__________________
Tepat pukul 3 sore sudah, dua manusia berbeda gender itu masih asyik mengobrol di sepanjang lantai Mall. Saling menggenggam es krim di salah satu tangan mereka sembari diadu dengan tawa renyah.
"Mas, makasih yaa...haha" ucap Dira dengan pipi bersemu.
Alis Angkasa tertaut. "Makasih buat hari ini nemenin di Mall. Kesana kesini ketawa bareng. Main bareng. Juga udah beliin es krim..hehe.." lanjut Dira.
'Gila! Imut banget sih dia.' Ujar Angkasa dalam hati sambil mengepalkan tangannya sendiri berusaha menahan diri ingin mencubit kedua pipi Nadira yang masih bersemu merah.
"Mas? Kok berhenti? Kenapa? Kok diem aja?" Tanya Dira bingung karena ia tidak sadar bahwa Angkasa berhenti berjalan dan sedikit tertinggal di belakangnya.
Angkasa yang tersentak kaget pun langsung maju dan meneruskan langkah mereka.
"Kenapa? Mas ada yang kelupaan?" Tanya Dira lagi.
Angkasa menggeleng sambil tersenyum.
"Dari tadi yang ngoceh mulu kayaknya Dira doang deh. Mas Asa mah cuman dikit nge gombal doang gak banyak bicara lainnya. Tapi cukup ngehibur sih..hehe.." ujar Dira lagi.
Angkasa hanya menanggapinya dengan tersenyum sembari menjilat es krim conenya yang mulai mencair sedikit.
"Ih cuman senyum.." protes Dira dengan cemberut.
"Iya iyaa.. maaf ya aku tipenya gak banyak omong Raa.. ngerti kan?"
Mendengar itu Nadira lantas mengangguk paham. "Eh ini langitnya kok udah agak kemerahan ya mas? Jam berapa emang? Hape aku lowbat nih.." tanya Dira sehabis memandang suasana langit dari kaca jendela luas dalam Mall.
Angkasa melihat arlojinya yang setia ia pakai selalu. "Cepet banget Ra.. udah jam 3 lewat 15 menit nih.. sama kamu tiba-tiba udah sore aja yaa.." ujar Angkasa seperti puas dengan sang waktu.
Kedua mata Nadira membelalak hingga ia refleks melepas gigitannya pada es krim dan berakhir belepotan di sudut bibirnya. "APA??! Gawat! Duh aku ninggalin Mama di butik sedari siang tadi masa.. aku harus cepet balik nih mas.. soalnya tadi pamitnya cuman ke toko buku eehh malah nyasar sama mas Asa sampe sore lagi.." gerutu Dira panik dan mempercepat langkahnya.
Namun Angkasa lebih cepat menahan pergelangan tangan Nadira, sehingga gadis itu menghentikan langkahnya.
"Duh apa mas? Aku buru-buru nih.. Mama pasti udah nung--"
Dira terkesiap. Sebuah sapu tangan berwarna putih mendarat di sudut bibirnya. Menyapu pelan noda-noda es krim disana. Dan seolah sang waktu lagi-lagi seperti kehilangan kendalinya di antara mereka berdua.
"Udah kerjanya makan es krim aja masih belepotan. Cerewetnya yang di duluin. Lain kali, bawa kaca kecil gih. Kayak cewek-cewek kebanyakan yang beberapa kali selalu priksa mukanya dulu sebelum pergi. Masa tangannya juga belepotan gak kerasa.." gerutu Angkasa sambil meraih tangan kanan Nadira yang ikut terkena cairan es krim coklatnya.
Dira terdiam, lidahnya kelu untuk bicara, detak jantungnya berdetak melewati irama normal. Ludahnya terasa sulit untuk ditelan, rona merah di pipinya pun tidak bisa ia cegah sudah merambat begitu saja. Dengan cepat Nadira menarik tangannya dari Angkasa dengan gugup yang luar biasa hebatnya.
"Ah maaf mas maaf. Maafin ya jadi ngotorin sapu tangannya lagi deh.. hehe.. abisnya aku baru keinget aku ninggalin Mama di butik. Jam segini butik mau tutup nih.." ujar Dira dengan menyembunyikan seribu kegugupannya.
Angkasa yang tahu gadis dihadapannya gugup hanya menahan senyumnya geli. "Iya gapapa tapi jangan buru-buru juga.. yuk aku temenin kesananya, sekalian bantu bilang kalau kamu tadi kesasar di Mall sama aku..haha.."
"Hah? Mas Asa mau ketemu sama Mama?" Tanya Nadira yang agak terkesiap.
Angkasa terkekeh. "Memangnya kenapa? Kan nggak lucu dong kamu balik sendirian setelah lama ninggalin butik. Dikira kayak orang hilang kamu nanti..hahaha."
"Emm bukan gitu.. anu aku sering itu.. emm-"
"Apa?" tanya Angkasa cepat.
Muka Nadira sudah tidak bisa dikondisikan lagi. Pipinya makin merona saja karena tersipu malu.
Angkasa melipat kedua tangannya di depan dada sambil berdehem. "Hayoo apaa?" ujarnya sambil menaikkan salah satu alisnya. Menunjukkan wajah ingin tahu kepada Nadira.
Dira menggaruk tengkuknya yang tak gatal, lalu tersenyum. "Hehe aku banyak ceritain tentang Mas Asa ke Mama.. gapapa kan?" cicitnya mengakui apa yang membuatnya malu.
Angkasa terkekeh lagi. "Astaga ternyata itu.. hmm gimana yaa jadi aku anter gak ya kamu ke butik.. ataua naik taksi aja?" goda Angkasa.
Nadira yang menunjukkan wajah cemberut itu pun menganggukkan kepalanya pelan. "Iya udah kalo gitu temenin cegat taksi.." ujarnya kemudian berbalik badan hendak melanjutkan langkahnya untuk turun ke lantai satu Mall itu.
Dengan cepat Angkasa meraih lengan Nadira dan menghentikan gadis itu untuk pergi.
"Gitu aja ngambek.. iya, aku antar ke butik Mama kamu.. sekalian aku pengen sapa beliau juga sebentar."
Mendengar itu Nadira dengan cepat mengubah raut mukanya yang cemberut menjadi sangat sumringah. Kemudian ia yang ganti menarik Angkasa untuk cepat berjalan menyamai langkahnya.
_____
"Mbak? Mama saya masih di dalem nggak? Kok mobilnya nggak ada ya?" Tanya Nadira pada salah satu pegawai butik milik Mamanya.
"Oh ibu ada di dalam ruang kerja mbak. Silakan masuk saja, tadi mobilnya dipindahkan ke zona parkir di sebelah biar tidak mengganggu pengunjung.." jawab pegawai perempuan itu ramah.
"Oh gitu oke makasih ya mbak.."
"Iyaa.. silakan masuk mbak Dira.."
Dira mengangguk dan menggandeng tangan Angkasa untuk masuk lebih dalam. Mengetuk pintu ruang kerja Mamanya dan seteleh terdengar ijin untuk masuk, mereka berdua masuk dan saling menyalami tangan Meisya.
Meisya yang bingung dengan dahi berkerut tanda menyimpan banyak sekali pertanyaan itu hanya mampu melihat Angkasa dengan rasa penasaran.
Nadira terkekeh dibuatnya, "Maa.. maafin Dira yaa udah lama banget ninggalin Mama disini. Malah kelamaan deh.. oh ini Dira sedari tadi gak kemana-mana kok. Dira ya di Mall aja, sama mas Angkasa. Kenalin Maa.. dia Mas Angkasa.."
"Assalamu'alaikum tante.. saya Angkasa Putra. Teman Nadira di kantor." Ucap Angkasa sopan.
Meisya mengangguk. "Oh nak Angkasa itu yang ini.. jadi.... sedari tadi kamu nyulik anak saya ya di Mall?" Tanya Meisya dengan tampang mengejek.
Nadira memutar bola matanya malas.
"Ah maaf ya tante.. kita berdua sampai lupa waktu. Tadi kita asyik di arena permainan, maaf sekali lagi membuat tante bingung nunggu anaknya kembali.." ujar Angkasa sangat sopan.
Meisya menggeleng dengan senyumnya. "Nggak apa-apa tante paham kok. Masa muda kan yaa?"
Lalu keduanya hanya melempar senyum malu pada Meisya.
"Angkasa lapar nggak? Yuk makan bareng disini biar tante orderin makanan.." tawar Meisya.
Angkasa yang sudah duduk di sofa ruangan itu menoleh. "Ah nggak usah repot-repot tante. Saya masih kenyang.."
"Iya Maa.. tadi kita banyak ngemil di Mall.." sahut Nadira.
"Dira jarang loh bawa seorang laki-laki langsung, walaupun ia diantar pulang sama siapa gitu.. kamu paling sering dibicarin sama Dira di rumah. Tante penasaran kamu orangnya seperti apa.." ujar Meisya lembut.
Angkasa mengangguk sopan. "Wah ternyata saya banyak dibicarin sama Dira yah.. pantesan tante waktu saya makan sering kegigit gitu lidah saya."
Meisya terkekeh mendengar candaan Angkasa itu. "Oh iya ini udah sore, tante mau pulang dan siapin makanan di rumah. Nak Angkasa mau ikut makan malam?"
"Ah.. mungkin lain kali tante.. ibu saya juga sudah menunggu di rumah. Saya pamit langsung saja ya.." Pamit Angkasa.
"Loh kok cepet banget sih.. ya sudah kalau ibu kamu nunggu di rumah. Hati-hati ya di jalan.. makasih sudah antar Nadira kemari dan memperkenalkan diri.." ucap Meisya senang.
"Iya tante.. sama-sama.." Angkasa meraih tangan Meisya untuk disalaminya.
"Emm.. hati-hati ya mas bawa motornya. No kebut-kebutan oke..hehe.." ujar Dira riang.
"Ah iya Diraa.. ya sudah ya.. sampai jumpa besok.." ucap Angkasa saat tangannya sudah membuka pintu untuk keluar.
"Iyaa makasih.."
"Hemmmm gitu yaaa kalau udah sama cowok yang disuka terus lupa waktu dan ngelupain orang tuanya disini... anak nakal kamuuu.." ujar Meisya yang langsung mencubit pipi putrinya gemas.
"Aaahh Mama apaan sih.. ya maafin kali..hehe.."
"Kayaknya kamu udah nyaman sama Angkasa yang baru kamu kenal dua bulanan ini? Hmm.. tetep hati-hati ya sayang sama perasaan kamu. Tapi Mama doakan kamu baik-baik selalu dengan siapa pun pilihan kamu.."
"Iyaa Mama.. Aamiin.. makasih.."
Perasaan Nadira sangat terasa hangat, seolah sangat terpenuhi semuanya. Genggaman tangan Angkasa saat di Mall tadi masih ia rasakan. Bagaimana lelaki itu melangkah. Bagimana lelaki itu membagi tawanya. Dan bagaimana lelaki itu memperhatikan dirinya. Nadira bernapas lega, seolah Angkasa lah yang selama ini ia nanti untuk hadir dalam hidupnya.
Dan gadis ini baru mengetahui, bahwa percikan cinta itu sangat menyenangkan sekali.
***
"Iya. Percikan cinta itu ternyata menyenangkan. Mengalahkan betapa tegangnya menaiki roller coaster. Detaknya berpacu lebih cepat dalam dada. Kamu tahu? Penyebabnya itu kamu."
-Nadira Aisyah-
"Kini aku mulai menemukan mentari sekaligus senja yang hadir dari senyumanmu. Dimana hariku penuh terisi dengan kamu, dan itu adalah hal yang membuat duniaku berpusat pada kamu."
-Angkasa Putra-