Ketiganya membisu selama turun dari kantor Moonlight dengan lift menuju mobil dinas milik Junhyuk terparkir. Suho sengaja tak bicara, ia ingin mengamati sikap Junhyuk terhadap Hanna yang belakangan membuat ia banyak berpikir. Sebab setelah terlibat dengan Hanna, Junhyuk kerap kali terlihat kacau.
Pria itu masih berdiri angkuh menatap ke depan, seakan tidak peduli pada asissten barunya yang berdiri di belakang mereka. Tapi dia menatap Hanna dari pantulan di dinding lift yang metalik, meski distorsi, namun masih bisa jelas terlihat bagaimana ekspresi Hanna sekarang, dan gerak-geriknya, membuat Junhyuk tak bisa melepas matanya dari pantulan itu.
Hanna, berulang kali menarik-narik bagian basah pada kemejanya agar tak menempel, dan juga agar cepat kering, karena bisa membuatnya masuk angin seperti yang di khawatirkan Suho tadi. Bercak basah biasanya akan merembet ke bagian yang kering hingga basahnya akan semakin lebar, dan itulah yang terjadi pada kemejanya sekarang.
TING
Lift terbuka, dua pria di depan Hanna melangkah cepat menuju mobil SUV yang terparkir rapi disana, Hanna sedikit kewalahan mengikuti langkah besar mereka yang tampak terburu, sebab ini juga merupakan pengalaman pertamanya menjadi asissten pribadi seorang artis, ia sama sekali masih buta soal hal ini. Apa yang harus ia lakukan, dia tidak tahu, tak ada SOP atau wejangan yang di berikan padanya, soal job desk yang harus ia lakukan untuk Junhyuk.
BRUK
Hanna tak sengaja menabrak punggung Junhyuk karena lelaki itu tiba-tiba berjalan lambat, dan belum sempat Hanna mengatur langkahnya, ia sudah berdiri sangat dekat dengan punggung yang menjulang gagah tersebut. Suho sampai berhenti melangkah dan mengerutkan alis, menoleh pada mereka di belakangnya, apa yang sedang di lakukan Junhyuk sekarang, membingungkannya.
"Kau tidak punya mata ya?! Hah?! Kenapa ceroboh sekali sih!" sentak Junhyuk tanpa sengaja, membuat Hanna sedikit tersentak. Pria itu jadi sedikit merasa bersalah karena suaranya terlalu keras, sebenarnya ia memperlambat langkah karena sadar Hanna jadi harus berlari dengan kaki pendeknya itu untuk menyamai langkah mereka.
"Ma-maaf, anda tiba-tiba berjalan lambat, saya ... tidak sempat--"
"Sudahlah, lupakan saja!" potong Junhyuk, ia langsung melengos dan berjalan menuju mobil, dengan langkah lambat tentu saja. Tapi, kelakuannya membuat Hanna kesal karena merasa lelaki itu tidak sopan. Ia menghela lemas, merasa mulai saat ini hari-harinya akan menjadi neraka. Hanna tak sadar sedikit pun bagaimana niat Junhyuk sebenarnya, sebab pada dasarnya mereka juga baru saja saling kenal dan dengan kesan pertama yang buruk sekali.
Setelah masuk ke dalam mobil, Suho melajukan mobilnya dengan cepat namun tidak ugal-ugalan, pria itu memang sangat pandai menyetir hingga Junhyuk bisa mudah tertidur saat di perjalanan dan takkan terganggu. Hanna duduk di kursi penumpang sebelah Suho, dan Junhyuk di kursi belakang, menyandarkan kepalanya dengan bantal leher yang sudah terpasang apik.
Siapa pun yang melihat, pasti tahu kalau Hanna itu sangat canggung saat ini dari posisi duduknya dan bagaimana dia melihat ke segala arah dengan tak nyaman. Kemejanya yang basah juga ikut berperan membuat dirinya lebih merasa tak nyaman, berulang kali Hanna mengibas-ngibas kemejanya agar cepat kering.
Junhyuk memperhatikan gerak-gerik Hanna yang canggung sejak tadi, dan bagaimana ia terlihat risih dengan bajunya yang masih setengah basah.
"Hyung, kita mampir dulu ke outlet pakaian sebentar, aku perlu beberapa cadangan atasan untuk syuting. Masih sempat kan?" tanya Junhyuk tiba-tiba.
"Ya, masih ... apa pakaianmu belum selesai di laundry?" tanya Suho setelah menilik jam tangannya sebentar.
"Ya, begitulah ... mereka belum mengantarnya." sahut Junhyuk yang kini sudah duduk menyandarkan kepalanya dan memejamkan mata.
"Baiklah," tutup Suho, ia melaju sedikit cepat menuju outlet pakaian langganan Junhyuk, ia sangat suka pakaian di tempat ini meski hanya merk lokal, untuk pakaian ber-merk seperti G*ucci, D&G, H&M, dan lainnya yang sering di gunakan Junhyuk di depan publik, hanya bertujuan sebagai branding image dirinya sebagai superstar.
Tak perlu waktu lama, mereka sampai juga. Outlet pakaian brand lokal bernama ORACLE ini memang cukup terkenal sebenarnya di kalangan anak muda Korea, Hanna tak menyangka Junhyuk juga suka kesini. Beberapa kali Hanna membeli pakaian di toko ini bersama Sohee, sampai sang pemilik menawarkan Sohee menjadi fitting modelnya hingga sekarang.
Ketiganya turun bersamaan dari mobil, Junhyuk tentu saja pakai masker dan topi untuk menutupi identitasnya agar tak mudah dikenali, meski nyatanya itu percuma sebab sudah banyak orang yang muai melirik ke arah toko yang mereka masuki, bahkan ada yang terang-terangan menatap dan mengambil gambar tanpa izin. Membuat Hanna sedikit risih.
"Pergi ke dalam!" titah Junhyuk sembari mendorong punggung Hanna pelan, dan sentuhan ringan itu sukses memberi perasaan hangat yang aneh di ujung jarinya, Junhyuk sedikit mengepal tangannya agar sensasi itu segera lenyap, setelah ini sepertinya dia harus hati-hati untuk tak menyentuh Hanna. Bisa gila dia.
Hanna menurut meski bingung, masuk ke dalam mana yang dimaksud oleh Junhyuk, sepengetahuan dia, tak ada ruangan lain selain studio untuk pemotretan di dalam sini. Itupun ia tahu karena beberapa kali menemani Sohee bekerja.
Pada akhirnya ia hanya mengikuti langkah Junhyuk yang memutuskan berjalan di depannya, takut kalau-kalau mereka bersentuhan lagi. Dan betappa Hanna ternganga karena ternyata ada ruangan VIP yang berada di balik dinding kaca toko ini, disini lah ia sekarang, bersama Junhyuk dan Suho serta seorang pramuniaga yang sepertinya sudah terbiasa melayani Junhyuk ketika belanja disini karena pramuniaga itu terlihat tenang saja seperti melayani orang biasa.
Hanna celingukan menoleh ke kanan-kiri, sedikit takjub karena interior nya bagus dan nyaman sekali, pantas saja Junhyuk suka belanja disini.
"Coba ini!" tiba-tiba Junhyuk menempelkan sebuah kemeja outer panjang yang sepaket dengan kaus putih polos, tergabung dalam satu hanger. Hanna refleks memegangi hanger yang mendadak di tempelkan Junhyuk di depannya sambil menatap bingung pada pria itu.
"Tunggu apa lagi? Cepat coba itu, aku tak mau asisstenku harus izin karena kena flu di awal-awal dia bekerja! Merepotkan." pria itu melengos, mengambil beberapa pakaian untuknya sendiri. Suho tersenyum tipis, ia mulai bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi pada artis asuhannya itu.
Hanna masih terbengong di tempatnya, berpikir ulang apakan indra pendengarannya benar, bahwa Junhyuk menyuruhnya membeli pakaian? Ah, dia tak punya uang saat ini. Sial, batinnya merutuk. Kalau tahu begini, lebih baik ia kembali ke asrama dan ganti baju, maka ia tak perlu mengeluarkan uang untuk membeli baju baru yang tak benar-benar ia perlukan sekarang.
"Mari saya bantu Soonnim*, fitting room ada disebelah sana," tegur ramah pramuniaga yang setia menunggu tadi. Hanna hanya bisa mengangguk dan senyum terpaksa pada wanita muda itu.
Mau tidak mau, Hanna masuk ke dalam bilik fitting room untuk memakai pakaian yang dipilih Junhyuk untuknya.
Tunggu,
Pakaian ... yang dipilih Junhyuk? Untuknya? Hanna meremang, seolah ini adalah pertanda buruk. Tapi kalau sampai dirinya menolak, maka akan lebih buruk lagi. Pria itu akan ngamuk dan memakannya hidup-hidup!
Ah, Sudahlah! Pakai saja! Persetan dengan harganya, ia akan membeli makanan super market saja nanti untuk makan malam agar hemat.
Tak lama, Hanna melangkah keluar fitting room dengan pakaian baru tadi tanpa melepas labelnya tentu saja. Junhyuk sudah duduk di sofa tengah ruangan itu, menghadap fitting room bersama Suho, mendadak udara terasa dingin bagi Hanna sebab ia sedang di tatap dua makhluk paling tampan yang pernah ia temui. Hanna, gugup.
Junhyuk menatapnya dari atas sampai kebawah, lalu mengangguk ringan dan berdiri mendekat pada wanita itu, ia meraih sesuatu di bekalang tengkuk Hanna, membuat wajah mereka jadi lebih dekat, Hanna bisa mencium harum parfume Junhyuk yang manly sekali dari jarak sedekat ini.
TASH
Junhyuk, menarik label di bagian kerah belakang kaos dan kemeja yang Hanna kenakan, membuat gadis itu kaget dan menangis dalam hati, ia tadinya berharap Junhyuk akan mengatakan bahwa pakaian ini tak cocok dengannya hingga dia punya alasan untuk tidak membeli pakaian tersebut, tapi harapan hanya tinggal harapan, Hanna terpaksa membayar pakaian ini dan benar-benar harus mencekik perutnya untuk makan malam nanti.
"Begini lebih baik!" sinis Junhyuk menatap Hanna, memang sih, Hanna akui bahwa pakaian ini lebih bagus dari pada kemejanya yang basah itu.
Pria itu kemudian memberikan kartu pembayarannya pada pramuniaga yang dengan setia menunggu, orang itu kemudian undur diri untuk memproses pembayaran item yang Junhyuk beli termasuk pakaian Hanna saat ini.
Hanna mengerjap bingung, tapi kemudian dia bersuara, "Maaf, nanti akan saya ganti uang untuk membeli pakaian ini," ujar Hanna sedikit ragu. Entah kenapa aura superior Junhyuk itu menekannya hingga sulit bicara.
"Lupakan! Aku tak se-miskin itu untuk meminta uang gantinya padamu. Anggap saja ucapan selamat karena sudah bergabung di tim-ku." sahut Junhyuk cuek.
"Aah ... terimakasih banyak ...." ucap Hanna membungkuk, ia tak tahu harus merespon seperti apa.
Matanya seakan melihat Junhyuk tiba-tiba bersinar dan punya dua sayap putih seperti malaikat saat mengatakan kalau ia membelikan baju itu untuk Hanna tadi.
Tunggu,
Junhyuk - membelikan - baju - itu, untuk - Hanna?!
Oh! Mimpi buruk apa ini? Apa yang akan terjadi pada Hanna setelah ini? Kenapa juga tiba-tiba Junhyuk membelikannya baju, lebih baik dia mengantar Hanna ke asramanya untuk ganti baju daripada menghabiskan uangnya dan membeli yang baru!
Akh! Bisa gila aku! pekik Hanna dalam hati