"Oppa ayo Kita menjadi dekat sebagai kakak-beradik"
••••••
Baik Max maupun Gayoung sama-sama diamnya. Kalimat terakhir yang Ia ucapkan menjadi penyebab kebisuan Max padanya.
Wanita itu menggigit bibir bawahnya sendiri, sesekali manik birunya melirik ke arah Max yang duduk disampingnya.
Tawa hambar terdengar begitu jelas ditelinga si cantik. Ia menoleh ke arah Max sebentar kemudian beralih menatap ke arah bunga-bunga anggrek yang ada didepannya.
"Aku menyukaimu." Sepenggal kalimat yang keluar dari bibir Max.
Gayoung sangat tahu perasaan pria itu padanya.
Ia masih terus menunggu kalimat selanjutnya yang akan diucapkan Max padanya. Menjadi pendengar yang baik bagi Max sebelum pria itu pergi meninggalkan Korea besok lusa.
"Kau tahu.. Aku bukan hanya menyukaimu tapi Aku juga mencintaimu." Matanya beralih menatap ke arah Gayoung. Ia bawa jemari lentik itu untuk digenggam. Menatap lekat ke manik biru sapphire si cantik. Dan merekam dengan baik semua pahatan sempurna yang telah Tuhan ciptakan pada diri Gayoung. Ia akan menyimpannya sebagai kenangan yang tak pernah bisa Ia miliki.
"Oppa, jangan seperti ini. Kumohon.."
Si cantik berusaha melepaskan genggaman erat Max namun alih-alih melepas, Max justru menariknya ke dalam sebuah pelukan hangat.
Tubuh mungil itu masuk ke dalam dekapannya. Ia usap lembut rambut sebahu si cantik. Aroma vanilla yang manis menguar dari tubuh Gayoung. Perlahan, mata Max mulai terpejam. Segala yang ada didalam diri Gayoung ingin Ia kenang sebaik mungkin. Entah sampai kapan— Max tidak tahu. Hanya saja, biarkan seperti ini untuk sebentar.
Dan Gayoung mengalah, wanita hanya diam saja saat Max memeluknya.
Baginya, Max seperti sosok kakak lelaki yang tak pernah Ia miliki. Ia menyukai segala perhatian dan kasih sayang pria itu padanya. Namun, Max salah paham, menganggap lebih hubungan yang terjalin diantara Mereka selama ini.
"Maaf ..." Gumamnya lirih, tapi Max masih mendengarnya dengan baik.
Pelukan Mereka terlepas, Max mengernyit tak suka. Ia tak marah pada Gayoung, hanya saja perasaan kecewalah yang mendominasi hatinya saat ini.
"Jangan meminta maaf, Youngie. Cinta tidak pernah salah. Kau tahu itu."
Airmata si cantik luruh begitu saja. Gayoung tak sampai hati melihat wajah sendu milik Max— pria yang berkali-kali menyatakan perasaan cintanya.
"Hey, it's okay! I'm okay."
Gayoung menggeleng. Pria yang ada dihadapannya itu berbohong. Ia sedang tidak baik-baik saja. Gayoung tahu itu.
"Berjanjilah Kau akan selalu bahagia setelah ini, Oppa." Ia memeluk Max lagi. Menenggelamkan wajah mungilnya di dada bidang milik pria itu. Dan Max dengan senang hati merentangkan kedua tangannya untuk mendekap tubuh si cantik.
"Kalimat itu juga berlaku untukmu, my lil' bunny."
Max terkekeh melihat wajah cantik itu basah karna airmatanya sendiri. Lantas Ia merogoh sebuah saputangan disaku hoodienya, lalu Ia hapus lelehan airmata Gayoung dengan penuh sayang.
Max tak suka melihat wanita itu menangis. Ia benci itu, sangat.
"Kejar cintamu, Kau tahu? Tom bukan pria sedingin itu."
Mata biru sapphire itu melebar, siapa yang memberitahu Max tentang ini? Apa Hana yang memberitahunya? Atau jangan-jangan ...
Max yang melihat ekspresi Gayoung yang terkejut hanya terkekeh geli, sangat menggemaskan, pikirnya begitu.
Manik sapphire itu terlihat bergerak kesana-kemari. Menatap ke segala arah asal bukan mata Max.
"Itu— darimana Oppa tahu? Aku tidak!" Tanpa disadari, suaranya meninggi diakhir ucapannya.
Max tersenyum, kembali mengusap sisa airmata dipipi Gayoung, "Kau iya! Matamu sudah memberikan jawabannya, Sayang. Aku harap, Kau segera memberitahu Tom tentang perasaanmu ini. Ia sama sepertiku. Tugasnya hanya membantu para junior disini, setelah selesai Ia akan kembali ke Italia dan menetap disana. Jadi, katakan sejujurnya tentang perasaanmu atau Kau akan menyesal."
Dalam hati, Gayoung membenarkan ucapan Max. Pria itu sungguh berhati besar. Meski telah ditolak, tetap saja memberikan semangat untuk mendukung hubungannya dengan Tom.
"Ayo Kuantar pulang, ini sudah larut malam"
Mereka berjalan bergandengan layaknya sepasang kekasih dimabuk cinta. Meski kenyataannya tidak seperti itu.
••••••
Sabtu pagi menjadi hari menyedihkan untuk semua orang, terutama Gayoung. Sebab pagi ini, Max dan John akan berangkat ke Italia. Pesawat Mereka akan lepas landas pada pukul 9 nanti.
Gayoung, Hana dan yang lain berada di bandara Incheon, Mereka mengantar keberangkatan Max dan John sampai disini.
"Hey Youngie, ada apa?" Max melihat mata biru itu berkaca-kaca.
"Hug me, Oppa." Gayoung tak dapat menyembunyikan kesedihannya. Ia mendekat ketika Max merentangkan kedua tangannya.
"Kemari, gadisku"
Samar-samar, suara sesenggukan dari balik pelukan itu terdengar. Gayoung menangis.
"It's okay, Kau bisa mengirimi Oppa pesan jika rindu."
Max mengusap lembut surai hitam Gayoung. Berusaha menenangkannya. Sedang yang lain, Mereka hanya saling menatap. Berpikir bahwa keduanya sudah resmi sebagai pasangan kekasih.
"Cih, dasar tukang pamer." John menatap geli ke arah Max yang sedang memeluk Gayoung.
"Cih, dasar tukang iri." Balas Minjun tak kalah sinisnya.
John mendengus kesal. Ia bukan menyindir Minjun, jadi untuk apa pria gila itu marah?
"Sebaiknya Kalian diam." Tom datang menengahi. Membawakan dua kopi panas untuk Mereka.
Sedang ambernya menatap ke arah Gayoung dan Max yang masih berpelukan dengan perasaan yang sulit Ia jelaskan.
"Aku pergi, Sayang. Hubungi Oppa jika terjadi sesuatu. Kau adikku mulai sekarang."
Dan untuk pertama kalinya, sebuah kecupan sayang di dahi Gayoung dapatkan dari Max. Pria itu tersenyum dan kemudian melambaikan tangannya sebagai salam perpisahan.
Max dan John pergi menuju pesawat yang akan mengantarnya ke Italia.
Setelah kepergian Mereka, semua yang mengantar kembali ke flat. Kedai di tutup satu hari penuh. Khusus hari ini saja.
Sementara yang lain kembali ke flat, tidak dengan Gayoung. Ia memilih tinggal didalam Bar. Duduk diam seorang diri disana. Hingga suara deritan pintu membuatnya terlonjak kaget.
Pria itu?
Tom berdiri disana. Berjalan ke arah Gayoung dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Pria itu terlihat dewasa dan tampan dengan setelan kemeja putih serta celana bahan berwarna coklat muda, jangan lupakan mode hair up yang menjadi gaya andalannya.
Gayoung merasakan debaran jantungnya kembali terasa, semakin kencang saat Tom duduk disampingnya.
"Sedang apa Kau disini?"
Kegugupan Gayoung meredup kala mendengar pertanyaan aneh dari Tom.
Sedang apa katanya?
Ia mendengus kesal, "Menurutmu?"
Gayoung sedang tak ingin beradu mulut dengan siapapun, termasuk pria yang ada disampingnya. Lalu Ia beranjak pergi tanpa mengucapkan apapun lagi.
Tom yang merasa diabaikan dengan cepat mencekal lengan ranting Gayoung hingga wanita cantik itu terhuyung ke belakang, membuat tubuhnya berbalik menghadap ke arah Tom.
Manik biru saphirenya melotot ke arah amber Tom. Keduanya masih betah dengan posisi berpelukan ala drama Korea.
Shit! Tubuhnya menegang. Jantungnya berdebar hebat. Gayoung harus cepat pergi.
Dalam jarak sedekat ini, dapat Ia rasakan hembusan nafas milik Tom. Harum mint menyapa hidung mancungnya. Pria ini selalu wangi, pikirnya begitu.
Hingga di detik ke lima belas, Mereka baru menyadari posisi yang tak lazim ini.
"M-maafkan Aku Sunbae. Aku tidak sengaja." Ucapnya terbata-bata. Merasa bodoh dan malu.
Seseorang, siapapun itu.. Tolong bawa Gayoung pergi dari sini.
Wajah wanita itu merona dan Tom menyadari kegugupannya.
"Harusnya Aku yang minta maaf. Kau baik-baik saja, 'kan?"
Tom memastikan bahwa wanita didepannya ini baik-baik saja. Tak terluka sedikit pun. Entah atas dorongan apa, tangan besar milik Tom terangkat untuk memegang kedua pipi gembil itu.
'Lembut sekali.' batinnya.
Reflek Gayoung mundur ke belakang, membuat sentuhan tangan Tom terlepas dari pipinya.
"Apa yang Kau lakukan?" Bentak Gayoung.
Tom tersenyum kaku, mengumpat dalam hati atas sikap lancangnya, "Maafkan Aku. Tapi Kupikir Kita harus mengenal satu sama lain karna Kau adalah patnerku mulai sekarang, Nona Young." Ia menyesal telah melakukan hal memalukan seperti tadi. Dan Tom hilang kendali. Wanita ini— Ia merasa terhipnotis oleh mata biru sapphirenya.
Tom tak suka melihat sikap dingin Gayoung padanya sementara dengan yang lain, wanita itu terlihat baik-baik saja dan ramah.
Apa Tom menyukai wanita itu?
Ia tidak tahu. Tidak ada yang tahu dengan hati seseorang nantinya.
Ia bahkan tidak berpikir sampai kesana. Hanya satu yang mengganjal pikirannya..
Sikap Gayoung padanya? Apa yang salah dari Dirinya? Kenapa Gayoung mengacuhkannya?
"Bukankah Kau dan Aku sudah saling mengenal? Kau tahu Aku dan sebaliknya begitu Sunbae! Lalu apalagi yang Kau mau?" Jelasnya. Berusaha memasang wajah antagonis untuk menutupi kegugupannya.
"Kau tahu bukan itu maksudku, Nona Young?"
"Lalu?"
"Baiklah. Kau— Kenapa Kau begitu dingin padaku sementara dengan yang lain tidak?" Sudah habis kesabaran Tom pada wanita itu. Sekarang Ia harus meluruskan semuanya. Ia tak suka diabaikan, hanya itu.
"Aku?" Gayoung menunjuk dirinya sendiri. Kemudian tertawa hambar, "Haha.. Aku tidak!"
"Kau YA! Kau bahkan mengacuhkan Aku. Kau ramah pada semua orang sedang denganku tidak! Jadi katakan? Apa Kau membenciku? Tapi kenapa?"
Mendengar rentetan pertanyaan dari Tom, membuat Gayoung gelagapan sendiri. Manik biru sapphirenya menatap ke segala arah asal bukan ke amber milik Tom.
"Kenapa Kau diam? Jawab Nona Young?"
Pria itu semakin mendesaknya. Pelipis si cantik sudah basah sejak tadi sebab pikirannya terus memikirkan kalimat yang harus Ia ucapkan agar pria itu berhenti mencecarnya dengan pertanyaan konyolnya.
"Astaga, Aku ada janji dengan Eommaku untuk pulang cepat. Maafkan Aku tapi Aku harus pergi."
Sebelum kaki mungilnya berhasil melangkah keluar, tangan Tom lebih dulu menahannya untuk tetap diam.
"Kau pikir, Kau bisa lari begitu saja? Jawab Aku atau Kau akan menyesal?" Ancamnya penuh peringatan.
'Ya Tuhan, apa yang harus Aku lakukan'
••••••
L Noona❤