°
°
°
Alena menertawai ekspresi yang Yasmin keluarkan saat di kantin pagi tadi, ia terus-terusan mengingat rona pipi wanita itu yang memerah karena tamparan yang Alena layangkan. Alena menjatuhkan dirinya di atas sebuah sofa yang ada di balkon kamarnya. Ia duduk dan menarik nafasnya dalam secara berulang kali, lalu ia meraih secangkir kopi yang sebelumnya telah Bi Ina siapkan untuknya. Ia menyesap kopi itu hingga isinya hanya tinggal setengah cangkir lagi. Setelah itu ia kembali menaruh kopi itu di atas meja kecil yang ada di dekatnya.
"Menghina wanita seperti itu memang dapat memuaskan hati." ujar Alena sembari tertawa kecil lagi.