Gayoung tidak tahu kenapa Cindy mendadak untuk tukar shift dengannya hari ini. Yang jelas, Cindy memintanya untuk masuk di jam 7 pagi, gadis itu mengatakan akan pergi ke rumah sakit, hanya itu.
Dengan mata yang masih mengantuk, Ia berjalan menuruni anak tangga. Di meja makan sana, sudah ada Eomma dan adik laki-lakinya- Soobin.
"Selamat pagi semua." Sapanya.
Ia mengambil roti dengan selai strawberry favoritnya serta meminum segelas susu coklat dengan sekali teguk.
Soobin menatap horor pada sang kakak, "Yakk! Kau ini seperti kuli bangunan saja Noona!"
"Shut up! Aku sedang malas berdebat denganmu, anak kecil. Eomma, Aku pulang sore jadi tak perlu menunggu. Bye!"
Setelah berpamitan, Ia segera bergegas pergi. Tak butuh waktu lama, hanya lima menit saja sebab jarak kedai dengan rumahnya cukup dekat.
Di depan meja Bar, para senior yang berjaga di shit malam sedang berkumpul. Mereka bersiap-siap untuk kembali ke flat.
"Selamat pagi Gayoung." Sapa salah satu dari Mereka. Sedang yang lain menonyor kepala Max hingga membuat lelaki tinggi itu hampir tersungkur ke depan.
"Selamat pagi Max Sunbae"
Awalnya, Max ingin menghampiri Gayoung namun Ia berhenti setelah mendengar suara bass milik seseorang yang berdiri tepat dibelakang si cantik bermata biru.
Gayoung kenal betul pemilik suara ini. Seketika bulu sekitaran tengkuknya meremang sebab tahu-tahu, pria itu— Tom, sudah berdiri di sampingnya.
"Ayo pergi. Aku sudah selesai." Amber Tom melirik sekilas ke arah Gayoung
Dan reflek Gayoung menoleh ke samping, matanya terbelalak saat amber itu tak sengaja bertabrakan dengan mata birunya— lagi.
"S-sunbae..."
Mereka saling menatap dalam diam. Max yang melihat itu langsung menarik tengkuk Tom untuk segera Ia bawa pergi.
Karna Max menyukai Gayoung. Ia tak suka jika miliknya ditatap sedalam itu oleh pria lain, bahkan dengan Tom sekalipun.
°°°°
"EONNIE!!!" Micha berteriak seperti orang sinting saat melihat Gayoung dan Hana berjalan ke arahnya, membuat para pengunjung yang ada disana menatap aneh ke arah Mereka.
"Jangan berteriak, bodoh! Kau membuat semua orang terkejut." Protes Gayoung.
Micha hanya nyengir kuda, sama sekali tidak tersinggung dengan kata-kata Gayoung. Dan Hana yang berada di belakang gadis pemilik eyes smile itu langsung mencubit kecil pinggang rampingnya.
"Maaf tapi Aku merindukanmu." Ia mempoutkan bibirnya seperti anak kecil. Jika begini, Micha terlihat begitu menggemaskan.
"Aigo, lihatlah bayi besar Kita, Han"
Mereka bertiga berpelukan. Menyalurkan sebuah kerinduan masing-masing. Sebab shift Mereka berbeda.
"Emm, Aku akan ke Bar mengambil minum, Kalian mau juga?"
Hana dan Micha mengangguk cepat.
Saat Gayoung akan menuangkan soda ke dalam gelas, ponselnya berbunyi. Disana id pemanggil bertuliskan nama "Cindy". Ia segera menekan tombol jawab pada layar ponselnya.
"Halo, G! Maafkan Aku, tapi bisakah Kau menggantikan shiftku sampai nanti malam? Aku mohon"
Suara diseberang sana terdengar frustasi.
"Apa yang terjadi Cind?"
"Aku harus menjaga Ibuku di rumah sakit malam ini. Jadi tolong gantikan Aku ya? Aku mohon"
Gayoung menghela nafasnya. Sebenarnya Ia juga lelah tapi Cindy butuh bantuannya. Jadi Ia mengiyakan permintaannya.
"Oh G ... Kau sangat baik. Terimakasih banyak. Lain kali jika Kau butuh bantuanku, Aku siap membantu. Aku harus pergi, bye~"
Panggilan diakhiri sepihak oleh Cindy. Dan Gayoung tak mempermasalahkan itu.
Jadi Ia melanjutkan acara mari menuangkan soda ke dalam gelasnya lagi.
°°°°
Dua minggu berlalu, memasuki minggu kedua di bulan Maret, kedai nampak sepi. Tidak seramai di awal pembukaan. Membuat beberapa Senior memilih untuk pulang ke tempat asal Mereka— Italia, pada akhir bulan ini. Salah satunya adalah Max dan John.
Keduanya berasal dari Kanada namun sama-sama merantau ke Italia.
Selagi Kedai sepi, Mereka manfaatkan untuk mengobrol bersama, ada juga yang sibuk dengan ponselnya bahkan tertidur di pojok kursi yang tak terpakai. Mereka benar-benar menikmati waktu luang dengan baik.
"Hey!"
Tom dan Gayoung menoleh bersama ke arah si pemanggil karna posisi duduk Mereka cukup berdekatan.
Memancing yang disana untuk tertawa. Dan yang paling keras adalah tawa Max
"Berhenti tertawa bodoh!"
Tom memukul lengan Max, namun pria itu hanya semakin mengencangkan suara tawanya. Tak peduli dengan rona merah yang terlihat di wajah si cantik Gayoung.
Wanita itu tersipu malu.
"Maafkan Aku, Nona Young. Tapi maksudku ingin memanggilnya." Mata Minjun melirik ke arah Tom.
Gayoung tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit.
Cantik, pikir Minjun. Dan melupakan eksistensi Max yang masih duduk disebelahnya.
Melihat itu, Max dengan cepat menyikut perut Minjun hingga pria itu melotot karna terkejut.
"Berhenti menatapnya atau Ku colok matamu, brengsek!"
Minjn bergidik ngeri mendengar ancaman Max yang terlihat tak main-main. Pria berdarah Kanada-Korea itu sangat menyeramkan jika sedang cemburu.
"Chill, dude! Bukan maksudku, oke? Anyway, ayo pergi! Kepala Koki Han memintamu untuk menemaniku pergi membeli ikan di pasar"
"Oke! Tapi Kau yang menyetir Tuan Jun." Tom berjalan santai melewati Gayoung dan juniornya yang lain tanpa melepas pandangannya dari benda persegi itu. Membuat Gayoung harus menahan rasa kesalnya setengah mati.
Tak tahukah Tom bahwa Gayoung sangat ingin disapa olehnya meski hanya lewat senyuman saja? Atau pria itu tipikal orang yang tidak peka?
Dan kenapa juga bukan Tom yang menyukainya? Kenapa harus Max? Lalu kenapa juga Ia jadi berharap?
Sebenarnya apa yang sedang Tuhan rencanakan untuk kisah cintanya kali ini?
Entahlah! Gayoung sendiri tidak tahu.
°°°°
"Aku ingin tanya sesuatu?"
Minjun berucap sembari matanya terus memandang ke arah sekitar, mencari penjual ikan laut segar.
"Shit! Perhatikan jalanmu, Bung. Kau membuatku malu saja!" Tom mendengus kesal.
"Kau sensitif sekali Mr. Tom."
Minjun menyeringai, "Kenapa hm? Apa karna Nona bermata biru itu?" Lagi-lagi, Minjun menggodanya seperti seorang gadis.
Mengundang decihan remeh dari Tom.
"Tidak!" Jawabnya singkat.
"Alasan saja! Oh astaga! Bahkan warna mata Kalian juga sama." Minjun langsung membekap mulutnya sendiri. Sedikit berteriak seperti seorang gadis tujuh belas tahun. Baru menyadari kesamaan yang Ia sebutkan tadi.
"Kau buta warna ya? Warna mataku amber dan Dia biru. Kita berbeda, oke? Jadi hentikan tawa idiotmu itu."
Tom berjalan lebih dulu meninggalkan Minjun yang masih tertawa dibelakangnya. Di sisi lain, diam-diam Tom mulai memikirkan si mungil bermata biru. Mengingat wajah manisnya membuat segaris tipis di bibirnya membentuk sebuah lengkungan kecil— Tom tersenyum.
Untuk pertama kalinya, pria itu tersenyum karna gadis lain.
Sesampainya di kedai, Ia langsung memberikan bungkusan kantong berisi ikan-ikan segar pada Kepala Koki Han, yang nantinya akan dimasak untuk makan malam nanti.
Udara panas di bulan Maret membuatnya ingin meminum sesuatu yang segar sebagai pelepas dahaga.
Dengan cepat, kaki jenjangnya Ia bawa untuk menuju Bar. Ada John sebagai Bartender Captain disana. Maka tak heran jika Ia berada di Bar, terlihat sedang meracik sebuah minuman.
"Kau ingin minum?"
Tom mengangguk. Samar-samar telinga lebarnya menangkap suara tawa dari dalam Bar. Itu— terdengar seperti suara tawa seorang wanita.
"Oh maaf! Ada Gayoung dan Hana di dalam. Jangan salah paham, Kau tahu? Aku dan Max akan segera kembali ke Italia, jadi Tuan Hoon memintaku untuk mengajarinya disini." Jelasnya.
Tom mengedikkan bahu, tak peduli dengan itu semua. Yang Ia inginkan hanya satu, membuat minuman untuk melepaskan rasa hausnya sejak tadi.
Jadi Ia tetap melangkah masuk ke dalam, mengabaikan eksistensi Gayoung dan Hana disana. Tak ada sapaan hangat darinya.
Tom tak suka basa-basi dengan orang asing.
Melihat kehadiran Tom di Bar membuat jantung Gayoung berdebar. Kakinya terasa lemas seperti jelly. Ia berusaha keras agar tetap terlihat dingin di depan Tom.
'Masa bodoh jika setelah ini Kau menganggapku wanita ketus'
"Mengambil es, huh?" Tanya Gayoung.
Demi Tuhan! Jarak Mereka sangat dekat. Bahkan Gayoung dapat mencium aroma mint yang kuat dari tubuh Tom. Aroma yang memabukkan juga maskulin.
Seketika membuat wajah Gayoung memerah panas. Cepat-cepat Ia membuang muka saat Tom balas menatapnya.
"Sudah 'kan?"
"Ya Nona Young. Maaf telah menganggumu." Balas Tom.
Setelah itu Tom pergi dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.
"Jadi benar gosip itu, Eonnie?" Hana menatap curiga ke arah Gayoung yang tak berkedip memandang ke arah Tom pergi.
"Benar apanya? Dan gosip apa?"
"Kau menyukainya."
Gayoung tertawa kaku, berusaha untuk menutupinya.
"Haha! Tentu saja t-tidak!"
Jawaban gugup Gayoung membuat Hana semakin yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh sahabatnya itu.
"Jangan bohong Eonnie! Kau bahkan tidak berkedip sama sekali saat menatapnya tadi dan apa-apaan dengan wajahmu itu? Kenapa memerah seperti kepiting rebus?"
Skakmatt!
Gayoung diam tak berkutik. Merasa tertangkap basah seperti seorang pencuri ketika Hana mencecarnya dengan semua pertanyaan itu
"Kau berhutang cerita padaku Kim Gayoung!"
••••••
L Noona❤