Chereads / Adore You / Chapter 47 - Chapter 47

Chapter 47 - Chapter 47

Bel istirahat SMA Vla telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Audi menghentikan aktivitasnya lalu berjalan keluar kelas. Ia sangat rindu kepada Kenzie, ia juga rindu semua yang ada pada diri Kenzie. Andai saja kisah cinta mereka mulus tanpa adanya batu penghalang besar seperti ini.

"Kok ngelamun? Gue kira lo udah ke kantin duluan," ucap Alex sembari menatap Audi yang sedang duduk di depan kelas.

"Gue kangen Kenzie," jawab Audi pelan.

Alex tersenyum paksa. Kalimat itu berhasil menusuk ke dalam hatinya. Alex hanya bisa tersenyum saja, ia tidak bisa melakukan lebih dari itu.

"Ke kantin yuk?" ajak Audi.

"Eh? Kuy ajalah," jawab Alex lalu melangkahkan kakinya.

Audi berjalan menuju kantin yang sudah ramai dengan siswa maupun siswi. Ia memilih bangku dekat dengan Kenzie dan teman-temannya. Namun anehnya, bangku itu masih terlihat kosong. Audi menatap sekitarnya, tidak ada tanda-tanda Kenzie dan teman-temannya.

"Lo lagi cari siapa?" tanya Alex heran.

"Kenzie. Biasanya dia disini sama teman-temannya, tapi kok sekarang nggak ada ya. Apa mungkin dia izin nggak masuk sekolah?"

Lagi-lagi Alex hanya diam. Ia sudah muak dengan nama Kenzie yang selalu terucap dari mulut Audi. Apakah tidak bisa namanya saja yang selalu diingat dan diucapkan oleh Audi?

"Kok bengong sih?" tanya Audi sembari menyenggol lengan Alex pelan.

"Eh, nggak kok. Cuma tadi ada pikiran lewat aja, sekalian dipikirin."

Tak lama dari percakapan itu, Jeff dan Rafy berjalan menuju bangku yang ada di sebelah Audi. Tapi mereka tidak bersama Kenzie. Audi langsung berjalan menuju arah Jeff dan Rafy.

"Kenzie mana?" tanya Audi to the point.

Jeff dan Rafy saling pandang satu sama lain. Mereka seperti kebingungan harus menjawab apa.

"Em, nggak tau," jawab Jeff.

"Gue juga nggak tau. Dia nggak ngabarin sama sekali hari ini. Memangnya kenapa? Lo ada perlu sama dia?" tanya Rafy dengan menatap kedua mata Audi.

"Nggak, gue cuma cari dia aja. Makasih ya informasinya," jawab Audi lalu pergi.

Audi kembali duduk di depan Alex. Pikirannya memikirkan sesuatu tentang Kenzie, ia sangat khawatir saat ini. Audi berharap, semoga dimanapun Kenzie berada dia selalu diberikan kesehatan.

"Kenzie lagi?"

Audi mengangguk.

"Lo kenapa over sama dia? Padahal kan Kenzie udah nyakitin lo berkali-kali. Nggak capek?" tanya Alex sembari menyeruput minuman yang ada di tangannya.

Entah mengapa, ucapan Alex tadi membuat hati Audi sakit. Kini ia menatap Alex dalam-dalam. Matanya menatap dengan tajam. Audi tidak menyangka jika Alex tega mengucapkan itu padanya, ia langsung melangkahkan kakinya pergi.

"Audi! Tunggu!" ucap Alex dengan sedikit berteriak.

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Audi masih enggan berbicara dengan Alex, ia masih sangat sakit hati dengan ucapan itu.

"Lo kenapa sih? Gue ada salah sama lo? Jangan diemin gue kayak gini," ucap Alex dengan nada khawatir.

Audi masih terus diam dan melangkahkan kakinya menuju parkiran sekolah. Alex berlari menyusul langkah kaki Audi, lalu memegang tangannya agar langkah Audi terhenti.

"Jangan pegang-pegang gue!" bentak Audi.

"Oke, gue minta maaf. Tapi apa kesalahan gue?" tanya Alex dengan nada bingung.

Audi berdecak. "Lo nggak tahu kesalahan lo? Dasar laki-laki nggak peka!" ucap Audi lalu pergi menjauh dari Alex.

Alex menendang botol yang ada di depannya. Ia tidak tahu apa yang terjadi dengan Audi. Mengapa semuanya menjadi seperti ini?

Audi berjalan menuju halte bus yang terletak tak jauh dari sekolahnya. Ia menunggu bus yang datang. Audi menangis dalam diam, hatinya sangat sakit dan hancur berkeping-keping. Tangan Audi menyeka air mata yang turun dengan deras melewati pipinya.

****

Hari ini adalah hari minggu. Audi sedang duduk di kursi taman rumahnya sembari membaca novel. Ia sedang ingin merefreshingkan pikirannya dari kejadian kemarin bersama Alex.

"Masih belum maafin gue?" tanya Alex.

Audi kembali diam, ia tidak ingin menanggapi semua ucapan yang keluar dari mulut Alex.

"Apa salah gue? Bilang sama gue. Jangan kayak gini, gue nggak bisa diginiin terus," ucap Alex dengan nada memohon.

"Lo nggak sadar juga? Ucapan lo kemarin itu secara nggak langsung nyakitin hati gue. Kenapa lo bilang Kenzie selalu nyakitin gue? Gue malah ngerasa bahagia kalau ada Kenzie disisi gue!" jawab Audi dengan suara keras lalu masuk ke dalam rumah.

Alex menatap Audi yang mulai menjauh. "Kenapa lo nggak sadar juga sih? Apa kebesaran cinta lo itu menutupi keburukan Kenzie? Gue sayang sama lo dan gue ingin membuat lo bahagia," gumam Alex.

Audi duduk di kasur empuk miliknya. Pikirannya terus memikirkan Kenzie dan Alex. Mengapa di dalam hidupnya sangat rumit seperti ini? Entahlah, Audi hanya bisa diam dan pasrah.

Pintu kamar Audi terbuka secara perlahan. Lina masuk ke dalam kamar Audi sembari membawa sebuah makanan sarapan.

"Kok ngelamun terus, sih?" tanya Lina. "Nih, dimakan dulu," sambungnya.

"Nggak lapar kak. Taruh disitu aja."

"Jangan gitu, kesehatan kamu juga perlu dijaga loh. Kalau ada masalah, cerita sama aku aja nggak apa-apa kok. Barangkali aku bisa bantu," ucap Lina dengan tersenyum manis.

"Aku bingung kak, males banget berhadapan sama cowok-cowok nggak jelas itu. Kenapa di hidup ini selalu ada pilihan sih?"

Lina tersenyum menatap Audi. "Kalau nggak ada pilihan, enak banget dong hidupnya mulus-mulus aja. Kalau saran dari aku sih, kamu pilih sesuai yang ada di dalam hati kamu aja."

Audi terdiam, ia mencerna semua ucapan yang keluar dari mulut Lina. Disisi lain, ia sangat mencintai Kenzie. Disisi lain juga ia sangat nyaman jika berada di dekat Alex. Bagaimana ini? Apa yang harus dilakukan?

Kenzie sedang berada di rumahnya. Ia menatap sekitar dengan pandangan kosong. Dadanya sesak seperti ingin marah namun tidak bisa. Kini dihadapannya sudah ada Aura dan orang tuanya serta orang tua Kenzie.

"Bagaimana kelanjutan hububgan kalian?" tanya papa Aura dengan menatap Kenzie dan Aura secara bergantian.

Kenzie hanya diam. Ia tidak ingin menjawab apapun tentang hal konyol ini.

"Kok kamu diam aja sih, sayang? Lagi bad mood ya? Mau jalan-jalan sama aku?" tawar Aura sembari tersenyum manis.

Kenzie mengalihkan pandangannya. "Maaf om dan tante, sepertinya saya tidak bisa melanjutkan hubungan saya dengan Aura," ucap Kenzie.

"Kamu ngomong apa sih, Kenzie? Jangan main-main," sahut mama Kenzie dengan suara yang agak tinggi.

"Memangnya kamu tidak cinta dengan Aura?"

Kenzie menggeleng.

"Saya sudah memiliki satu gadis yang saya cintai, dan itu bukan Aura," ucap Kenzie dengan mantap.

Aura menatap kepergian Kenzie. Tangannya mengepal kuat. Ia tidak akan membiarkan ini selesai bagitu saja. Ia akan melakukan hal lain yang lebih sadis daripada kemarin. Ya, Aura akan mempergunakan Audi untuk bisa memeluk Kenzie lagi.