas masing-masing kelompok pegawai. Rapat di pimpin langsung oleh Tuan Hoon selaku Manager disana.
Tiga puluh menit berlalu, tiba-tiba suara Gayoung menginterupsi.
Meminta ijin pada Tuan Hoon ke toilet.
"Ada apa Nona Young?"
"Maaf tapi boleh Aku ke toilet sebentar?"
Tuan Hoon mengangguk, "Tentu, lima menit, oke!"
Setelah mendapatkan ijin dari Tuan Hoon, Ia segera berlari kecil menuju kamar mandi sebelum waktu yang diberikan habis.
"Mr. Tom, Aku memberimu tugas untuk mengajari anak baru di Kasir dan Pelayan. Ah! Kudengar, Kau juga mahir menjadi seorang Bartender, apa itu benar?"
Pria itu mengangguk mantap, "Tentu Tuan Hoon. Kau bisa mengandalkanku dalam hal ini."
Gayoung masuk setelah obrolan Tuan Hoon dan Tom selesai. Melewatkan rasa ingin tahunya tentang nama pemilik amber itu.
Sungguh sayang sekali!
Kemudian pembahasan kembali berlanjut pada tugas di Dapur. Bagian ini akan dibagi menjadi dua kelompok; Produksi dan Finishing. Dimana masing-masing kelompok memiliki tugas berbeda dan juga memiliki Kepala counter masing-masing.
Untuk pelayan, hanya butuh empat orang saja, sisanya untuk Bar, dua orang.
"Jadi Kita menjadi pelayan?" Bisik Micha pada Hana.
"Menurutmu Kau mau apa? Bartender? Cashier? Cih!! Mimpi saja, Cha !!"
Hampir saja Micha memukul kepala Hana jika Dirinya tak tahu situasi sekarang.
Gadis dengan mulut pedas itu benar-benar membuatnya kesal. Micha hanya bertanya, apanya yang salah?
"Rapat selesai. Kalian boleh pulang dan besok jangan lupa datang sesuai shift Kalian, mengerti?"
••••••
Sesampainya di rumah, Gayoung segera masuk ke dalam kamar mandi, membasuh seluruh tubuhnya dan mungkin akan berendam sebentar dengan air hangat dengan sedikit campuran wewangian strawberry. Sebab tubuhnya terasa sangat lengket dan bau.
Tentu saja!
Sejak pagi Ia tak berhenti untuk melakukan banyak pekerjaan, mulai dari menata barang sampai mengupas bawang, hell!! Bahkan Ia tak pernah memasak di rumah.
Dan ini merupakan pengalaman pertamanya bekerja sebagai seorang pelayan di sebuah Kedai. Sebelumnya, Ia pernah menjadi seorang Beauty Advisor sebuah brand kecantikan ternama di Seoul, namun sayangnya Ia harus berhenti karna suatu alasan.
Selagi tubuhnya berendam serta mata biru sapphirenya terpejam merasakan aroma strawberry yang menenangkan, terlintas bayangan pria itu kembali datang menganggu pikirannya.
BETCHA— Baekhyun EXO🎶
LOVING YOUR STYLE ...
Ia akui, pria itu memang tampan seperti jelmaan Dewa Aprodhite Yunani. Tubuhnya yang tinggi dan atletis, senyumnya manis dan yang lebih membuatnya terpesona yakni mata amber milik pria itu. Sangat unik dan berbeda dari kebanyakan mata orang Asia pada umumnya, termasuk dirinya sendiri. Baginya, mata serigala itulah yang lebih unik dan menarik. Jika warna biru pada matanya sudah cukup umum di Eropa, lain halnya dengan mata amber. Sangat jarang, jika pun ada, hanya beberapa orang yang beruntung memilikinya.
MEORISSOGEN HARU JONGIL NEOINDE ...
Gayoung merutuki dirinya sendiri dalam hati sebab seharian ini yang ada dipikirannya hanya Dia. Pria itu— ah! Sepertinya Gayoung harus mempertanyakan kewarasaannya hari ini.
Pria itu terlalu mempesona.
Membayangkan wajahnya saja membuat pipinya merona.
Pria itu berbeda dari yang lain.
Kepalanya menggeleng pelan berusaha mengusir bayangan wajah tampan pria itu.
"Kumohon, pergi dari pikiranku." Gumamnya entah pada siapa.
EODIILKKA MWOL MEOGEULKKA GUNGGEUMHAE ?
Tapi ...
Sekeras apapun Gayoung mencoba mengusir perasaan ini, tetap saja hatinya gelisah dan terus berkata; Sedang apa pria itu sekarang? Apa yang sedang pria itu lakukan disana?
DAREUN SAENGGAK NORYEOKHAEDO ...
Pipinya terasa basah oleh airmatanya sendiri. Sebab ada sesuatu dalam hatinya memberontak ingin keluar. Tapi Ia menahannya.
Menahan untuk Dirinya sendiri.
Gayoung takut, terjebak oleh sesuatu yang membuatnya sakit pada akhirnya nanti.
Sesuatu yang akan membuatnya menjadi wanita lemah dan Dia ingin mematahkan pikirannya sendiri bahwa Dirinya sudah cukup bahagia atas kesendiriannya selama ini.
"Bahkan Aku tidak tahu siapa namamu?"
••••••
"Mau kemana Cha?"
Micha menoleh ke arah si pemanggil.
Mendapati Gayoung berdiri di belakangnya dengan kain pel serta ember di masing-masing tangannya.
"Membantu kasir. Kau mau ikut?"
Gayoung mengikuti arah telunjuk Micha.
Oh my! Ada pria itu juga? Harusnya tadi biarkan saja Micha pergi sendiri.
Jika di perhatikan lagi, pria bermata amber itu jauh lebih tampan dari kemarin. Dan sepertinya pria itu penggemar warna hitam. Terbukti jika baju dan celana yang dikenakan hari ini warnanya sama seperti kemarin. Meski begitu, sama sekali tak mengurangi kadar ketampanannya.
Rambutnya sehitam jelaga dengan mode hair up itu terlihat semakin menggoda ketika baby hair milik pria itu dibiarkan jatuh diatas dahi lebarnya, sangat seksi menurut Gayoung!
Pletak!!
Jitakan dari Micha membuat Gayoung sadar akan lamunan mesumnya terhadap pria itu.
"Dasar tidak sopan! Aku ini lebih tua darimu bodoh!" Umpatnya sambil mengusap dahinya yang sedikit memerah.
"I'm sorry, tapi ada apa dengan tatapanmu itu? Kau menyukainya, hm?"
Gayoung mendelik tajam, balas memukul tengkuk Micha. Tidak terlalu keras namun cukup membuat gadis itu meringis kesakitan.
Meninggalkan Micha sendiri dibelakang dan berjalan untuk menghampiri pria tersebut.
"Dasar kakak menyebalkan."
Kini Mereka berdua berada di kasir. Membantu Tom menata barang-barang yang berserakan diatas meja.
Seperti biasa, Tom hanya akan bersikap acuh pada siapapun orang baru yang ditemuinya kecuali Tuan Hoon; Manager Kedai.
Melihat situasi hening seperti ini, membuat Micha berinisiatif untuk memulai sebuah basa-basi ringan, "Sunbae, boleh Aku bantu?"
Diam!
Tak ada jawaban apapun yang terdengar dari bibir Tom.
Pria itu justru semakin sibuk dengan komputer di depannya dan benar-benar tidak peduli dengan kehadiran Gayoung dan Micha di sampingnya.
Satu hal yang tak Tom ketahui, bahwa Micha bukanlah gadis yang akan menyerah begitu saja. Pikirnya, Tom tak mendengarnya karna musik yang diputar di dalam kedai cukup keras.
Jadi gadis itu mencobanya sekali lagi. Dan Gayoung hanya menggelengkan kepala atas kelakuan sahabatnya itu.
Suara lembut itu kembali terdengar.
Bahkan lebih lembut dari tadi.
"Sunbae Aku bantu ya?" Nada bicaranya dibuat seimut mungkin, mengundang kernyitan geli dari Gayoung.
'Apa-apaan suaranya itu? Menggelikan sekali!'
Gayoung cemburu tanpa disadari.
Dan berhasil!
Membuat Tom menoleh, ambernya menatap tajam ke arah Micha. Aura tak bersahabat terlihat kentara diwajahnya.
Namun tetap tampan menurut Gayoung, ngomong-ngomong.
"Kerjakan saja dan jangan banyak bicara, bocah!"
Setelah mengatakan itu, Tom kembali melanjutkan pekerjaannya lagi, tak peduli dengan wajah kesal Micha padanya.
Micha dengan segala sikap kekanakannya bukanlah hal yang bagus.
Dan benar saja, gadis itu langsung melemparkan kain yang ada di tangannya dan pergi begitu saja. Persetan jika itu dianggap tidak sopan, tapi siapa peduli. Toh bukan dirinya yang memulai.
Menyisakan Gayoung dan Tom berdua di kasir.
Hanya diam tak mengobrol, terjebak dalam situasi canggung yang membuat Dirinya merasa gugup sendiri.
Inginnya mengajak pria itu bicara namun Gayoung tak memiliki keberanian meski sekedar berkata "Hallo".
Tiga puluh menit berlalu, dan Mereka masih diam. Gayoung benci keadaan ini, jadi untuk mencairkan suasana, Gayoung sedikit berdehem, menstabilkan suaranya agar tak terdengar gugup, kemudian memulai untuk bicara, "Ehem.. Maaf, Aku harus meletakkan ini dimana Sunbae?"
Tom menoleh, menatap datar ke arahnya, baru di detik kelima, Ia menjawabnya.
"Letakkan itu disana." Jemarinya menunjuk ke arah mesin kasir. Gayoung mengangguk paham dan segera meletakkan barang itu disana.
Percakapan selesai, selebihnya hening kembali.
Gayoung bersumpah dalam hati, bahwa pria dihadapannya adalah pria terdingin yang pernah Ia temui.
'Goshh! Kenapa Aku jadi kesal sendiri'
••••••
Semua barang-barang sudah ditata rapi pada tempatnya masing-masing. Pembagian tugas maupun kelompok juga selesai dilakukan.
Hari ini kedai Kaebsong siap untuk dibuka.
Sedang para pegawai shift pagi terlihat berjejer di depan untuk menyambut kedatangan para pelanggan baru disana.
Beberapa dari Mereka adalah kolega Tuan Bosseli; Pemilik Kedai.
"Hello Tom, bagaimana kabarmu, Nak?" Tanya Tuan Boselli.
Banyak orang yang tidak tahu bahwa Tom adalah orang kepercayaan Tuan Boselli sekaligus putra tunggalnya— penerus tahta dari CSW Group.
Tugas Tom bukan hanya melatih secara langsung para pegawai baru yang bernaung dibawah sayap CSW Group, lebih dari itu.
Salah satunya, Ia ditunjuk sebagai Kepala Divisi Pembangunan dari CSW Group yang berpusat di Italia, yang mana perusahaan itu bukan hanya bergerak dalam bidang kuliner saja, melainkan juga properti, batu bara, fashion bahkan entertain. Pasar utamanya di Eropa, bukan Asia.
Lalu untuk apa kedai Kaebsong di didirikan? Simpel! Mendiang Ibu Tom adalah asli keturunan Korea Selatan, meski bertahun-tahun tinggal di daratan Eropa, tak membuatnya lupa akan segala hal dari negara Ginseng tersebut. Maka dari itu, Tom meminta langsung pada sang Ayah untuk membangun sebuah kedai yang nantinya akan Tom jadikan tempat Ia kembali ke Korea saat rindu dengan mendiang sang Ibu.
Namun itu semua hanya Tom dan Tuan Boselli yang tahu, para pegawai disini termasuk Tuan Hoon hanya mengetahui fakta bahwa Bos Mereka adalah seorang pengusaha kaya yang telah lama menduda dan tidak memiliki seorang anak, itu saja.
"Aku baik, Tuan. Anda ingin minum sesuatu?"
Tuan Boselli tersenyum lembut menatap sayang ke arah Tom, "Sudah Kukatakan berhenti memanggilku dengan sebutan itu, Tom."
"Maaf Dadd, tapi Kupikir Kita sedang bekerja, jadi—" Kekehan kecil terdengar dari bibir pria setengah abad itu. Ia tahu bahwa putranya yang sekaligus merangkap menjadi orang kepercayaannya itu tak akan pernah mau jika diminta memanggilnya Daddy saat sedang bekerja.
"Baiklah, Nak. Aku minta maaf. Lanjutkan pekerjaanmu. Aku masih ada urusan lain." Tuan Boselli pergi setelah mendapatkan panggilan telepon dari salah satu rekan bisnisnya.
Kedai sedang ramai. Pelanggan berdatangan keluar-masuk hingga malam tiba, barulah pukul 8 suasana sedikit lengah, hanya ada beberapa pelanggan sedang duduk menikmati iringan musik ballad milik John Legend- All Of Me🎶
What would I do without your smart mouth?
Disana, Gayoung duduk termenung seorang diri. Menikmati sedikit waktu luang yang Ia punya. Tanpa bersuara, tanpa candaan, tanpa seorang teman.
Drawing me in, and you kicking me out
Ingatannya terus berputar tentang kejadian kemarin. Tentang dinginnya sifat pria itu. Membuatnya merasa gelisah dan takut.
Gelisah sebab adanya gelenyar aneh yang Ia rasakan saat dekat dengan pria tersebut.
Dan perasaan takut akan munculnya sesuatu yang sudah lama Ia tutup rapat dan tak membiarkan siapapun untuk menempatinya kembali terbuka karenanya.
You've got my head spinning, no kidding, I can't pin you down
Jika saja waktu bisa diputar ulang, Gayoung tak ingin melanjutkan ini semua. Gayoung ingin pergi dan mundur di hari pertamanya bekerja, namun sepertinya Tuhan tidak mengijinkan Ia melakukan itu dan membiarkannya tetap bertahan.
What's going on in that beautiful mind
Empat tahun!
Ya, waktu yang sangat lama untuk Gayoung menutup rapat hatinya untuk Dirinya sendiri, tak membiarkan siapapun masuk apalagi menyentuhnya. Tidak akan pernah!
I'm on your magical mystery ride
Namun tidak sejak hari itu, saat mata birunya tak sengaja bertemu dengan mata serigala milik Tom. Ada sebuah perasaan lain yang Ia rasakan, perasaan yang Gayoung tahu akan membuatnya menjadi wanita lemah dan rapuh.
Tapi sekali lagi ...
Pria itu berbeda!
Bukan seperti kebanyakan pria yang mengejarnya. Yang suka memberikan bualan palsu yang terdengar menjijikkan ditelinganya. Bukan juga pria yang suka mengemis untuk mendapatkan sebuah balasan cinta darinya kemudian pergi setelah merasa bosan.
Apa ini cinta? Entahlah!
Gayoung tidak tahu. Baginya, ini terlalu awal untuk menafsirkan rasa ini ke dalam sebuah kata cinta.
••••••
Pukul 22.00, tiba saatnya bagi pegawai middle shift untuk pulang, termasuk Gayoung.
Ia segera berkemas, mengambil jaket serta tasnya di dalam loker. Tak lupa juga Dirinya berpamitan pada Seniornya yang sedang duduk santai, ada Tom juga.
Sangat disayangkan, bahwa Tom tak satu shift dengannya. Ia menatap sendu ke arah Tom yang masih betah menatap layar ponselnya. Berharap pria itu meliriknya meski hanya sebentar.
'Shit! Kenapa dadaku terasa sesak?' Jeritnya dalam hati.
Tak sadar, tangannya meremas kuat ujung jaketnya.
Sekali lagi ...
Dipandangnya wajah Tom yang masih sibuk memainkan ponselnya. Hatinya menjerit, berharap pria itu akan berbasa-basi dengan mengucapkan kata 'Selamat malam'- mungkin?
"Kau mau pulang?"
Gayoung mengangguk pelan.
Itu Max yang bertanya, salah satu seniornya juga sahabat dekatnya Tom.
Kemudian berjalan melewati Max dengan wajah menunduk lesu.
Kenapa Dirinya jadi sangat sensitif sekali hari ini?
Sesampainya di rumah, Ia rebahkan tubuhnya sebentar di atas kasur. Menatap ke arah langit-langit kamar. Jemari lentiknya terangkat ke udara, menggambar sebuah pola abstrak seolah menuliskan sesuatu disana.
Akhir-akhir ini, pikirannya dipenuhi oleh pria bermata amber itu. Padahal, ini baru hari ketiga bekerja namun drama percintaan yang tak pernah Ia inginkan datang dan mengacaukan hatinya. Maunya berhenti tapi hatinya menolak untuk melakukannya.
Bagaimana jika Ia merindukan pria itu?
Tidak mendapatkan shift yang sama saja membuatnya kesal dan sedih, apalagi jika Ia tak melihat pria itu sama sekali?
Untuk pertama kalinya setelah empat tahun, Gayoung mengakui bahwa sedikitnya ada rasa suka terhadap pria itu
Garis bawahi, hanya suka tak lebih!
••••••
L Noona❤