Chereads / Psychopathic Love / Chapter 28 - Alex dan Ibunya Aditya

Chapter 28 - Alex dan Ibunya Aditya

°

°

°

Masih di rumah megah milik keluarga Arga, Alena duduk di samping mayat Arga yang sudah terbungkus kantung mayat. Ia menatap nanar kantung mayat itu dengan perasaan bersalahnya.

"Ga, makasih udah jadi teman baik gue beberapa tahun belakang ini." ucap Alena pelan.

"Ini tanda terima kasih gue buat lo, membiarkan lo mati tanpa rasa tersiksa kek keluarga lo yang lain." Alena menyandarkan punggungnya pada pintu mobil dan menghela nafasnya panjang.

"Gue usahain, lo pergi dengan cara yang sepantasnya. Gue usahain."

°°°

Jam tangan Alena menunjukkan pukul 05.31 am, dan sudah waktunya untuk mereka memindahkan semua orang yang ada di rumah itu. Sekitar 20 menit yang lalu, sudah terparkir sekitar 6 mobil hitam di halaman rumah keluarga Arga. Semua mobil itu berguna untuk mengangkut tubuh dari orang-orang itu kemudian akan dibawa ke sebuah rumah…rumah kayu yang dahulu pernah Riana tunjukkan pada Alena.

Sesampainya mereka di rumah kayu, mereka langsung memindahkan semua orang itu ke dalam sebuah ruang bawah tanah, ya semua orang kecuali Arga. Laki-laki itu sudah meninggal dan akan dikubur secara layak oleh Alena dan juga Riana. Sedangkan yang lainnya…ah sudahlah, nasib buruk kini akan terus menanti mereka.

"Satu mobil akan mengikutimu, sebagai antisipasi jika ada orang yang akan mencelakaimu kelak. Bakar atau kuburkan mayat Arga, itu keputusanmu. Jika perlu sesuatu, pakai saja uang yang ada di mobil, di tempat biasa, ingat?." Riana berujar tanpa menoleh ke arah Alena.

"Ingat, Eomma." jawab Alena yang kemudian meninggalkan Eomma-nya itu.

Sepeninggalan Alena, Riana terus mengikat seluruh anggota keluarga itu. Ia juga memeriksa detak jantung mereka dengan cara menempelkan kepalanya di dada tiap anggota keluarga itu, dan saat Riana merasakan detak jantung mereka untuk yang pertama kalinya ia langsung bertepuk tangan histeris seperti anak kecil yang baru mendapatkan sebuah mainan idamannya.

Seluruh anggota keluarga itu, yang bersama Riana, masih utuh dengan nyawa mereka…yaa alias mereka semua masih hidup. Dan mereka kini akan 'hidup' atas keinginan Riana. Riana mengikat mereka satu persatu pada bantal guling usang yang ia tumpuk beberapa bulan lalu. Setelah selesai mengikat seluruh anggota keluarga itu Riana mendekati sudut ruangan, yang dimana di sana terdapat banyak jerigen minyak yang terisi penuh. Riana pun mengangkat dua jerigen 5 liter, kemudian dibawanya mendekati Putra dan istrinya. Ia menaruh satu jerigen itu dan membuka satu jerigen lainnya kemudian…

BYURRR

Ia langsung menumpahkan isi dari jerigen itu, 5 liter minyak…bensin. Ia tumpahkan seluruh isinya ke tubuh Istrinya Putra. Wanita itu, sudah terlalu lemas untuk sekedar berteriak menyuarakan keperihan akan terkenanya minyak itu di bagian luka-lukanya, ia hanya bisa memejamkan matanya sekuat tenaga dan terus berusaha untuk membungkam mulutnya…seperti yang lain.

Setelah isi jerigen itu habis, Riana meraih satu jerigen lainnya kemudian kembali menumpahkan seluruh isinya ke tubuh Putra, namun berbeda dengan istrinya…Putra yang masih pingsan bisa sedikit terselamatkan dari rasa perih itu, alhasil ia tetap terlelap…entah apa yang telah Riana lakukan padanya hingga ia benar-benar pingsan bahkan untuk sadarkan diri karena minyak itu mengenainya saja ia tidak bisa.

Masih dengan jerigen-jerigen di sudut ruangan itu. Riana kembali mendekati sudut dan kembali membawa dua jerigen 5 liter dan menumpahkannya kepada mereka semua satu persatu hingga…tak ada lagi jerigen yang tersisa.

Di sisi lain, Alex melirik jam dinding dan juga hpnya secara bergantian. Ia sibuk memikirkan alasan Aditya yang tidak jadi pergi keluar negeri dan malah menempat di Kalimantan saat ini. Dan saat ia pikirkan lagi ia baru teringat akan pertengkaran kecil yang ia sempat dengar beberapa bulan lalu…pertengkaran yang sedikit mengejutkan bagi Alex.

Jika biasanya Ayahnya Aditya mengatakan kata 'luar negeri' maka yang dimaksudnya adalah Amerika, Inggris ataupun Korea, tapi entah kenapa luar negeri yang saat itu ia dengar hanyalah sebuah kata dengan makna konotasi, yang artinya kata 'luar negeri' itu hanyalah kiasan.

"BODOH! KENAPA GUE GA KASIH TAU KAK ADITYA KALAU MAKNANYA KONOTASI!." geram Alex pada dirinya sendiri.

Alex pun segera duduk kembali dan menyandarkan pungggungnya pada dinding kamarnya dan meluruskan kakinya di atas kasur tidurnya. Ia mencari sebuah kontak pada log panggilannya, dan saat ia menemukan kontak itu ia langsung menelponnya. TAPI…

"Nomor yang anda kunjungi sedang tidak aktif."

"Kenapa hpnya ga aktif? Tumben banget. Apa…dia ga kenapa-napa, kan di sana?."

Ia mencoba sekali lagi, ia kembali menelpon nomor Aditya berharap laki-laki itu mengaktifkan hpnya secara tiba-tiba. Namun, tetap saja yang terdengar hanyalah suara operator yang mengulang kembali kalimatnya tadi. Karena kesal, ia pun turut mematikan hpnya dan melemparnya di atas kemudian ia beralih masuk ke dalam kamar mandi, mencuci mukanya, menggosok giginya kemudian keluar dan kembali ke kamarnya. Ia berdiri di depan sebuah kaca besar dan mengolesi rambutnya dengan hair gel. Setelah itu ia meraih jaketnya dan mengambil kunci mogenya.

Sekitar 20 menit kemudian, Alex memarkirkan motornya di halaman rumah Aditya. Kedatangannya di rumah itu juga disambut dengan baik, apalagi Ibunya Aditya, melihat sahabat sedari kecil anak semata wayangnya itu membuat wajahnya berseri. Dengan menggunakan kursi rodanya, Ibunya Aditya mendekati Alex, mengelus-elus lengan laki-laki manis itu dan mengajaknya duduk.

Mendapatkan perlakuan semanis itu membuat Alex tersenyum, ia pun mengiyakan ajakan Ibunya Aditya.

"Ayo Bu, biar Alex saja yang dorong kursi rodanya." ujar Alex dengan lembut.

"Ibu bisa sendiri, Nak." jawab Ibunya Aditya yang tak dihiraukan Alex.

Siapapun tahu jika Alex sudah mengatakan A dia akan tetap dengan perkataannya itu, termasuk kali ini. Tanpa mendengar apapun ia langsung berdiri di belakang Ibunya Aditya, menggenggam sepasang pegangan pada kursi roda itu dan mendorongnya dengan pelan mendekati sofa.

"Mana Kak Aditya, Bu?," tanya Alex yang hanya berpura-pura tidak mengetahui kepergian Aditya.

"Udah ga kelihatan lagi, kek ditelan bumi. Dia sakit, Bu?." lanjutnya sembari menjatuhkan dirinya di sofa.

"Aditya…dia ke luar Negri, Nak Alex." terpancar senyum yang dipaksakan di wajah Ibunya Aditya, dan Alex pun menerka jika…Ibunya Aditya tidak tau bahwa anaknya tidak pergi ke luar negeri melainkan ke Kalimantan.

"Oh…ke luar Negri." ulang Alex sedikit menekan nadanya ketika matanya melihat Ayahnya Aditya berjalan di lantai atas sembari memegang beberapa dokumen.

"Itu sudah keputusannya, Nak. Ibu sendiri tidak bisa mengubah keputusannya, kamu sendiri pasti paham bagaimana Aditya. Sungguh Ibu menyesal membawanya kembali ke dalam dekapan Ibu dulu, Ibu merasa dihantui perasaan bersalah. Andai saja Aditya tetap bersama Ibu asuhnya dulu, dia mungkin tidak akan mengetahui permasalahan antara aku dan Ayahnya, dan setidaknya dia tidak akan berselisih paham hingga membenci ayahnya." dan akhirnya Ibunya Aditya meneteskan air matanya, ia memalingkan wajahnya karena malu telah menangis di hadapan Alex.

"Aditya pasti membenciku juga, Nak Alex. Aku gagal menjadi seorang Ibu yang baik." ucapnya sebelum tangisannya menjadi isakan yang kian menyesakkan.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Assalamualaikum.

Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam.

Happy reading

Instagram : @meisy_sari

@halustoryid

Maafkan bila terdapat typo🙏🏻

Tinggalkan saran kalian❤