"Kita.. emm... break dulu aja ya."
Tunggu, kenapa jadi Nadine yang mempercepat keputusan?
Hampir saja Darka tersedak ludahnya sendiri, tapi lelaki itu berhasil mengendalikan dan tak jadi terbatuk. "A-apa? Nadine..kamu---"
"Aku sama kamu udah nggak seperti 'kita' yang kemarin-kemarin. Udha beda. Tiap telpon juga rasanya agak hambar. Kamu juga udah nggak mau saling tanya. Cuma aku kan yang tanya terus? Apa kamu pernah telpon aku duluan? Baru kali ini kan telpon aku lagi? Dan saat kamu pulang ke Bogor waktu itu, apa sebenernya aku seneng?" Serbu Nadine dengan memburu.
"Nadine aku---"
Tak memberikan Darka berbicara, Nadine terus memotong kalimat Darka dan menyelanya. "Apa? Kamu udah beda Darka. Kamu bukan Darka yang aku kenal. Oke bagus lah kamu waktu itu sempetin cuti dua hari buat nengokin ke Bogor. Tapi apa kita jalan? Enggak kan? Kamu cuman fokus di rumah. Kamu jemput aku cuman buat main ke rumah kamu. Apa itu nggak canggung?"