°
°
°
Alena duduk di sebuah kursi yang terletak di sebelah ranjang rumah sakit di ruangan inap Cecil. Ia terus memperhatikan wajah Cecil yang memucat dengan kain perban yang melilit di kepala wanita itu. Tak ada raut kesedihan ataupun yang semacamnya, ia hanya benar-benar memperhatikan wajah Cecil terutama bagian kedua bola mata wanita itu hingga tak lama kemudian kedua bola mata tersebut mulai bergerak dan akhirnya terbuka secara perlahan. Bi Ina langsung mendekat ke arah Cecil ketika ia melihat wanita itu sudah sadarkan diri.
"Nyonya..." panggil Bi Ina yang terdengar masih panik dengan keadaan Cecil meskipun wanita itu telah ditangani oleh pihak medis.
"Bi...jangan terlalu berisik." ujar Alena mengingatkan Bi Ina.
"Ma- maaf Non, Bibi masih khawatir sama keadaan Nyonya...maaf Non."
"Ya, gapapa Bi."